Mohon tunggu...
Revka Andima Saputro
Revka Andima Saputro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa yang ceria dan aktif. Beraspirasi untuk menjadi versi terbaik dari dirinya

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menjaga Keindahan Nusantara: Masa Depan Keanekaragaman Hayati Indonesia

2 Januari 2025   23:56 Diperbarui: 2 Januari 2025   23:56 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pusat Studi Satwa Primata (2019)

Peran Keanekaragaman Hayati Indonesia

Jawaban dari pertanyaan itu harus diteliti lebih lanjut dengan memahami pentingnya peran flora dan fauna di Indonesia. Secara ekologis, mereka dapat menjaga keseimbangan ekosistem, dimana tumbuhan berperan dalam menjaga kualitas tanah dan penyedia oksigen, sementara hewan berperan dalam proses penyerbukan dan penyebaran biji tumbuhan. Bagi seorang ekonomis, keanekaragaman hayati berperan dalam menjadi sumber daya alam yang berharga di sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata. Secara tidak langsung, hal tersebut juga dapat membantu menopang ekonomi masyarakat sebagai mata pencaharian mereka (Azizah 2023). Selain itu, secara sosial dan budaya, flora dan fauna berperan dalam membentuk budaya setempat dan ciri khas lokal (Adlani 2022). Hal ini dapat dilihat dalam artikel yang dibuat oleh Google Arts and Culture yang menunjukkan beberapa contoh hewan yang berperan dalam membentuk budaya-budaya di Indonesia. Salah satunya seperti Ayam Jago yang telah menjadi tradisi kuno di daerah Bali dalam bentuk pemujaan atau ritual keagamaan. Tradisi ini juga disematkan dalam lukisan karya I Ketut Tagen berjudul Sabung Ayam seperti pada Gambar 2.  

Gambar 2 Lukisan Sabung Ayam karya I Ketut Tagen (1990)Sumber: Google Arts and Culture (2024) 
Gambar 2 Lukisan Sabung Ayam karya I Ketut Tagen (1990)Sumber: Google Arts and Culture (2024) 

Sebagai mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan, saya berpendapat bahwa flora dan fauna juga memiliki peran penting dalam bidang konstruksi. Hal itu bisa dilihat dari mindset shift masyarakat selama beberapa dekade belakangan ini yang memiliki fokus konstruksi yang lebih ramah lingkungan. Fokus baru ini membantu mengarahkan bidang konstruksi ke arah pendekatan konstruksi yang imersif dan dekat dengan alam. Pendekatan ini membantu manusia agar bisa membangun lingkungan yang minim polusi dan tidak merusak lingkungan pembangunannya. Selain itu, dari segi etika, manusia sebagai khalifah atau pemimpin di bumi memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan flora dan fauna yang ada. Sesuai dengan etika konservasi, manusia harus memiliki kebijakan dan bertindak linear dengan menjaga kondisi lingkungan aslinya, dimana menghargai segala bentuk kehidupan makhluk hidup merupakan refleksi nilai moral yang luhur (Lindungi Hutan 2024). Hal itu mengingatkan saya akan quotes menarik dari Jane Goodall, seorang primatolog dan konservasionis yang berbunyi, 

“Seluruh spesies hidup saling terhubung seperti jaring. Jika satu benang putus, seluruh jaring bisa runtuh.”

Faktor Penyebab Krisis Kepunahan Hayati

Pemahaman akan pentingnya peran flora dan fauna dalam hidup manusia juga harus dilengkapi dengan pemahaman dan analisis mendalam mengenai faktor penyebab krisis kepunahan. Kepunahan merupakan fenomena ekologis yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Tentunya salah satu kontributor utama terhadap terjadinya kepunahan adalah faktor antropogenik atau faktor yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Faktor antropogenik ini mencakup berkurangnya habitat flora dan fauna akibat deforestasi, urbanisasi, dan konversi lahan. Meskipun perbuatan-perbuatan ini dibutuhkan untuk mengembangkan peradaban manusia, tetapi seharusnya pengembangan disertai dengan pelestarian alam yang selaras. Konsep pemikiran ini semakin berkembang beberapa tahun kebelakang, dimana konsep desa hijau, forest city, smart city, sponge city, dan konsep-konsep lain merupakan beberapa contoh dari pembangunan yang berwawasan lingkungan (Ekaptiningrum 2022). Hal tersebut sangat linear dengan program studi saya sebagai mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan, dimana diperlukan perhatian lebih dalam konstruksi agar daur hidup sebuah bangunan dari awal pembangunan hingga masa akhir penggunaannya dapat dilakukan dengan pembangunan yang ramah lingkungan.

Selain dari itu, tentunya perlu dibahas juga terkait perburuan liar dan perdagangan satwa ilegal di pasar gelap. Menurut Sitompul (2023), terdapat beberapa dampak negatif dari perburuan liar diantaranya seperti rusaknya rantai makanan, ketidakseimbangan ekosistem, berkurangnya kualitas daerah tersebut, dan secara ekstrem berupa terjadinya kepunahan sebuah spesies hewan. Salah satu contoh kepunahan akibat perburuan liar dapat dilihat pada contoh kasus Tasmanian Tiger yang diburu hingga punah oleh para peternak yang tidak ingin domba ternaknya dimangsa oleh Tasmanian Tiger pada tahun 1930-an. Pada akhirnya spesies tersebut punah pada tahun 1936 ketika individu terakhir dari spesiesnya meninggal di Hobart Zoo (Nelson 2022). 

Perubahan iklim juga memiliki peran signifikan dalam krisis kepunahan ini. Perubahan iklim akibat global warming dan siklus perubahan iklim bumi dapat menyebabkan terjadinya perubahan terhadap pola cuaca dan suhu yang dapat mengganggu ekosistem alami. Perubahan iklim ini juga termasuk dalam salah satu krisis yang dijelaskan oleh Prof. Satyawan dalam Forum Bumi yang diselenggarakan Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia. Ancaman ini dikenal dengan istilah Triple Planetary Crisis yang terdiri atas perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Perubahan iklim yang dipicu oleh emisi gas rumah kaca hingga terjadi global warming dapat menciptakan kondisi-kondisi cuaca yang ekstrem. Polusi, baik polusi udara, cair, atau padat dapat merusak kondisi sebuah ekosistem dan mengganggu alur kehidupan pada ekosistem tersebut. Terakhir, krisis hilangnya keanekaragaman hayati sebagai akibat dari aktivitas manusia dapat mempercepat siklus ini, yang mana ketiga krisis ini membentuk siklus destruktif yang merusak ekosistem dan mengancam keberlanjutan kehidupan di bumi (Rahman 2022).

Kondisi di tanah air Indonesia juga sama buruknya. Negara yang dikenal dengan kekayaan biodiversitasnya ini menghadapi ancaman kepunahan flora dan fauna yang serius. Kombinasi dari faktor-faktor yang telah disebutkan tidak hanya memicu penurunan populasi spesies, tetapi juga mengancam keseimbangan ekosistem alami. Tanpa intervensi yang tegas, Indonesia berisiko kehilangan sebagian besar kekayaan hayatinya dalam waktu dekat. Pertanyaannya kini, bagaimana kita dapat memastikan bahwa keanekaragaman hayati di Indonesia tetap memiliki ruang untuk hidup di tengah perubahan dunia yang semakin pesat?

Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun