Ironi, Herd Imunity
(mengenang mati seorang pahlawan Covid di ujung Mei)
"Nak, kuatkanlah dirimu, jika kau tak mampu bertaruh dengan ironi
Dunia kita beda, biar aku saja yang pergi, sebentar lagi alam akan menyeleksi
Mau bagaimana lagi , tak ada yang peduli, biar aku mengenang sunyi
Menangislah selagi mampu, tapi jangan bersedih Simpan saja foto ini
Dari ayahmu yang sedang menjalani penyucian diri, RS Mei 2020"
Kata-kata malam setelah siang, hinggap dalam dua musim Â
Tak juga mendung di pagi, siang hujan berlepas diri lalu berkemas dan
Pergi Seperti ia Mei disambut Juni, dan
Seperti juga hidup disambut sedih pada mati dan
Seperti air tawar disambut air laut di muara
Lalu dihisap sinar matahari dan lalu tumpah
Atau semua itu seperti pindah dimensi
Atom berwujud dimensi cahaya, jadi energi
Dari suci ia tawar, kembali
Atau Seperti Foto dibingkai, sepi tak ada waktu ziarah
Figuran berdiri telanjang di lukis dengan gaun indah
Berhias antik anti peluru, namun menembus hati
Aku seperrti mimpi
Foto dan lukisan dipajang, ramai
Di mana Pada mata semua memandang
sedikit melirik pelangi di tembok-tembok berlumut hujan,
bidadari beranjak, memasang selendang
tak melambai, menanti di syurga
aku menyebutnya rekaan yang pindah ke dimensi
pararel, harapku begitu agar aku masih menemuimu di sudut cahaya
jua engkau memberi pesan singkat jika ada yang berkenan menerimanya
betul katamu, kini tak ada yang peduli
mari berkuat diri, ajakmu sebelum mati
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI