Mohon tunggu...
Andini Okka W.
Andini Okka W. Mohon Tunggu... Guru - -Work for a cause not for an applause-

- a teacher, a humanist, and a lifetime learner -

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tiga Sinetron Terbaik Indonesia Versi Saya, Sepakatkah Kita?

23 Januari 2024   16:55 Diperbarui: 23 Januari 2024   17:01 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Menurut KBBI, sinetron/si*net*ron/ /sintron/ n adalah film yang dibuat khusus untuk penayangan di media elektronik, seperti televisi;

Sinetron adalah film, pertunjukan sandiwara, Sinetron-sinema sama dengan TV-play, sama dengan teledrama, sama dengan sandiwara ditelevisi, sama dengan film-televisi, sama dengan lakon televisi. Persamaannya sama-sama ditayangkan di media audio-visual yang bernama televisi (Wardhana, 2012).

Sedangkan menurut Suhardi, 2010,  sinetron termasuk ke dalam program siaran drama yang dapat dibagi dua, yaitu sinetron cerita dan non-cerita. 

Perbedaannya terletak pada format sinetron. Sinetron cerita terdiri dari beberapa jenis, yaitu sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron drama komedi dan sinetron drama yang dikembangkan dari novel, cerita pendek dan sejarah.

Sinetron merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Untuk teman-teman generasi milenial seperti saya, sinetron merupakan hiburan menyenangkan yang paling murah dan bisa dijangkau oleh kita semua saat itu. Saat jaman masih belum marak internet maupun layanan televisi berbayar seperti sekarang.

Sinetron menjadi salah satu agenda kehidupan yang pasti masuk ke 'a day in my life' kita kala itu.

Sebagai anak yang tumbuh di era tahun 90-an, pastilah banyak kenangan yang mungkin para pembaca juga ukir dengan menonton sinetron-sinetron yang berjaya pada masanya.

Di luar asumsi masyarakat terhadap sinetron yang tak jarang dianggap memberikan dampak negatif karena seringkali berlebihan dan tidak masuk akal alur ceritanya.

Pastilah dari beragam sinetron tersebut, ada beberapa yang menancap di hati. Menjadi sinetron-sinetron terbaik versi kita masing-masing.

Berikut adalah tiga besar sinetron Indonesia terbaik versi saya beserta ulasan dan alasannya. Coba disimak, apakah kita seia sekata?

NOMOR TIGA

Di urutan ketiga saya memilih sinetron Lorong Waktu. Berkisah tentang perjalanan Haji Husin (Dedy Mizwar) bersama muridnya Zidan (Jourast Jordy) menjelajahi ruang dan waktu. Mereka menjelajah menggunakan mesin waktu yang merupakan karya dari Ustadz Addin (Adjie Pangestu, Dicky Chandra, Hefri Olifian). Petualangan mereka selalu menyajikan hiburan yang menyenangkan tiap episodenya.

Bagi anak muda yang tumbuh besar di akhir 1999 hingga 2006, sinetron Lorong Waktu merupakan salah satu sarana untuk menunggu waktu berbuka. Jam tayang yang cenderung sore membuat sinetron tersebut bisa menjadi tontonan anak yang baru saja pulang sekolah.

Berbagai apresiasi pun pernah di dapatkan oleh sinetron ini. 

Vice mencap Lorong Waktu sebagai sinetron religi terbaik sepanjang masa.

Kompas juga menyebutkan bahwa Lorong Waktu merupakan sinetron yang paling ingin pemirsanya tonton kembali dan ceritanya tidak pernah basi meskipun sudah berakhir sejak 2006.

Sementara CNN menyatakan lorong Waktu sebagai sinetron religi primadona bagi generasi 1999 hingga 2006.

Meskipun saya tidak berpuasa, namun saya dan keluarga cukup menggemari sinetron ini. Beragam ide cerita di tiap episodenya, apik terangkai membuat para penonton tidak mudah bosan.

Hal lain yang saya kagumi dari sinetron ini adalah bahwa sinetron ini menampilkan sisi "manusia" dari para tokoh pemuka agama. Para tokoh agama tersebut digambarkan sebagai sosok manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Bukan semata-mata sebagai seorang pemuka agama yang dihormati dan selalu tanpa cela seperti yang sering digambarkan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya.

Untuk saya pribadi, hal ini menjadi nilai plus tersendiri karena sinetron menggambarkan situasi natural yang terjadi dalam masyarakat nyata.

Kenaturalan ini juga lah yang membuat sinetron ini menjadi semakin digemari pada masanya.

NOMOR DUA

Di urutan kedua saya memilih sinetron Tukang Ojek Pengkolan atau biasa disebut TOP.

Tukang Ojek Pangkalan merupakan salah satu sinetron unggulan RCTI. Sinetron komedi tersebut ditayangkan perdana pada 25 April 2015.

Tukang Ojek Pengkolan adalah sinetron yang mengisahkan seorang pria bernama Rojak yang bekerja sebagai tukang ojek kampung di daerah Rawa Bebek yang berada di belakang gedung-gedung perkantoran Jakarta. Rojak bekerja sebagai tukang ojek bersama dua rekannya, Purnomo yang berasal dari Semarang dan Sutisna yang aslinya dari Bandung. Kisah Rojak dan Purnomo ini tutup buku dengan total episode 3522.

Sinetron Tukang Ojek Pengkolan juga telah banyak mendapatkan penghargaan dari Indonesian Television Awards, Panasonic Awards dan juga Busan International Film Festival.

Di luar prestasinya yang luar biasa, sinetron ini menorehkan kenangan dan kesan tersendiri bagi saya.

Persahabatan Purnomo yang berasal dari Jawa Tengah, Tisna dari Jawa Barat, dan Rojak yang asli Betawi merupakan magnet terbesar sinetron ini. Karakter masing-masing tokoh utamanya sangat kuat dengan kekhasan masing-masing.

Berbagai karakter pendukungnya pun tak kalah kuat ciri khasnya. Seperti Mbak Yuni yang menggambarkan ibu-ibu yang selalu kepo dan doyan ghibah mengenai tetangganya, bapak dosen si ketua RT yang selalu menjadi problem solver masalah warganya, Mak mantan mertua Rojak yang menggambarkan hubungan antar mertua dan menantu khas Indonesia, dll.

Alur cerita yang sebetulnya sederhana mengenai kehidupan sehari-hari para tukang ojek dengan semua problema hidupnya.

Namun, kesederhanaan itulah yang membuat sinetron TOP ini digemari masyarakat. Sinetron yang menggambarkan kehidupan real mayoritas masyarakat Indonesia. Istilah kerennya "so relatable" dengan para penontonnya.

Kehidupan kelas menengah dan pekerja, yang diwarnai dengan problematika sekitar yang khas kita banget di kehidupan sehari-hari. Bukan sekedar sinetron yang berlatar rumah tinggi megah dengan kisah cinta beda kasta. 

Nomor Satu

Jawara sinetron terbaik buat saya sepanjang masa adalah Si Doel Anak Sekolahan.

Sinetron Si Doel Anak Sekolahan tayang perdana di stasiun televisi swasta RCTI pada 12 Maret 1994. Disutradarai Rano Karno, yang juga turun main sebagai pemeran utama, Doel dan diproduksi Karnos Film.

Sinetron Si Doel Anak Sekolahan adalah versi modern dari novel berjudul Si Doel Anak Betawi karangan Aman Datuk Majoindo yang rilis pada 1932.

Kehadiran Si Doel Anak Sekolahan secara tak langsung juga menjadi pendobrak stigma yang ditujukan pada orang Betawi.

Di masyarakat pada zaman itu, orang Betawi memang kerap dicap malas, tidak berpendidikan, tukang kawin, dan lain sebagainya.

Karakteristik itu pun ditonjolkan pada sejumlah karakternya, misalnya Mandra yang suka malas menarik oplet tua babeh, Atun - adik Doel - yang cuma tamatan SD, dan karakter Engkong Ali yang masih suka genit pada wanita meski sudah berumur.

Selain stigma orang Betawi tersebut, sinetron Si Doel juga menyinggung nepotisme di Indonesia yang marak pada era Orde Baru. Karakter Doel muncul sebagai penetralisir stigma yang ditujukan. Ia digambarkan sebagai orang yang tekun mengejar cita-citanya dan mengedepankan kejujuran saat memilih kariernya.

Menurut Klarijn Loven dalam Watching Si Doel Television, Language and Identity in Contemporary Indonesia, sinetron Si Doel mendulang kesuksesan besar. Si Doel berhasil hidup di tengah kepungan sinetron lokal yang kala itu lebih sering mengangkat tema kehidupan elit kelas atas. Rating Si Doel tinggi, mampu menghibur penonton segala usia dan kalangan. 

Dengan nilai-nilai yang dikandung dan kisahnya yang ringan karena dekat dengan kehidupan sehari-hari, sinetron ini kian terkenal sehingga tidak heran bisa mencapai 162 episode dan 7 musim. Bahkan Si Doel Anak Sekolahan juga ditayangkan di Belanda oleh Garuda TV pada awal 2000-an.

Meskipun banyak serbuan sinetron baru di pertelevisian Indonesia, Si Doel Anak Sekolahan yang legendaris tetap diminati hingga kini. Beberapa kali RCTI menayangkannya kembali di tv pada jam-jam tertentu atau bisa pula ditonton secara bebas lewat media/platform berbasis internet, seperti yang masih saya lakukan hingga sekarang.

Kisah cinta segitiga antara si Doel, Zaenab, dan Sarah juga berhasil bikin greget penonton, bahkan hingga sekarang.

Zaenab si gadis manis sederhana yang mencintai Doel dalam diam. Sarah si gadis cantik dari keluarga berada yang tulus cinta dan kebaikannya pada Doel beserta keluarganya.

Sikap si Doel yang terkesan plin plan dan tidak tegas memilih cinta itu justru menjadi daya tarik yang bikin greget penonton. Bahkan sampai sekarang, saya sering menemukan warga net saling berdebat menjadi tim Sarah atau tim Zaenab di kolom komentar. 

Sungguh menjadi bukti bahwa sinetron ini masih banyak diminati.

Bagi saya pribadi, adegan yang selalu menjadi favorit dan saya tunggu adalah saat Mas Karyo dan Mandra bertengkar. 

Akting mereka luar biasa mengagumkan. Mereka bisa senatural itu mengucapkan dialog dengan gestur dan mimik muka yang tampak seperti bukan sekedar berakting di depan kamera.

Celetukan-celetukan Mas Karyo dalam Bahasa Jawa yang sangat relatable dengan bahasa yang sehari-sehari masyarakat ucapkan, ditambah gaya khas marah Betawi dari tokoh Mandra selalu berhasil membuat saya dan keluarga tertawa terpingkal-pingkal. 

Kekuatan akting dari para pemainnya yang luar biasa natural, alur kisah yang lekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, dan topik yang tidak pernah membosankan.

Sinetron yang memuat berbagai genre. Ada drama, romantis, dan juga komedi. Salah satu yang paling pecah dan memorable itu ada di episode Atun Kejepit Tanjidor. Bisa-bisanya ada ide kocak seperti itu. Pasti hampir semua ingat momen epic ini!

Walaupun banyak stigma negatif terhadap keberadaan sinetron, namun terbukti penggemar sinetron masih banyak. 

Jacques Lacan, psikolog analitis Perancis, dalam bukunya, The Mirror Stage As Formative of The Function of The I As Revealed In Psychoanalytic Experience (2014). Di dalamnya, ia membahas mengenai imajinasi, simbol, dan realitas hidup manusia yang sering ditampilkan pada karya seni.

Menurut Lacan, sebuah cerita selalu menampilkan ketiga unsur tersebut dalam melibatkan psikologis manusia. Dalam sebuah film layar lebar, misalnya, ketiga unsur ini juga dimasukkan dalam plot ataupun adegan-adegan di dalamnya. Sinetron pun menampilkan hal yang sama, hanya imajinasi, simbol, dan realitas hidup dikemas dengan durasi yang panjang, berbelit, dan konflik tanpa ujung.

Dalam sinetron, unsur imajinasi ditampilkan dengan memasukkan latar (cerita, lokasi, karakter tokoh) yang dekat dengan penonton sekaligus memancing daya imajinasi penonton. Lalu, muncullah konflik yang hadir bersama sifat-sifat alami dari para tokoh untuk memunculkan asosiasi dan menjadi simbol emosi penonton (senang, takut, cemas, marah, dan sebagainya). Terakhir, semua adegan yang terjadi ditampilkan seakan-akan menyerupai kejadian yang terjadi di kehidupan nyata.

Ketiga unsur penting itu kemudian dirangkai dan dikemas menjadi alur cerita yang menarik penonton sesuai dengan preferensi genre masing-masing.

Kesimpulannya, sinetron akan tetap diminati sepanjang masa karena menggambarkan kehidupan masyarakat. Masyarakat merasa memiliki keterikatan dan kesamaan yang relate di kehidupan pribadi mereka.

Adakah pembaca yang memiliki daftar sinetron terbaik sendiri? Atau apakah kita sama? 

Oh ya, Anda tim mana. Tim Zaenab atau Tim Sarah? Yuk, share di kolom komentar.

Akhir kata, salam sehat dan hangat dari saya.

Jadilah berkat dimanapun berada!

Jangan lupa bahagia!

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun