Hari itu Mail betul-betul sepi. Ia tak membolehkan suara sedikit pun. Tak boleh ada tetangga yang datang, teman pun tak boleh berkunjung ke rumahnya, demikian pula keluarga. Sehingga Sabtu bagi dia adalah ibadah sepi. Entah kenapa di Sabtu itu ia meminta sepinya tak boleh diganggu. Bahkan jam sekolahnya di Sabtu pagi itu ia seakan mempercepatnya usai agar boleh menepi. Untung saja tak ada yang mengantarnya di Sabtu itu, sehingga ia bebas dengan sepinya. Andaikan ia penulis puisi mungkin saja sudah ratusan sajak lahir dari sepi itu.
"Ibunya pun bingung dengan sikap anaknya itu. Ia tiap malam berdiskusi dengan suaminya. Setiap saat ia pun curhat dengan ibu-ibu kelas parenting. Hingga sesekai konsultasi dengan dokter kenapa anaknya bersikap introvert. Kata dokter anaknya normal, tidak ada gejala negatif yang ditimbulkan dari aktivitasnya. Guru kelas satunya pun saat di semester pertama mengatakan bahwa anak ini pada dasarnya pintar hanya saja pendiam.Â
Sementara kurikulum baru dengan penerapan Merdeka Belajar, di mana siswa dituntut untuk berinteraksi satu sama lain. Dengan konsep Pancasilais pula, siswa diminta untuk saling memahami jika perlu mereka terbuka baik kepada teman maupun kepada guru. Hal ini pula di semester dua Mail jadi peringkat ke-empat padahal di awal semester boleh dikata ia berada di peringkat pertama meski kami tidak umumkan ke anak-anak dan orang tua, terang ibu Nug guru kelas 1 SD Belanga".
Sabtu yang sepi seakan milik mail dengan kertas-kertasnya. Mail menghabiskan puluhan kertas hari ini. Baik kertas gambar maupun kertas tulis. Kertas-kertas putih itu telah ia nodahi warna warni dengan lukisan tangan. Ia menggambar seperti Sanggojae pada lembar-lembar lain yang berserakan. Sementara lembar-lembar lainnya seperti rumah kayu. Di sana ada gambar ayah, ibu, adik dan kakak saling berpegangan. Ada pula gambar dua sepeda yang saling berboncengan, dua orang dewasa membonceng dua anak kecil pada kertas terpisah.
Pada kertas bergaris, ia nampaknya membalas surat ucapan ulang tahun dari Ibu Pendongeng.
“Ibu tante, saya Mail.Â
Hari ini Mail tidak ke sekolah, sepertinya ibuku kecapean, ayahku juga belum pulang dari rantauan, adik juga terpaksa tidak ke sekolah. Adikku di luar di teras main sendiri. Ibuku sepertinya di dapur atau sedang di kamar, ia sedang menyelesaikan bacaannya.Â
Ibu tante, terima kasih hadiah ulang tahunnya. Maaf baru sempat balas suratnya. Sebentar aku minta ibu kirim yah ke nomor tante. Senang rasanya bisa komunikasi dengan tante. Aku ingin hari ini seperti hari Minggu sebab ayah selalu berkata Minggu ini atau Minggu depan saya balik. Tapi hari ini sudah Sabtu besok Minggu itu sudah tiga kali berulang tapi ayah belum balik.Â
Besok hari Minggu tante, aku ingin rasanya memeluk ayah lalu berjalan bersama ke toko buku membeli buku gambar habis itu kami ke taman naik sepeda.Â
Ibu tante, ada gambar akan kukirim juga yah, mohon maaf kalau kurang bagus
Daahhh