Siang aku masuk toilet,
 "kata hatiku" aku tidak kebelet
diam tenang, jaga kuda kuda agar tidak kepeleset
aku pastikan pintu tertutup rapat
mata terpasang rapi pada dinding dinding yang sedikit rapat
pikirku kesumat, hidungpun ikut kepencet rapat rapat
terdengar bisik suara keran air,Â
Sepertinya ada yang tertetes dari sumber air
Suaranya ramai bergemuruh, berdenyut bergantian, suaranya kembali mencairÂ
Kebayang air itu terus mengalir, masuk ke sela sela
melewati cerobong, menyebur hingga ke tanah asalnya
"pikirku" dulu dan kini Sari tanah kuminum pelepas dahaga
Ku seduh dengan kepul bersama sari patih tanah begitu lahap
anganku melayang, sari tanah Kuhirup
agar bertahan hidup
Kembali kututup pintu toilet, semua warnanya merah muda
Koloni semut, berbaris di jambang merah menyala
lalu di sudut sudut sana, Â alga bertengger seperti penutup kepala
kembali aku teringat, kalau kalau aku  lupa berdoa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H