Sejarah ekonomi dan bukti empiris menunjukkan bahwa intervensi pemerintah yang terbatas mendorong pertumbuhan ekonomi, kemakmuran, dan inovasi yang lebih baik. Sementara beberapa negara mengandalkan kendali ketat dari pemerintah, seringkali dengan dalih stabilitas ekonomi dan pemerataan kekayaan, negara-negara paling makmur dan inovatif cenderung memiliki keterlibatan pemerintah yang lebih terbatas dalam aktivitas ekonomi di negara terkait. Dengan menggunakan data mengenai sumber daya alam, kebebasan ekonomi, kekayaan per kapita, dan indeks pembangunan manusia, artikel ini membahas keuntungan pendekatan pasar bebas serta dampak buruk dari kontrol pemerintah yang berlebihan.
Sumber Daya Alam Saja Tidak Menjamin Kemakmuran
Negara-negara yang memiliki sumber daya alam melimpah, seperti Rusia, Amerika Serikat (AS), dan Arab Saudi, menunjukkan bahwa kekayaan sumber daya saja tidak otomatis membawa kemakmuran. Meskipun Rusia memiliki perkiraan kekayaan sumber daya alam sebesar $75 triliun, termasuk batu bara, gas alam, minyak, kayu, dan logam tanah jarang, PDB per kapita dari negara transkontinental tersebut masih relatif kecil, sekitar $12.000. Kontrol pemerintah yang kuat atas industri dan sumber daya utama membatasi persaingan dan mengurangi minat investasi swasta, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi. Hal ini sangat kontras dengan AS, yang memiliki nilai sumber daya alam sebesar $45 triliun dan jumlah penduduk hingga 3 kali lipat dari Rusia. Meskipun memiliki cadangan besar batu bara, kayu, gas alam, dan logam berharga, AS mengadopsi pendekatan yang lebih berorientasi pasar, mendorong sektor swasta untuk berinvestasi dan berinovasi. Akibatnya, AS mencapai PDB per kapita sekitar $80.030, yang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
Arab Saudi, yang memiliki kekayaan sumber daya alam sebesar $34 triliun (terutama dari minyak dan gas alam), juga menunjukkan cerita serupa. Meskipun pendapatan minyak telah menyebabkan kekayaan per orang dewasa yang tinggi, pemerintah Saudi menyadari bahwa ketergantungan yang berlebihan pada satu sumber daya yang dikendalikan negara tidak berkelanjutan. Sebagai respon, pemerintah Saudi tidak lama ini meluncurkan Visi 2030 untuk mendiversifikasi ekonomi, menarik investasi swasta, dan mendorong pertumbuhan sektor non-minyak. Dengan mengurangi dominasi negara dan memungkinkan perusahaan swasta berkembang, Arab Saudi berupaya menciptakan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Sebaliknya, Venezuela merupakan contoh nyata lainnya dari bahaya intervensi pemerintah yang berlebihan dalam ekonomi yang kaya sumber daya. Dengan kekayaan sumber daya alam senilai $14 triliun, Venezuela, yang juga merupakan negara dengan cadangan minyak bumi terbesar di dunia, seharusnya memiliki potensi untuk mencapai tingkat kemakmuran yang tinggi. Namun, kebijakan pemerintah Venezuela untuk menasionalisasi industri, memberlakukan kontrol harga yang ketat, dan membatasi peran sektor swasta telah menyebabkan kehancuran ekonomi. Hiperinflasi, kemiskinan, dan penurunan layanan publik yang parah menjadi akibatnya. Sementara itu, Kanada, dengan kekayaan sumber daya alam senilai $33 triliun, telah mencapai keseimbangan antara regulasi dan prinsip pasar bebas, menghasilkan stabilitas ekonomi, standar hidup yang tinggi, dan kekayaan per orang dewasa yang termasuk tinggi.
Kebebasan Ekonomi dan Penciptaan Kekayaan
Konsep "invisible hand" yang dikemukakan oleh Adam Smith menjelaskan bahwa ketika individu beroperasi di pasar bebas, mereka secara tidak sengaja meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengalokasikan sumber daya secara efisien. Keberhasilan negara-negara kapitalis, seperti AS, Singapura, ataupun Kanada sejalan dengan argumen Smith bahwa intervensi pemerintah yang terbatas akan mendorong kemakmuran dengan membiarkan kekuatan pasar mendorong pertumbuhan.
Kebebasan ekonomi menjadi faktor penentu penting bagi kekayaan nasional dan stabilitas, seperti yang ditunjukkan oleh Indeks Kebebasan Ekonomi dari The Heritage Foundation. Negara-negara yang memiliki skor tinggi pada indeks ini, seperti AS, Singapura, dan Swiss, secara konsisten mencapai tingkat PDB per kapita yang tinggi, ketahanan ekonomi, dan inovasi. Di AS, hambatan regulasi yang terbatas, perlindungan hak milik pribadi, dan beban pajak yang relatif rendah menciptakan lingkungan yang menarik investasi domestik dan internasional. Prinsip-prinsip pasar bebas ini memungkinkan perusahaan swasta berkembang, dengan inovasi dan kemajuan di berbagai industri yang berkontribusi pada tingginya PDB per kapita negara tersebut.
Singapura, dengan PDB per kapita sekitar $74.000, menjadi contoh lain tentang bagaimana kebebasan ekonomi dapat mengubah suatu negara yang minim sumber daya menjadi kekuatan ekonomi global. Meskipun tidak memiliki sumber daya alam yang signifikan, komitmen Singapura pada pajak yang rendah, hambatan regulasi yang minimal, dan perdagangan terbuka telah menarik perusahaan multinasional dan investasi asing yang signifikan. Lingkungan pro-bisnis ini menjadikan Singapura salah satu negara terkaya di dunia, membuktikan bahwa bahkan negara yang minim sumber daya dapat mencapai kemakmuran melalui intervensi pemerintah yang terbatas dan kebebasan ekonomi.
Di sisi lain, negara-negara dengan tingkat intervensi pemerintah yang tinggi sering mengalami stagnasi ekonomi dan tingkat kekayaan per kapita yang rendah. Banyak negara miskin yang memiliki utang tinggi menunjukkan tren ini, di mana kebijakan ekonomi yang membatasi dan tingkat utang pemerintah yang tinggi menciptakan hambatan bagi kewirausahaan dan mengurangi minat investasi swasta. Sebagai contoh, Venezuela, meskipun memiliki sumber daya alam yang melimpah, menduduki peringkat rendah dalam kebebasan ekonomi dan menghadapi salah satu krisis ekonomi terburuk di dunia. Inflasi yang tinggi, kemiskinan massal, dan layanan publik yang buruk mencerminkan hasil dari campur tangan pemerintah yang berlebihan dan kurangnya kebebasan ekonomi. Sebaliknya, pendekatan seimbang Kanada, yang menghargai kebebasan ekonomi dan regulasi yang diperlukan, berkontribusi pada stabilitas ekonomi yang konsisten dan kekayaan per orang dewasa yang tinggi.
Inovasi dan Hak Kekayaan Intelektual Berkembang dalam Pasar Bebas
Salah satu manfaat utama dari kebebasan ekonomi termasuk promosi inovasi. Gagasan Joseph Schumpeter tentang "creative destruction" berargumen bahwa perekonomian dengan kendali pemerintah yang terbatas mendorong inovasi. Di negara-negara seperti AS dan Swiss, sektor swasta mendorong kemajuan teknologi dan model bisnis baru, sehingga memacu pertumbuhan dan kemampuan beradaptasi. Teori Schumpeter mengilustrasikan bahwa pembatasan minimal memungkinkan industri-industri baru muncul dan menggantikan industri-industri lama, sehingga menjaga semangat dan ketahanan ekonomi.
Menurut World Intellectual Property Indicators, negara-negara seperti AS, Jepang, dan Korea Selatan, yang memiliki perlindungan hak kekayaan intelektual yang kuat menarik para pengusaha dan mendorong perusahaan untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan, yang merangsang inovasi.Â
AS, dengan sumber daya alam yang kaya dan keterlibatan pemerintah yang terbatas, mampu menciptakan lingkungan yang mendorong sektor swasta dan inovasi di berbagai industri, mulai dari teknologi hingga kesehatan hingga keuangan. Terbukti, AS tercatat memiliki permohonan paten hingga 518.791, ditambah 849.951 merek dagang dan 69.076 desain industri sepanjang tahun 2023, yang merupakan terbanyak kedua di dunia. Demikian pula, Swiss, pemimpin dalam sektor farmasi dan keuangan, menawarkan tingkat kebebasan ekonomi dan perlindungan hak kekayaan intelektual yang tinggi. Lingkungan pro-inovasi ini menjadikan Swiss salah satu negara terkaya per kapita, meskipun memiliki sedikit sumber daya alam, dan properti intelektual yang cukup masif dengan 41.975 permohonan paten, 146.394 merek dagang, dan 22.926 desain industri selama tahun 2023.
Sebaliknya, negara-negara dengan perlindungan hak kekayaan intelektual yang lemah dan kebijakan ekonomi yang membatasi sering gagal dalam mengembangkan inovasi. Dalam ekonomi yang sangat terkontrol, di mana pemerintah mendikte prioritas pasar dan menghambat partisipasi sektor swasta, pengusaha kekurangan insentif untuk berinvestasi dalam ide atau teknologi baru. Stagnasi ini mencegah diversifikasi ekonomi dan pertumbuhan, menjebak negara-negara tersebut dalam siklus produktivitas rendah dan kemajuan teknologi yang terbatas. Sebagai contoh, Venezuela hanya memiliki 16 paten, 8.173 merek dagang, dan 19 desain industri sepanjang 2023.
Pembangunan Manusia dan Kualitas Hidup dalam Ekonomi dengan Intervensi Pemerintah yang Terbatas
Kebebasan ekonomi dan intervensi pemerintah yang terbatas tidak hanya berkontribusi pada kekayaan nasional tetapi juga pada tingkat pembangunan manusia yang lebih tinggi. Indeks Pembangunan Manusia (HDI) secara konsisten menunjukkan bahwa negara-negara dengan kontrol negara yang minim dalam kegiatan ekonomi mencapai standar pendidikan, kesehatan, dan kualitas hidup yang lebih baik. Milton Friedman percaya bahwa kebebasan ekonomi sangat penting bagi kesejahteraan individu dan masyarakat. Di negara-negara dengan HDI tinggi, seperti AS, kebebasan ekonomi memungkinkan individu memilih pekerjaan, melanjutkan pendidikan, dan berinvestasi dalam kesehatan, sehingga menghasilkan angka harapan hidup yang lebih tinggi, hasil pendidikan yang lebih baik, dan tingkat pendapatan yang lebih besar. Pendekatan Friedman menunjukkan bahwa pembangunan manusia akan meningkat ketika individu memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan ekonomi dan ketika pemerintah memprioritaskan kebijakan moneter yang stabil dibandingkan tindakan intervensionis. Korea Selatan menjadi studi kasus menarik terkait hal ini. Setelah beralih dari ekonomi yang dikendalikan negara secara penuh ke ekonomi yang digerakkan oleh pasar, Korea Selatan mencapai skor HDI yang tinggi, termasuk di antara negara-negara paling maju di dunia. Ekonominya berkembang pesat, dan negara ini telah menjadi pemimpin global dalam teknologi, industri, dan pendidikan.
Sebaliknya, Korea Utara, di mana pemerintah menjalankan kendali total atas semua aspek ekonomi, memiliki salah satu skor HDI terendah di dunia, dengan tingkat kemiskinan yang tinggi dan akses terbatas ke pendidikan dan perawatan kesehatan yang berkualitas. Meskipun memiliki sumber daya mineral yang kaya, intervensi pemerintah yang berlebihan telah menghambat pertumbuhan ekonomi dan sangat berdampak pada kualitas hidup warganya. Perbedaan mencolok antara kedua Korea ini menyoroti manfaat intervensi pemerintah yang terbatas terhadap pembangunan manusia dan kualitas hidup.
Pentingnya Intervensi Pemerintah yang Terbatas
Negara-negara yang kaya akan sumber daya alam, seperti Rusia dan Arab Saudi, menunjukkan bahwa kekayaan sumber daya tidak otomatis membawa kemakmuran ekonomi. Sebaliknya, negara-negara dengan intervensi pemerintah yang terbatas, seperti AS, Kanada, dan Singapura, menunjukkan bahwa kebebasan ekonomi, perlindungan hak milik, dan lingkungan bisnis yang kondusif sangat penting untuk stabilitas ekonomi jangka panjang, penciptaan kekayaan, dan standar hidup yang tinggi.
Korelasi antara kebebasan ekonomi dan kemakmuran, seperti yang terlihat di negara-negara dengan peringkat tinggi dalam Indeks Kebebasan Ekonomi, menyoroti bahwa intervensi pemerintah yang terbatas menciptakan lingkungan di mana inovasi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi dapat berkembang. Hak milik yang kuat, hambatan regulasi yang minimal, dan perdagangan terbuka memungkinkan warga untuk memaksimalkan potensi mereka dan menciptakan kekayaan, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup dan indikator pembangunan manusia.
Dengan berfokus pada fungsi-fungsi penting, seperti infrastruktur dan layanan publik dasar, dan memungkinkan sektor swasta untuk menggerakkan kegiatan ekonomi, pemerintah dapat menciptakan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inovasi. Bagi negara-negara yang kaya sumber daya atau yang ingin meningkatkan kondisi ekonominya, mengadopsi kebijakan yang membatasi intervensi pemerintah dan mendorong prinsip-prinsip pasar bebas dapat membuka potensi penuh dari sumber daya dan rakyatnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI