Sebagai gantinya, ia memilih model marketing gerilya (guerilla marketing). Itulah istilah bisnis yang menjelaskan foto aneh Komeng di surat suara.
Dengan alokasi biaya yang sangat rendah, Komeng seharunya tidak terpikir korupsi untuk mengembalikan modal. Alih-alih mencuri uang rakyat, dia bisa fokus berkarya dan mengabdi untuk bangsa, khususnya warga Jawa Barat.
Sikap Komeng ini tentu menunjukan kebijaksanaan, intelektualitas serta integritas yang bisa berarti banyak saat dia menjadi Mendag.
Besar harapan, dia tidak akan menjadi menteri yang korup dan akan bijaksana dalam mengelola uang rakyat.
Branding yang Konsisten
Masih ingat iklan sepeda motor ikonik yang dibintangi Komeng? "Yang Mahal Semakin di Depan" ujar Komeng dengan baju compang-camping.
Seperti slogan si motor, Komeng kini selangkah lebih di depan dibandingkan sebagian besar koleganya di dunia hiburan. Sebagai produk, Komeng tetap menjadi brand klasik yang teguh bertahan di tengah gempuran persaingan.
Lestarinya Komeng di dunia hiburan tidak lepas dari konsiatensi dia dalam membangun citra diri. Sejak awal kita mengenal Komeng, seperti itulah dia sampai hari ini.
Maestro komedi dengan ciri khas banyolan ceplas-ceplos yang menabrak sistem nalar orang-orang normal. Ia pun konsisten dengan kehidupannya yang sederhana dan jauh dari pemberitaan negatif.
Soal branding, jelas Indonesia punya masalah besar. Sebagai negara dengan populasi nomor empat dunia, negara ini kalah terkenal dibandingkan Bali, provinsi andalannya.
Dengan ide-ide nyeleneh, Komeng sebagai Mendag tentu bisa menjadi teman ngopi Menteri Pariwisata untuk bersama menjual Indonesia ke luar negeri.
Leadership
Kamu yang membaca tulisan ini barangkali sesekali tersenyum membayangkan ide gila Komeng menjadi Mendag. Pertanyaannya seberapa mungkin ide ini bisa terwujud? Kita coba cek kemungkinannya.