Kacang rebus itu aku rebus
Isinya aku makan, Sarinya aku minum
Pengganti tangis dan rindu
Tak lupa aku kirim doa kepada pemiliknya
Lalu kresek merah itu aku jadikan
Pembalut pada sisa luka
Aku asyik mendengar suara hujan tanpa petir
Mungkin ini hujan antara April dan Mei
Bukan hujan kiriman, atau sebentar lagi
Juni menyambut kemarau yang panjang
Nafas hujan itu menghantar rindu bulan
Di timur laut, Besok angkot ini akan penuh
Dengan Para pengamen jalanan bersama
Pedagang kacang, Nelayan dan Hasil nelayan
akan di bawah ke pasar di bawah jembatan layang
musik di angkot berhenti sejenak cukup untuk menghargai petir
namun hujan tak berhenti, roda detik pada mesin angkot juga tak berhenti
namun Aku memilih terhenti di depan pos penjara
ada namaku di sana
aku susuri lorong jauh dari angkot
dengan bau membius seperti ikan mati tak di bius
aku menutup hidung lalu membuka telinga
pita radio berbunyi pelan
para napi teladan menghadap tuhan
hujan tetap melanjutkan doanya dipenghujung sujudnya
penjual kacang rebus di angkot, hanya bisa membalikkan telapak
sembari mengucap syukur atas doa para napi yang memakan kacangnya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI