Karena selain faktor ekonomi dan politik yang menjadi penyebab utama krisis keuangan, faktor "kepanikan warga masyarakat" juga dapat menjadi pemicu semakin parahnya krisis keuangan pada suatu negara. Sebut saja krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998. Akibat dari "ketidakpercayaan masyarakat" terhadap perbankan pada saat itu, maka terjadi penarikan dana nasabah besar-besaran (rush), dampaknya inflasi semakin meningkat, dunia perbankan ambruk dan krisis moneter pun semakin parah. Berbeda halnya dengan krisis ekonomi pada tahun 2008, karena salah satunya tidak terjadi rush, maka dampaknya terhadap perbankan dan perekonomian negara pun dapat diminimalisir.
Karenanya, bukan hanya Pemerintah dan Dunia Usaha saja yang harus berstrategi dalam memitigasi ancaman krisis keuangan di tengah pandemi covid-19, setiap rumah tangga pun dapat berperan serta menjaga stabilitas keuangan negara, diantaranya dengan cara:
1. Â Memperbaiki literasi.
Sejatinya, kepanikan itu bisa terjadi lebih diakibatkan karena ketidakcukupan/kesalahan informasi yang diterima ataupun kurangnya pengetahuan. Saat ini, dimana informasi sangat banyak bersileweran di media sosial, kita mungkin akan mendapatkan informasi yang tidak dapat dijamin kevalidannya, bahkan hoaks. Informasi yang tidak valid/hoaks tersebut tidak hanya terkait langsung dengan penyebaran penyakit covid-19, namun juga terkait dengan aktivitas/kebijakan Pemerintah, dunia usaha, perbankan, kelompok masyarakat dan individu lainnya yang dapat membuat masyarakat resah, panik dan bahkan tidak percaya kepada pihak-pihak tersebut.
Karenanya, memperbaiki literasi dengan cara meningkatkan pengetahuan, kemampuan analisis, dan pemilahan terhadap setiap informasi yang diperoleh maupun yang akan dibagikan kepada pihak lain dapat menjadi strategi utama bagi setiap rumah tangga menghadapi kondisi saat ini. Ketika Literasi seluruh anggota keluarga berkualitas maka dapat dengan mudah terhindar dari kegelisahan dan kepanikan yang tidak perlu. Bahkan akan menciptakan suasana yang tenang, damai dan bahagia di rumah tangga, serta membuat betah untuk stay at home.Â
2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengeluaran rumah tangga.
Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk bisa bertahan di masa pandemi ini, sangat diperlukan kekuatan mental dan fisik (Imunitas) yang prima. Setelah memperbaiki literasi, seiring dengan keterbatasan dana yang tersedia, harus disusun prioritas pengeluaran rumah tangga, agar bisa efektif dan efisien.
Pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan sembako, kebersihan, kesehatan, serta untuk peningkatan pengetahuan harus menjadi prioritas. Kebutuhan diluar itu sebaiknya dikesampingkan untuk sementara waktu. Namun demikian, jangan pernah berpikiran untuk menimbun sembako, walaupun alasannya hanya untuk memenuhi keperluan pribadi rumah tangga saja (tidak untuk dijual). Karena selain merupakan tindakan tidak terpuji, hal itu bisa menyebabkan langkanya persediaan sembako di pasaran dan mengakibatkan harga sembako melambung tinggi serta krisis ekonomi semakin parah.
3. Berpikir positif & produktif.
Keuntungan utama dari memperbaiki literasi diantaranya adalah dapat memahami suatu masalah dari berbagai sudut pandang, sehingga dapat memiliki optimisme dan menemukan hikmah dibalik permsalahan tersebut. Khususnya bagi rumah tangga yang pendapatannya berkurang drastis/hilang akibat bangkrut/PHK, kondisi ini tentunya akan menjadi hantaman keras. Karena jangankan berpikir untuk meningkatkan imunitas setiap anggota keluarganya, untuk memenuhi kebutuhan sembako sehari-hari pun pasti akan mengalami kesulitan. Dalam kondisi seperti ini, dengan adanya program Bansos Pemerintah maupun bantuan para dermawan akan sangat membantu.
Namun demikian, perlu diingat bahwa bantuan tersebut hanya bersifat sementara, sehingga agar bisa mandiri, kita dituntut untuk berpikir positif, & produktif, sehingga bisa menemukan hikmah dan peluang bisnis/ekonomi dibalik pandemi. Apalagi dengan adanya program kartu prakerja, padat karya dan perluasan pembiayaan/stimulus bagi UMKM yang dicanangkan oleh Pemerintah, seharusnya dilihat sebagai peluang yang perlu dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk meningkatkan pengetahuan/keterampilan dan menangkap peluang bisnis yang ada.