Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/ Writer

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Book

Mengulas Unsur-unsur Erotisme Religiusitas dalam Sajak Orkestra Pemakaaman Karya Aslan Abidin

22 Februari 2023   05:27 Diperbarui: 9 Maret 2023   15:58 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Erotisme dalam sebuah teks berupa penggambaran melalui sarana bahasa yang membungkus suatu perilaku atau tindakan, keadaan, atau suasana yang bertalian dengan hasrat seksual. Tubuh perempuan selalu diidentikkan dengan seksualitas bahkan disepanjang sejarah peradaban manusia, bukanlah sesuatu tubuh (perempuan) yang sekedar tubuh dalam pengertian biologis semata. Anatominya diperdebatkan, & fungsinya diatur, perwujudannya digugat. 

Hal ini karena tubuh perempuan bukan semata-mata & fakta deterministik, tubuh perempuan menyiratkan nilai, atau tubuh perempuan selalu menjadi sasaran nilai yang dibuat oleh otoritas di luar dari dirinya.  Dalam sajak Aslan Abidin ia menjadikan tubuh perempuan sebagai sesuatu nilai budaya Siri bagi masyarakat timur kemudian ia menyebutnya dengan kemaluan. 

Dengan symbol symbol erotis yang mengandung unsur budaya malu masyarakat dibangun di dalam sajak Aslan Abidin menjadi sesuatu wacana yang menarik dan juga begitu konstraktif pada sebagian masyarakat. Olehnya itu tujuan dari penulisan artikel ini mencoba menggambarkan representasi erotisme religiusitas di dalam sajak karya aslan Abidin yang menjadi representasi budaya masyarakat Indonesia dan di Sulawesi Selatan khususnya.

Penggunaan bahasa dalam sajak pengarang bahwa merupakan pertalian antara ideology, dan identitas olehnya itu dalam kajian ini selain menggambarkan nuansa erotis terkait religiusitas dan kematian atau kematian yang religiusitik juga berupaya menggambarkan identitas-identitas sosio-kultural yang melingkupi karya pengarang.

Sehingga untuk menggambarkan aspek erotisme religuisitas dan aspek identitas maka yang menjadi permasalahan dala kajian ini adalah seperti apa aspek erotisme religiuisitas yang ditunjukkan pengarang dan bagaimana pengarang identitas sosial budaya dikonstruksi oleh pengarang. Untuk mengungkap permasalahan tersebut sehingga dalam kajian ini akan digunakan pendekatan Struktural dari Levi-Strauss dan pendekatan Shapir-Whorf terkait bahasa, ideology dan identitas.

Perempuan dalam sajak Aslan seperti Tragika Dada Rita (hal, 19), ia menyebut "R" sebagai perempuan yang senantiasa menikmati aroma aluminium,  Suatu siang di Cafetaria (hal. 20) ia mengibaratkan perempuan sebagai lakon dalam majalah porno, sebuah pantai dalam sebuah Menhir (hal, 21) terlukis tubuh perempuan di pinggir ombak, Sepi Itu (hal 24) menggambarkan kegalauan perempuan di tahun 1995, Gadis dalam Komik (hal 26) di sini tergambar perempuan sebagai korban media, Mitraliur (hal 27) dan perempuan berperilaku binatang. 

Begitujuga pada sajak yang lain yang mengibaratkan perempuan sebagai korban dari sebuah kamuflase, bukan berarti perempuan adalah sebuah korban atau pelaku tunggal namun di dalam sajak ia lebih erotis untuk menyampaikan sebuah pesan moral oleh seorang penyair.

Sapardi Djoko Damono (78) dan Toeti Heraty (84) adalah dua guru dalam persajakan di Indonesia khusunya masyarakat UI. Suatu ketika mereka bincang soal 'Sense and Sensuality' di paviliun Indonesia, Jumat (16/10/2015). Dalam diskusi tersebut Toeti mengungkap ketidaksengajaannya dalam menulis sajak sajak erotis. Dia hanya ingin menggambarkan diri seorang manusia yang memiliki sense dan panca indera dimana dengan indra dia melihat sebuah fenomena masyarakat kemudian ia gambarkan dalam sajak. 

Ditambahkan Damono bahwa erotisme dalam syair seperti kacang kulit sementara biji kacang seperti kristal begitulah cara penyair menyampaikan pesan sehingga dengan mudah mengantar pembaca. Menghadirkan perempuan dan tubuhnya dalam bait-bait sajak karya penyair dan budayawan,  Aslan Abidin, terasa lebih menyegarkan pikiran dan erotisme hidup. Ia tanpa sungkan dan ragu menyapa sajaknya dengan mengekspose perempuan dan tubuhnya itu lewat diksi dalam kumpulan karyanya, Orkestra Pemakaman. 

Terlihat juga dalam sajak Rajah Di Antara Kedua Buah Dada; Bila esok lusa, tuan// bertemu seorang pelacur dengan// rajah: bahaya laten" diantara kedua// buah dadanya. Tolong sampaiakan salam saya// kami satu kelas di SMA dulu//.

Meminjam beberapa kritik sastra Michael Faucolt dengan mengaji sajak Aslan di atas "Rajah Di antara Kedua Buah Dada" tentu menghasilkan multiinterpretasi. Seorang anak perempuan tergambar sebagai manusia yang tidak lepas dari tanggungjawab biologis, moral dan sosial. Pada sajak tersebut juga terdapat pembangun wacana erotis yang nampak dari diksi-diksi erotis seperti bahaya laten di antara kedua buah dadanya//bola mata yang berbinar jernih// rambutnya yang sebahu melambai// dan tubuhnya yang padat semampai//.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun