Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Takdir Kebinatangan

16 Oktober 2023   16:49 Diperbarui: 19 Oktober 2023   18:36 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"iya, aku tidak akan hamil dulu sepanjang masa mengerammu hingga anak-anakmu beranjak remaja, jawab Nyai kepada Roro. Tapi ingat tolong bantu saya dari kejaran jantan-jantan itu"

"ok, kata Roro"

Roro kemudian mencari cara agar Nyai kelihatan sedang mengeram. Ketika ia mengeram maka tidak akan mudah terganggu dari kejaran jantan. Roro lalu menyiapkan satu tempat eramannya. Diberikannya tempat eraman yang empuk itu kepada Nyai. Sementara ia sendiri masuk ke bawah sofa sendiri, agar tidak kelihatan bahwa sedang mengeram. Lalu setiap harinya Nyai hanya duduk di atas eraman agar telihat betul-betul sedang mengeram. Hanya dengan cara itu kata Roro kau lepas dari kejaran jantan.

Sembari duduk di eraman. Rupanya Nyai tidak hanya duduk santai. Ia berfikir bagaimana jika Roro dan anak-anaknya bisa makan dan minum. Sementara tuannya sedang kelapan dan kekeringan pula. Tak ada ikan segar didapatkan oleh tuan kita, seru Nyai dalam hati. Tuan kita sedang kebingungan mencari mata air agar bisa bertahan hidup di Belanga. Sementara prediksi BMKG kemarau akan berlanjut hingga akhir tahun. Mitos hujan rupanya tidak berlaku lagi pada huruf R dalam huruf-huruf yang ada pada bulan masehi seperti Oktober, November, Desember atau Januari. Dulu huruf R pada nama-nama bulan tersebut bermakna Rain atau hujan.

Nyai tidak habis fikir, setiap subuh hari ia menggeser batu-batu pada lubang-lubang kecil tempat kencing para manusia yang membuang hajat di sembarang tempat itu. Selama berhari-hari ia menggeser batu, kerikil demi kerikil agar dapat menjangkau air dalam lubang itu. Ketika lubang itu terisi batu maka airnya akan naik. Di dalam lubang-lubang itu tidak hanya air, tetapi juga cacing-cacing yang kemungkinan bisa jadi sumber protein bagi Roro dan anak-anaknya kelak.

Sabtu, 14 Oktober 2023, di Desa Belanga telah lahir dengan selamat anak Roro (wati). Demikian Roro setiap musim selalu memberi keajaiban kepada tuannya bahwa pakailah kapan saja anak-anakku kelak untuk kebutuhanmu tuan. Setiap musim sebisa mungkin saya melahirkan tujuh jenis ayam yang cocok digunakan untuk kebutuhan apa saja. Hitam pekat untuk pesugihan, bulu putih untuk kejantanan, sementara warna-warni untuk kebutuhan mabbaca (acara selamatan).

Konon ayam berbuluh hitam pekat darahnya kental layaknya darah bangsawan yang merasa berdarah biru padahal semua darah yang dicipta oleh tuhan kita adalah merah. Ayam berbuluh putih dagingnya amis, sangat tidak cocok untuk keperluan mabbaca, apalagi untuk ayam petarung, ototnya lemah. Hanya ada satu pembeli ayam berbuluh putih yakni di pasar untuk kebutuhan warung makan. Warung makan selalu saja memberikan sensasi dan bumbu yang pas sehingga paha kiri, paha kanan, dada kiri, dada kanan tidak nampak. Apalagi bau amis ayam, sangat tidak nampak bahkan akan dilahap habis atas makan malam pekerja proyek di hari Sabtu setelah mereka dapat upah pabrik.

Roro selalu saja setia menyajikan ayam-ayam yang cocok keperluan tuannya. Demikian Nyai, telur-telurnya yang berkualitas selalu saja disajikan kepada tuannya. Ada yang cocok untuk penambah vitalitas dengan dimunum mentah ada juga untuk digoreng buat sarapan pagi anak Sum-Sum.

Nyai secara perlahan mengajak Roro beserta anak-anak barunya ke pinggir got. Di sana ada sisa lubang atau sebut kubangan yang telah direncanakan olehnya untuk persembahan Roro dan anak barunya. Ia menutupi daun kering beserta rumput kering agar tidak nampak oleh binatang lainnya yang sedang kehausan dan kelaparan.

Roro tercengang melihat keihlasan sahabatnya itu. Ia sudah menganggap Nyai sebagai sahabatnya sendiri padahal ia merupakan generasinya pula. Anak-anak Roro begitu kegirangan mendapatkan mineral dan protein.

Nyai kemudian mendapat pelukan hangat dari Roro. Anak-anak Roro kemudian juga menjadi anak-anak Nyai. Sebab tradisi bagi ayam-ayam di Belanga jika tidak punya anak maka akan selalu menjadi incaran oleh para jantan. Begitu ia didapat dari si jantan maka tak lama ia ditinggal. Sebagaimana nasibnya mereka berdua yang kini hidup menjanda. Para ayam jantan di Belanga yang pernah menjadi pasangannya kemudian keluar kampung untuk mencari betina yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun