Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mail Penyuka Sepi

2 Agustus 2023   17:42 Diperbarui: 2 Agustus 2023   19:02 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini Mail tidak ke sekolah. Ia sangat gelisah, sebab hanya sekolah tempat ia mengaduh sepi dan amarah. Di sekolah ia bisa menyendiri saat yang lainnya sedang ramai di luar kelas atau bahkan di dalam kelas. Ia sangat pandai menciptakan sepi sendiri di sekolah dan di rumah bahkan di pusat perbelanjaan pun ia dapat menikmati sepi.

Sepulang dari sekolah biasanya ia dapat melampiaskan amarahnya kepada saudarinya atau kepada ibu dan ayahnya. Amarahnya pun beragam seperti ketika teman sekelasnya mencoba mencubitnya, teman perempuan yang terkadang mencoba merayunya, atau bahkan ada keinginan tersendiri yang tidak ingin ia ungkap. Pada akhirnya orang di luar dari dirinya akan bertanya engkau kenapa gerangan Mail?

Hari ini ibunya tidak bisa mengantarnya. Ayahnya sedang di pulau Jawa entah berapa lama dan untuk tujuan apa. Mail lebih memilih sepi dibanding bertanya atas semuanya. Hari ini ia kembali berteman sepi. Di dalam kamar yang tanpa pintu itu sepertinya memang didesain untuk anak-anak seumurannya untuk menepi. Ia mengurung diri dikelilingi dengan kertas-kertas dan perangkat lainnya.

Hari ini ia kembali membuka buku gambar, mengambil pelukis dan pewarna. Ketiga benda itu pemberian dari seorang Ibu pendongeng dari kota M. Kebetulan ia mendapat akun Instagram Mail dengan pencarian tagar ulang tahun awal kemarau. Akun pada pencarian teratas muncul nama Mail Ukail. Ibu pendongeng itu mencocokkan tanggal lahir kekasihnya ternyata sama. Ia pun semakin bertekad menghadiahi siapa saja yang ulang tahun di awal kemarau itu termasuk Mail. Tentu ulang tahun suaminya berbeda tahun dengan Mail. Sebab kekasihnya di tahun 1988 sementara Mail di tahun 2014.

Dalam akun Instagram Mail terdapat gambar karakter pahlawan dan binatang laut. Unggahan tersebut membuat Ibu Pendongeng itu semakin jatuh hati kepada bocah itu. Memang Instagram bisa menjadi etalase bagi semua orang khususnya yang paham kebermanfaatannya. Demikian komunikasi Mail dengan Ibu Pendongeng yang saling memahami satu sama lain lewat dunia maya. Memang akun Instagram Mail dibuka oleh ibunya sebagai penyimpan foto sejak ia umur setahun hingga sekarang. 

Handphone Mail tidak seperti anak lainnya. Itu adalah handphone bekas pemberian dari omnya. Sebab ayah ibunya belum bisa membelikannya hanphone baru. Lagi pula anak-anak di bawah sepuluh tahun belum bisa main handphone sendiri tanpa pengawasan orang tua. Jadi pada dasarnya komunikasi Mail dengan Ibu Pendongeng lewat Instagram atas kendali ibunya. Setiap ada rencana unggahan status Mail di Instagram ia harus meminta tolong kepada ibunya. Dulu ia ingin buka akun di YouTube juga, ia ingin belajar menggambar lewat YouTube atau menyimpan gambarnya di channel YouTube tetapi ternyata anak di bawah belasan tahun tidak diizinkan oleh pihak google karena masih rentan terkena pengaruh negatif.

Mail nampaknya terbuka dengan Ibu Pendongeng tadi. Ia selalu tersenyum setiap hari Sabtu. Sebab hanya di hari itu ia dapat izin pegang handphone tuanya itu tentunya atas kendali ibunya. Ia pun sesekali berkomunikasi dengan Ibu Pendongeng lewat DM, di situ pula ada keceriaan muncul di wajah Mail.

Tertawa Mail terkadang terdengar oleh ibunya di dapur atau oleh saudarinya di ruang tamu. Saudarinya pun terkadang refleks datang memeluk kakaknya dari belakang jika mendengar kakaknya tertawa lepas sebab Mail jarang tertawa. Hanya saja jika ia diperlakukan demikian terkadang ia langsung menangis bersedih. Adiknya pun ikut bersedih lalu perlahan melepas pelukannya. Mail sepertinya rindu kasih sayang dari ayahnya. Sebab ia selalu bertanya perihal Sabtu dan Minggu lewat kertasnya itu.

Mail kembali mencoret-coret buku gambarnya dengan warna serampangan. Entah itu bermakna apa hanya ia dan seniman yang paham seperti Ibu pendongeng tadi.

Sesekali ibunya mengunjungi dengan sepi tanpa suara. Agar ritual sepi Mail berlangsung khidmat. Jika nampaknya khidmat sepi yang dibangun Mail, maka ibunya hanya menaruh makanan dengan lauk ikan merah kesukaan Mail beserta susu coklat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun