Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Krisis Moneter di Asia?

13 November 2023   22:00 Diperbarui: 15 November 2023   13:00 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Krisis keuangan paling parah di dunia. (Sumber: iStockphoto/bedo via kompas.com)

Negara-negara tersebut kemudian mengadopsi pendekatan yang lebih hati-hati terhadap liberalisasi neraca modal dengan urutan yang lebih baik dan konsisten dengan kondisi perekonomian dalam negeri. Krisis ini juga akhirnya memberikan dorongan kuat bagi inisiatif kerja sama regional.

Saat ini, Asia memiliki prospek perekonomian yang lebih kuat. Perekonomian negara-negara berkembang di Asia tumbuh sebesar 6,8% per tahun selama dua dekade terakhir. Lebih cepat dibandingkan kawasan lain.

Pertumbuhan kawasan ini kini lebih bergantung pada permintaan domestik.  Pencapaian-pencapaian ini membantah kritik selama krisis bahwa keajaiban pertumbuhan Asia hanyalah sebuah mitos dan tidak berkelanjutan.

Pola pembangunan di Asia sedang berevolusi dari "model angsa terbang" yang populer pada tahun 1960an ke sistem yang didasarkan pada "model jaringan berbagi produksi" dimana negara-negara berbeda berbagi sebagian proses produksinya.

Proses baru ini memungkinkan negara-negara berkembang untuk berintegrasi ke dalam rantai nilai regional dan global dengan lebih cepat sehingga memfasilitasi transfer teknis dan keterampilan yang memperluas peluang pertumbuhan bagi pendatang baru.

 Namun Asia tidak boleh berpuas diri.  Sekitar 330 juta penduduknya masih hidup dalam kemiskinan absolut dan banyak negara mengalami peningkatan kesenjangan.  

Langkah-langkah lebih lanjut diperlukan untuk membuat perekonomian lebih berketahanan dan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.

Pertama, negara-negara Asia harus terus menerapkan kebijakan makroekonomi yang sehat. Mereka perlu menjaga ruang fiskal dan cadangan internasional yang memadai terhadap guncangan di masa depan. 

Mereka ini membutuhkan pendapatan yang lebih besar dari reformasi perpajakan dan pengumpulan pajak yang lebih baik untuk membiayai kebutuhan infrastruktur dan sektor sosial.

Kedua, negara-negara ini membutuhkan sistem keuangan yang lebih dalam dan luas. Selain sektor perbankan yang sehat, mereka memerlukan pasar modal yang kuat. Khususnya obligasi mata uang lokal baik pemerintah maupun korporasi.  

Inisiatif Pasar Obligasi Asia ASEAN+3 banyak membantu meningkatkan jumlah obligasi dalam mata uang lokal dari $1 triliun pada tahun 2002 menjadi lebih dari $10 triliun pada tahun 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun