Setelah sampai di rumah pak haji mereka disuguhi makanan dan minuman oleh istri pak haji, Bu Retno.
"Baik, akan saya ceritakan mengapa warga di desa ini gak mau keluar pas magrib"
Flashback on
"Dasar bisu, tertawa aja gak ada suaranya kasihan hahahaha" ujar gadis berbaju putih tersebut sembari tertawa dan diikuti oleh ketiga temannya.
Sementara gadis yang jadi bahan tertawaan hanya tertunduk dengan air mata yang tak berhenti menetes.
"Heh Karsih, harusnya kamu tuh gak usah lahir ke dunia, kasihan ibu kamu jadi repot mengurusi gadis bisu dan pincang kaya kamu. Beruntung ayah kamu pergi ninggalin kamu"
Gadis bernama lengkap Sukarsih tersebut hanya mampu menangis dalam diam, dia ingin marah tetapi dia tidak berani. dia sendirian, sementara mereka berempat. Karsih tak mau pulang dengan babak belur lagi, kasihan ibu.
"Udah yuk kita pulang, biarin aja si bisu di sini sendirian. Siapa tau nanti di culik sama hantu kan asyik tuh jadi gak ada lagi deh di Desa kita gadis bisu kaya dia hahaha" mereka berempat tertawa dengan keras, kemudian meninggalkan Karsih seorang diri.
"Ya Tuhan, aku salah apa? mengapa mereka begitu jahat" Karsih hanya dapat berkata dalam hatinya. Gadis itu terseok-seok mengambil tongkatnya, kemudian melangkah dengan pelan menuju rumahnya. Sesampainya di rumah Karsih lantas memasang senyum manisnya, dia tak boleh terlihat lemah di hadapan ibunya. dia tak mau ibunya menangis karena melihat keadaannya.
"Eh anak cantik Ibu udah pulang, mainnya seru tadi?" tanya wanita paruh baya bernama Widia.
Karsih menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. "Ini menyakitkan Bu, aku takut" sayang sekali, dia tidak bisa menyampaikan isi hatinya pada sang Ibu.