Mohon tunggu...
Andini MS
Andini MS Mohon Tunggu... -

just be your self bahkan ketika dunia di hadapan mu telah berubah..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Dalam Hening

25 Mei 2018   16:11 Diperbarui: 25 Mei 2018   16:24 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku terbiasa menyimpan apa yang aku rasakan sendiri, sebesar apapun rasa yang kurasakan, aku selalu menyimpan semua untukku sendiri, aku tak terbiasa berbagi rasa dengan orang-orang di sekitarku, karena pada kenyataannya aku selalu sendiri merasakan apa yang kurasakan.

Ketika bersama teman-temanku aku hanya menjadi pendengar yang baik, menjawab ketika ditanya, tidak berkata lebih. Bahkan ketika aku  mencintai seseorang aku mencintanya dalam diam. Aku menutup yang kurasakan sangat rapat. Bahkan begitu rapat sehingga takkan ada seorang pun yang menyadari apa yang kurasa.

Aku sangat memahami bahwa sebuah rasa tidak bisa dipaksakan, sekeras apapun aku berusaha jika dia bukan jodohku aku bisa apa? jadi aku tak bisa memaksakan apa yang ku inginkan. Jadi aku mencintanya dalam diam. Seolah-olah tidak merasakan apa yang namanya mencinta seseorang, aku terkadang berpura-pura bodoh di hadapan teman-temanku ketika mereka membicarakan tentang cinta dan kecintaan mereka terhadap sesuatu. Terkadang aku bertanya apa sih cinta itu?, gimana sih rasanya jatuh cinta? Jatuh cinta enak ga sih?

Padahal aku sudah tahu dan sedang merasakan apa yang kutanyakan pada teman-teman ku, hanya saja aku lebih nyaman menyimpannya sendiri. Aku benar-benar sedang merasakannya dan Pria yang membuatku selalu memimpikannya juga dokter koas sepertiku, dia adalah Raka. aku tak pernah berani berinteraksi dengannya, aku hanya meliriknya diam-diam, atau menatapnya di kejauhan.

Terkadang, Melihatnya berinteraksi dengan yang lain dan aku cukup menikmati hal sesederhana itu. Karena bagiku jatuh cinta sesederhana itu. Aku sudah cukup bahagia mencintanya dalam keheningan ini. Toh, kalau memang dia jodohku kami akan bersama pada nantinya.

Hingga suatu ketika, aku mendapat kabar bahwa ia berkencan dengan suster baru di rumah sakit. Aku cukup terkejut, tapi aku kembali menyembunyikan apa yang kurasa. Berarti dia bukan jodohku kan?. Hari demi hari berlalu, aku masih menatap pria itu dalam diam, melihatnya berinteraksi dengan suster itu terkadang menimbulkan sebercak nyeri pada dadaku.

Tapi aku akan menerima semuanya, dan tetap menikmati perasaan ini, karena saat kuputuskan untuk mencinta berarti aku sudah siap dengan segala rasa yang akan datang entah itu sakit atau tidak. Aku sudah memutuskan untuk menerimanya ketika aku memutuskan untuk mencintanya dalam diam.

Terkadang aku merasa begitu bodoh mencinta seseorang dalam keheningan ini, karena aku dengan bodohnya lagi menerima rasa sakit yang bertubi-tubi apalagi setelah mengetahui bahwa dia berkencan dengan orang lain. Aku membiarkan perasaanku mengikuti arus, aku akan mencoba menghapus sedikit demi sedikit apa yang kurasakan.

Hingga tiba saatnya aku sudah mulai terbiasa untuk tidak meliriknya diam-diam lagi aku juga sudah terbiasa untuk tidak menatapnya dari kejauhan, pada puncaknya aku sudah terbiasa mengalihkan keheninganku darinya.

Aku sudah terbiasa dengan tidak memikirkannya. Lebih tepatnya aku terbiasa menghindarinya. Aku sudah terbiasa dengan semuanya sampai suatu saat kami bersisian di lorong rumah sakit

'dr. Keyla, bisa bicara sebentar' ucapnya seraya menahan lenganku

Aku terpaku. Ini pertama kalinya kami berinteraksi. Ini bahkan pertama Kalinya kami dalam jarak yang begitu dekat. Aku masih diam terpaku mengontrol jantungku yang berdebar tak karuan. Hingga kurasakan tangannya sedikit menggoyang lenganku. Meminta jawaban, Aku mengangguk meng-iyakan-nya.

Dia membawaku ke taman rumah sakit. Keheningan masih menyelimuti kami sesampainya kami di sana aku berusaha untuk tetap bersikap tenang dengan lurus menatap ke depan karena dari tadi dia terus menatapku,aku mencoba menikmati air mancur di taman itu.

Di kepalaku pertanyaan demi pertanyaan terus bergentayangan. Apa yang ingin dibicarakannya denganku? Mengapa dia membawaku ke taman? Apa lagi taman sore ini cukup sepi? Apa yang ada di pikirannya saat ini hingga ia menyeretku ke sini?.

'mau bicara apa dok?' akhirnya kuputuskan memecah keheningan

'hmm, ngomong sama siapa?'

Heh? Dia pikir aku berdiri di sebelah siapa

'gak tau, tadi ada dokter ngajak saya bicara, tapi g momong juga dari tadi' ucapku asal seraya menolehkan kepalaku ke arahnya

DEGH

Aku kembali terpaku saat mata kami bersitatap. 

'haha..' kekehan keluar dari mulutnya. 

Aku masih terpaku dengan mata kami yang saling bersitatap. Ini pertama kalinya bagiku, pertama kalinya aku benar-benar menatap matanya

' gitu dong Key, kalo ngomong orangnya dilihat' ungkapnya tanpa ada embel-embel dokter lagi di depannya. Aku tersenyum menanggapinya.

'ada apa dok?' tanyaku lagi dengan senyum yang masih menghiasi wajahku, dia diam sesaat

'ehmm, sebelumnya gak usah pake embel-embel. Raka aja panggilnya' aku mengangguk mengiyakan 

'ada apa Raka?' dia tersenyum sesaat kemudian wajahnya berubah serius.

'mau sampai kapan?'  tanyanya

'ehh?' aku menautkan alisku,bingung. Raka terus menatapku serius

'mau sampai kapan kamu menghindar dariku Keyla?'

Degh, dia tau?

'menghindar apanya sih?' ungkapku seraya mengalihkan pandangan. Terdengar helaan nafas darinya

'sekarang pun kamu menghindar lagi' kutolehkan kembali kepalaku menatapnya

'kamu ngomongin apa sih Raka?, menghindar apanya ? ini bahkan pertama kalinya kita berinteraksi.'

'kamu menghindar dari ku keyla, kamu menghindar. Ada yang berbeda dan berubah. Aku merasakan nya. Tidak ada lagi lirikan dari mu di setiap kegiatan ku, tidak ada lagi seseorang yang menatapku dari jauh, tidak ada lagi yang diam-diam mengamatiku keyla, parahnya kamu bahkan menghindari bersisian denganku setiap saat Key, kamu menghindar dari ku.'

Dia tau? Dia tau semua itu? Bukankah aku menutupnya begitu rapat dan rapi selama ini? Mengapa dia tau? Aku terdiam beberapa saat.

'Raka, kamu momong apa sih aku gak ngerti' aku masih berusaha menyangkal. Raka menggelengkan kepalanya perlahan.

'oke, ini mungkin salahku karena tidak mengungkapkannya dari awal' dia menghela nafas sejenak

'semua yang kamu lakukan ke aku keyla, semua yang kamu rasakan ke aku aku juga merasakannya, aku hanya berpura-pura tidak tahu ketika kamu menatapku dari kejauhan, ketika kamu mengamatiku, melirikku, aku hanya berpura-pura tidak tahu, keyla. Aku berpura-pura!. Aku hanya menikmati semua hal yang kamu lakukan ke aku. Dan aku juga melakukan hal yang sama ke kamu!' aku terkejut mendengar pernyataannya

'tapi semuanya berbeda keyla, berbeda saat kamu mulai tak menatapku dari kejauhan lagi, berbeda saat kamu tak melirikku lagi, semuanya terasa amat berbeda, mengapa keyla..'

'jadi.. selama ini,' aku terhenyak mendengar penuturannya

'iya aku tau apa yang kamu rasa keyla . aku tau, karena aku juga merasakan hal yang sama.'

Aku menggeleng tapi bagaimana dengan suster itu?

'tapi suster itu..'

' astaga.. jadi selama ini  karena Nina?, dia adik aku keyla, dia adik kandungku' aku tiba-tiba merasa puluhan beban terangkat dari bahu ku

'aku mencintaimu Keyla, amat sangat mencintaimu, bahkan jauh lebih dulu sebelum kamu diam-diam melirikku, aku mencintaimu, masihkah kamu mau menyangkalnya keyla?' aku terdiam merasakan gejolak aneh di perutku, aku merasakan seperti ada ribuan kupu-kupu beterbangan.

'masihkah kamu menyangkalnya keyla?' tanya Raka sekali lagi. aku terdiam, masihkah aku menyangkalnya? Mampukah aku?, sepertinya tidak. Aku tersenyum menggelengkan kepalaku sembari menatap Raka lekat

'sepertinya aku tidak bisa menyangkalnya' Raka tersenyum dengan lebarnya meraih tanganku, menggenggamnya.

'bagus, kamu memang tidak boleh menyangkalnya' aku tersenyum mendengarnya

'akhir pekan ini aku akan ke rumah mu dengan keluargaku, melamar mu' ungkapnya setelah hening beberapa saat. Aku menatapnya dalam, sungguhkah ? ini nyata kan?

'aku mencintaimu keyla, sejak lama. Jauh sebelum kamu mengenalku. Aku mencintaimu sejak kegiatan ospek bodoh di kampus dulu. Saat itu aku sudah merasakannya. Kamu memiliki rasa yang sama padaku kan?' tanyanya. Jadi, dia mencintaku selama itu?. Senyum di wajahku semakin lebar mendengar penuturan Raka.

'yes, you are. aku tidak menerima penolakan apapun dari mu, karena kamu segalanya untukku, kamu adalah kenyataan dari cinta semu yang selama ini kurasakan. Kamu adalah keramaian dari segala keheningan yang kurasa. Jadi kamu tidak boleh menolakku.  Aku tidak akan membiarkanmu menghindariku lagi, rasanya begitu menyakitkan. Tidak boleh' ungkapnya seraya mencium tanganku yang ada di genggamannya,

Dan aku merasakan kembali kepakan ribuan sayap kupu-kupu di perutku.

'aku mencintaimu Raka' bisikku di telinganya.

 

.

.

Jika memang sesuatu di tetapkan untukmu dia takkan pernah menjadi milik orang lain.. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun