Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Marbot dan Bupati

17 Maret 2023   10:50 Diperbarui: 17 Maret 2023   11:36 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sudut masjid yang sepoi ia memegang seruling dan gambus (alat musik tradisional seperti gitar). Ia sepertinya larut dengan buaian musik yang diciptakannya pagi itu. Entah ia rindu atas ibunya, istrinya, anaknya ataukah gembalanya, bahkan bisa saja ia merindukan sosok yang merindukannya jua.

Anak saya yang usia kelas 2 SD sudah sedari tadi menyiapkan bacaan puisi yang ia tulis, ia akan bacakan di hadapan bupati katanya. Setelah protokol membuka dan mengundangnya membaca puisi dengan berani berdiri di bagian depan dengan suara lantang

Akulah calon arsitek karya Mirzaukail Maggauase

Oh ayah dan ibu yang kucintai

Oh bapak dan ibu guru yang kuhormati

Bimbinglah aku menggapai impianku

Akulah calon arsitek

Yang akan membangun tempat tinggal

Untuk mereka yang tak punya rumah

Aku akan membangun sekolah

Untuk adik-adikku kelak

Aku akan membangun istana untuk untuk presiden

Dan aku pula yang akan membangun penjara bagi para penjahat

Akulah calon arsitek dunia yang akan membangun surga di tanah Indonesiaku,

Di tulis di Belanga, Sul-Sel 2023

Bupati nampak kebingungan, bukan karena amanat dari puisi itu. Biasanya ia disambut dengan kasidah, rabbana, atau lantunan ayat suci al-qur'an. Malah di masjid Belanga ia disambut dengan pembacaan puisi anak SD, tari-tarian dari sanggar seni Belanga, bahkan di penutupan ia akan dihantar dengan suara gambus dan seruling oleh pa Marbot.

Ia tiba-tiba minta protokoler memberitahukan apa saja item acara.

Tak lama berselang tibalah saatnya ia tampil. Setelah melantik pengurus ia mencari cari di mana orang yang pada dasarnya ia cari. Tak ada orang menyerupai di dalam foto pada handphone-nya. Apa lagi di susunan acara tak ada nama, hanya acara saja. Maklum kondisi di sana seperti itu. Pak Bupati semakin kebingungan tak ada orang yang mengajaknya selfi, apalagi foto bersama, pewarta pun tak ada yang hadir. Mereka trauma dikejar anjing bila menggunakan roda dua. Anjing-anjing di sana sangat trauma dengan orang baru yang berkendara roda dua dipikirnya mereka akan ditembak mati lalu dimakan. Atau diracuni. Seperti kasus sebulan lalu. Anjing sangat peka dengan orang-orang baru. Terkecuali pak Bupati ia sudah dikawal oleh warga sehingga tidak digonggongi oleh para asu itu.

Beda lagi pak Marbot yang tampak kebingungan, ia sedari tadi menunggu namanya disebut tetapi tidak ada penyebutan nama di sana. Katanya tidak sopan bila menyebut nama, akhirnya protokoler hanya menyebut acara. Pak Bupati semakin bingung, ia pantau di medsos di IG, di Tiktok, di Twitter dan di FB terlebih di laman arus berita online namanya tidak ada yang muncul. Sudah dua jam ia berada di masjid, hanya sambutan, makan kue ala kadarnya, tak ada pun makanan berat lantaran warga di Belanga baru menjelang musim tanam sehingga tidak berani menyumbangkan beras untuk kebutuhan di masjid. Di pikirnya warga kita akan diberi makan oleh rombongan Bupati, sebagaimana dengan acara-acara di kampung sebelah, di tivi-tivi dan di manapun. Tapi ini pasalnya berbeda, pa Ma'ruf yang mengumumkan dan pa Ma'ruf pula yang membisikkan ke Pak Bupati. Entah apa gerangan di kepalanya sehingga pertemuan itu ada.

Menjelang siang, para sapi gembala pa Marbot kelaparan ia berkerumun di depan masjid. Ia harus diberi makan, tahulah sapi binatang paling manja. Jika tidak diberi makan akan mengamuk pula binatang lainnya yang ada di sekitar masjid. Pa Marbot harus berlarian ke sana ke mari memberi makan sapi-sapinya dengan dedak beserta air garam.

Di tempat lain, nampak kekecewaan pak Bupati yang tidak menemui pa Marbot, ia pulang dengan iring-iringannya. Di perjalanan ia tulis status di WA, di IG, di Twitter dan di FB atas kekecewaan atas sambutan warga Belanga. Ia berharap ada awak media yang memberitakan kunjungan Bupati tersebut.

Warga di sana pun sangat cuek, dipikiran mereka asal kenyang kami akan melayani.

Nampak pa Marbot sudah tidak kebingungan lagi setelah sapinya kekenyangan. Di sana tak ada aturan tertulis jikalau warga perumahan tidak boleh beternak sapi di dalam kompleks. Ia memang kompleks perumahan layaknya perumahan elit lainnya, tapi ini cukup unik. Sampai-sampai Bupati bingung kenapa ia diundang ke sana untuk melantik dan menemui si pa Marbot. Entah kenapa juga Ma'ruf merekayasa ini semua. Apakah ingin mengangkat derajat pa Marbot yang sudah bertahun-tahun jadi marbot kemanapun ia berada layaknya nomaden yang selalu pindah dari kompleks ke kompleks jika sapinya laku terjual. Entah Marbot yang mana dimaksud gerangan pa Bupati kepada Ma'ruf yang pernah jadi guru mengaji dan guru musiknya. Setahun lagi pemilu 2024, dua bulan lagi pa Bupati menghadap ke presiden entah laporannya terkait pemberdayaan marbot masjid benar adanya atau tidak. Semua tergantung dari juru bicaranya yang layaknya google translate menerjemahkan begitu saja omongan tanpa melihat situasi, maksud dan mimik yang ngomong. Terlebih ia tidak mengkonfirmasi duluan pa Marbot bahwa Bupati akan memberdayakan mu sesuai di laporannya sekalian sebagai ajang kampanye.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun