Kemajuan teknologi harus dibarengi dengan kekuatan sosial dan budaya. Dengan pendekatan sosial dan budaya diharapkan mampu untuk melakukan penyadaran akan teknologi(pengaruh dan dampak) lalu membuat cara baru melihat teknologi dengan sudut pandang yang lebih manusiawi, sehingga hati dan pikiran kita mampu menyaring peran teknologi secara baik. Secara konkrit dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun informal seperti pendidikan dari orang tua, menanamkan mental agama yang lebih untuk anak-anak, agar tidak terjebak dalam hal-hal yang negative terkait dunia Ilmu Teknologi.Â
Bekal agama pun tak kalah penting agar para siswa dapat mengetahui batasan batasan dan norma norma dalam mengambil informasi dari kemajuan Ilmu Teknologi. Kemudian melalui kegiatan sosial dan kegiatan kebudayaan. Pemerintah maupun lembaga independen memiliki peran besar pada aspek teknis (misalnya regulasi yang jelas terhadap pengguna HP dibawah umur, regulasi tayangan TV maupun konten di internet, filterisasi konten) dan aspek ideologis seperti penanaman nilai-nilai Pancasila, karena Pancasila sebagai pandangan hidup suatu bangsa merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepas dari kehidupan bangsa.Â
Bangsa yang tidak memiliki pandangan hidup adalah bangsa yang tidak memiliki jati diri (identitas) dan kepribadian. Terlebih di era informasi, Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam budaya masyarakat Indonesia sendiri yang dapat mengadaptasikan dirinya dengan perkembangan zaman. Dengan demikian kita dapat memperkaya nilai-nilai Pancasila sesuai dengan tingkat perkembangan dan tantangan zaman yang dihadapinya terutama dalam meraih keunggulan era informasi tanpa kehilangan jati dirinya.
Andi Setianto
