Refleksi dari Sejarah dan Harapan Masa Depan
Jika kita kembali melihat sejarah penyelenggaraan PON pertama pada 1948, kita diingatkan pada semangat nasionalisme dan tekad untuk bersatu di tengah tekanan global. Pada masa itu, PON menjadi simbol perjuangan bangsa Indonesia untuk mengukuhkan identitasnya di kancah dunia, bahkan di saat negara belum sepenuhnya diakui oleh banyak negara. Misi PON I bukan hanya tentang olahraga, tetapi juga tentang kebanggaan dan kedaulatan nasional, serta persatuan Indonesia yang masih belia. Kini, semangat tersebut tampaknya telah tergerus oleh kepentingan politik dan komersialisasi yang semakin mendominasi penyelenggaraan PON di era modern.
Untuk mengembalikan PON ke cita-cita awalnya, perlu adanya reformasi mendasar, baik dalam manajemen, alokasi anggaran, dan prioritas tujuan. PON harus kembali menjadi ajang pembinaan bakat-bakat muda dari seluruh Indonesia untuk mewujudkan kekuatan bangsa di kompetisi internasional, bukan sekadar ajang pameran politik atau bisnis.Â
Upaya ini harus disertai dengan peningkatan transparansi dalam penggunaan anggaran, serta komitmen untuk membangun infrastruktur olahraga yang bermanfaat jangka panjang bagi masyarakat, bukan hanya sebagai simbol prestise semata. Kita harus mengingat bahwa PON lahir dari perjuangan bangsa Indonesia untuk diakui dunia, dan semangat itu harus tetap hidup dalam setiap penyelenggaraannya. Jika tidak, PON tidak menjadi Pekan Olahraga Nasional, tetapi hanya sekadar Pemborosan Ongkos Negara atau Pesta Orang-orang Narsis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H