Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pengamen di Angkot

8 Juni 2020   13:53 Diperbarui: 8 Juni 2020   13:56 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kacang rebus itu aku rebus

Isinya aku makan, Sarinya aku minum

Pengganti tangis dan rindu

Tak lupa aku kirim doa kepada pemiliknya

Lalu kresek merah itu aku jadikan

Pembalut pada sisa luka

Aku asyik mendengar suara hujan tanpa petir

Mungkin ini hujan antara April dan Mei

Bukan hujan kiriman, atau sebentar lagi

Juni menyambut kemarau yang panjang

Nafas hujan itu menghantar rindu bulan

Di timur laut, Besok angkot ini akan penuh

Dengan Para pengamen jalanan bersama

Pedagang kacang, Nelayan dan Hasil nelayan

akan di bawah ke pasar di bawah jembatan layang

musik di angkot berhenti sejenak cukup untuk menghargai petir

namun hujan tak berhenti, roda detik pada mesin angkot juga tak berhenti

namun Aku memilih terhenti di depan pos penjara

ada namaku di sana

aku susuri lorong jauh dari angkot

dengan bau membius seperti ikan mati tak di bius

aku menutup hidung lalu membuka telinga

pita radio berbunyi pelan

para napi teladan menghadap tuhan

hujan tetap melanjutkan doanya dipenghujung sujudnya

penjual kacang rebus di angkot, hanya bisa membalikkan telapak

sembari mengucap syukur atas doa para napi yang memakan kacangnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun