Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Awal Mula Konflik Amerika vs Iran

13 Juni 2023   17:00 Diperbarui: 13 Juni 2023   17:05 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya kita harus kenal Iran dulu. Bahwa Iran sejak tahun 1979 telah berganti status dari Kerajaan yang dipimpin oleh Shah Iran bernama Shah Reza Pahlevi ke pemimpin baru bernama Ayatullah Rohullah Khomeini dan statusnya pun langsung berubah menjadi Republik Monarki dimana Khomeini sebagai pemimpin tertinggi dan jalannya pemerintahan dikendalikan oleh seorang Presiden.

Nah yang menjadi pertanyaan, mengapa rakyat Iran bersatu di bawah Khomeini yang jelas-jelas hanyalah seorang pemimpin agama yang kalau di Indonesia mungkin sekelas Habib Rizieq Shihab menggulingkan Shah Iran?

Karena Shah Iran waktu itu tidak perduli pada rakyatnya. Shah Iran ini hanya perduli pada programnya saja tanpa memperhatikan nasib rakyat kecil di negara tersebut.

Memang program yang dicanangkan oleh Shah Iran ini bagus. Dia hendak mengangkat perekonomian Iran tanpa campur tangan dari kaum bangsawan feodal yang masih dominan di negara tersebut. Hanya saja dalam menggerakkan program tersebut Shah Iran tidak mampu mengendalikan syahwat hedonis orang-orang didalam pemerintahannya sehingga korupsi merajalela. Akibatnya program tersebut sama sekali tidak menyentuh rakyat kecil seperti yang diinginkannya.

Akibatnya di desa itu sampai ada tiga kasta yang terjadi.

1. Petani Kaya.

Diwakili oleh perangkat desa sampai ujung-ujungnya jatuh ke kaum feodal lagi.

2. Buruh Tani.

Mereka ini masih lumayan karena masih ada pekerjaan yang bisa mereka garap yaitu tanahnya para petani kaya itu.  

3. Petani Miskin.

Golongan yang ini yang paling sengsara karena disamping tidak punya tanah juga tidak punya pekerjaan untuk digarap. Sehingga membuat mereka kemudian hijrah ke kota.

Akibatnya arus urbanisasi jadi membengkak. Sementara pekerjaan sedikit. Permintaan akan pekerjaan banyak. Akhirnya mereka terima pekerjaan apapun asalkan dapat kerja untuk makan.

Apalagi kaum ulama juga tidak suka pada Shah Reza ini karena dianggap terlalu sekuler dan mengagung-agungkan budaya barat yang dianggap keluar dari prinsip tradisional Iran.

Akhirnya bersuara lah salah satu ulama yang kebetulan memiliki pengikut paling banyak diantara ulama yang lain yaitu Rohullah Khomeini. 

Shah Iran tidak senang. Akibatnya sang pemimpin agama tersebut diusir dari Iran. 

Inilah salah satu kesalahan dari pemerintahan turun temurun yang tidak mengerti bagaimana menjalankan pemerintahan di era moderen saat itu. Saat pemimpin karbitan karena giveaway dari pemimpin terdahulu hanya karena dia adalah keturunan langsung dari pemimpin tersebut tapi tidak punya kompetensi dalam memimpin akhirnya membuat keputusan persis seperti raja jaman dahulu kala. Usir kalau tidak pancung.

Beginilah jika pemimpin yang tidak tahu politik memimpin sebuah negeri. Rohullah Khomeini itu bukan ulama kaleng-kaleng. Pengikutnya hampir seluruh Iran. Bahkan saat diasingkan pun, followernya justru bertambah karena mendapat simpati di luar negeri. 

Ini justru memakan popularitas Shah Iran sendiri baik di dalam maupun luar negeri. 

Apalagi Shah Iran ini dikenal sangat dekat dengan Amerika. Dimana puncak kekesalan rakyat Iran terjadi saat tahun 1953 dimana Amerika bersama dengan Inggris melakukan operasi Ajax/Boot di Iran.

Operasi yang hendak menggulingkan Ahmed Mossadegh sebagai perdana menteri terpilih secara demokratis hanya karena beliau ingin mengaudit laporan keuangan Anglo-Iranian Oil Company yang menurutnya banyak merugikan pihak Iran. Namun pihak AIOC tidak ingin bekerja sama alias tidak ingin diaudit oleh auditor pemerintah. Mereka hanya ingin di audit oleh auditor yang mereka rekomendasikan. Beliau tidak setuju. 

Akhirnya karena mereka tetap bersikeras dengan pendapat mereka maka Mossadegh pun mengambil alih perusahaan minyak tersebut dan menjadikannya Badan Usaha Milik Negara.

Otomatis Inggris marah besar. Ini harga diri negaranya. Maka Inggris minta bantuan Amerika yang kebetulan dekat dengan Shah Reza. Amerika bisa masuk tapi harus ada alasan. Kalau membela AIOC tidak mungkin karena itu bukan properti Amerika. Amerika harus punya alasan biar badan intelejennya bisa bekerja di luar negeri. Kebetulan di Iran ada Partai berbasis Komunis namanya Partai Tudeh. Jadi atas dasar Doktrin Truman untuk tidak memberi tempat bagi Komunis dimana pun berada, maka badan intelijen kedua negara pun bekerja sama dalam menggulingkan Mossadegh.

Mossadegh akhirnya menjadi ikon kebangkitan bangsa Iran dalam menentang Shah Iran. Maka pada tahun 1979 akhirnya Shah Reza berhasil digulingkan dan Imam Khomeini pun dipanggil pulang ke Iran.

Nah pada saat terjadi penggulingan kekuasaan ini ada hal unik yang terjadi. Dimana sewaktu terjadi kudeta Shah Iran berhasil melarikan diri ke luar negeri. Yaitu ke tempat bestienya. Apalagi kalau bukan Amerika. 

Disini pihak mahasiswa menuntut Amerika untuk mendeportasi Shah Reza ke Iran karena rakyat Iran ingin menghukum mati mantan pemimpinnya tersebut. 

Namun pihak Amerika menolak dengan alasan bahwa Shah Reza sedang mendapat perawatan atas penyakit kanker yang dideritanya. 

Ini yang membuat pihak mahasiswa marah dan nekat menyerbu Kedubes Amerika untuk Iran di Teheran dan menyandera para pegawainya selama 444 hari.

Disinilah awal mula mengapa rakyat Iran mengetahui tentang Operasi Ajax/Boot tersebut. Mereka menemukan dokumen yang menceritakan tentang Operasi tersebut saat mengobok-obok Kedutaan Besar Amerika tersebut. Hal ini juga sekaligus yang mensahkan desas-desus yang beredar bahwa ada campur tangan pemerintah Amerika di penggulingan Mossadegh.

Ini pula yang kemudian membuat rakyat Iran sepakat untuk mengangkat Imam Khomeini sebagai pemimpin tertinggi rakyat Iran. 

Ini pula yang kemudian membuat Jimmy Carter akhirnya kalah telak dari Ronald Reagan karena publik Amerika melihat Jimmy Carter sebagai pemimpin lemah karena saat kedutaan Amerika di Teheran diduduki oleh mahasiswa tapi tidak mampu berbuat apapun.

Bagi Ronald Reagan inilah awalnya publik Amerika berhasil dibangkitkan rasa patriotisme nya. Prasyarat dari Iran yang diterima mentah-mentah oleh Jimmy Carter bagi pembebasan para sandera merupakan genderang perang bagi publik Amerika. Kebencian terhadap Carter pun meluas.

Sejak saat itu Amerika menjadi dendam pada Iran. Negara manapun yang berselisih paham dengan Iran dan jika butuh bantuan maka Amerika siap membantu. Termasuk Saddam Hussein yang pernah berselisih dengan Iran. 

Hingga perang Iran-Irak menjadi perang paling berdarah-darah di Jazirah Arab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun