Mohon tunggu...
Andika NugrahaFirmansyah
Andika NugrahaFirmansyah Mohon Tunggu... Guru - Aktif di Sokola Sogan, Komunitas Belajar berbasis minat dan bakat.

Seorang pembelajar yang berteman dengan anak-anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelajaran Olah Rasa

6 Januari 2024   23:51 Diperbarui: 7 Januari 2024   00:11 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beliau melanjutkan dengan mengirimkan screenshot sebuah grup wa. Grup itu beranggotakan 9 orang. Di dalamnya ada 4 putri dan 4 putra ditambah Beliau. Ajibnya, nama grupnya adalah INGAT DOSA. Pakai capslock semua. Grup itu dibuat pukul 10.21 wib. Artinya saat mereka sedang diceramahi di rumah beliau karena ketahuan pacaran.

"Artinya, mereka, anak-anak (gen z) ini masih bisa dikandani." tulis Beliau.

Saya sangat sepakat dengan beliau bahwa anak-anak ini masih bisa dinasehati. Tapi tentu syarat dan ketentuan berlaku. Saya yakin tidak semua guru bisa menasehati anak-anak semacam ini.

Mungkin ada yang nggah-nggeh tapi ora kepanggeh. Atau ada yang memperhatikan seksama guru yang nerocos di depannya, tapi saat guru berbalik badan dia menirukan dengan gaya nyenyenye sambil mulutnya monyong-monyong.

Saya yakin, kalau guru itu tahu, pasti kepingin nampek cangkeme. Tapi tidak jadi dilakukan karena takut papan Sekolah Ramah Anak di sekolahnya ambruk.

Padahal sekolah ramah anak ini perlu dibatasi dengan konsep yang jelas mengenai kekerasan dan kejahatan. Bagi saya, terkadang keras itu boleh asal pada taraf mendidik. Yang tidak boleh adalah kejahatan.

Tentu pendapat ini tidak popular dan akan banyak dihujat. Tapi jangan disalah artikan akan main kaplok terus. Tentu itu tidak bagus dan tidak sampai seperti itu.

Saya punya pengalaman saat nyantai dengan guru senior. Beliau seorang guru sekolah menengah atas. Momen itu saya upload di story wa. Ndilalah, teman saya komen dan titip salam buat Beliau. Kemudian salam itu saya sampaikan.

Beliau ternyata masih ingat dengan teman saya yang satu ini. Katanya pernah di kaplok dengan sepatu pantofel tepat di pipinya. Beliau juga menceritakan berbagai kejadian betapa mbedut-nya teman saya yang satu ini. Yang membuat saya kaget adalah tidak berangkat sekolah hampir satu semester. Tentu dengan berbagai kelihaian mengarang surat. Kadang ijin, kadang sakit. Kadang pamit berangkat tapi kemudian colo (mbolos) begitu saja. Katanya mumet kalau di sekolah.

Pernah suatu waktu, Beliau mendatangi rumah teman saya ini. Di sana Beliau bertemu dengan Ibu teman saya. Beliau bilang kalau teman saya hari ini tidak masuk sekolah, bahkan sudah sering tidak masuk sekolah. Sudah berkali-kali sekolah mengirimkan surat undangan untuk orang tua tapi orang tuanya tidak pernah datang ke sekolah. Ibu teman saya kaget, karena tadi sudah minta uang saku dan pamit berangkat sekolah. Selain itu, tidak ada surat dari sekolah yang pernah sampai ke rumah.

Ibu teman saya ini tentu malu. Sampai-sampai bilang ke guru itu untuk dinasehati dan bila perlu dikerasi supaya sadar. Dari ijin itulah, awal mula sepatu pantofel melayang ke pipi teman saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun