Ia terhenti lagi. Kali ini agak lama. Ia tak yakin ingin melanjutkannya, karena sekalipun ia ingin melanjutkannya, ia tetap menghapusnya. Betapa ia mampu melanjutkan kalimat itu tapi ia ingat, mereka—para pembaca pasti akan mengatakan: jika tokoh dalam karangannya terlalu menyedihkan dan muram.
Ia tak tahu mengapa bisa seperti itu. Mungkin karena ia menulis disaat ia sedang merasa sedih. Ia berpikir, orang-orang tidak menyukai tulisannya karena menyedihkan. Dan ketika ia memikirkan hal semacam itu, ia kembali sedih. Dan ketika ia sedih, ia menulis kesedihannya. Dan orang-orang membencinya. Â
Ya tentu saja, terkadang kebencian terlahir dari sebuah kesedihan. Seperti cinta, karena tak semua orang bisa memiliki apa yang ingin ia dicintai, oleh karena itu ia membenci oranglain—yang memiliki hal tersebut, atau jika ia cukup bijak ia akan membenci dirinya sendiri dan menerima dirinya adalah sebuah kesalahan. Macam Kawabata yang disakiti seseorang yang bahkan tidak pernah ada.
__
Samarinda, 20 Januari 2016. |Â ilustrasi
*) Diambil dari judul novel: Seratus Tahun Kesunyian; G.G.Marquez. Â