"Eh? Tapi aku tak punya rumah."
Lelaki itu berhenti sejenak dan menoleh ke arah Aya.
"Mau ke rumahku saja?"
"Tidak usah. Lagi pula kita bahkan belum saling kenal."
"Kalau begitu kita tinggal kenalan saja, 'kan?" Lelaki itu mengulurkan tangan kanan pada Aya.
"Winter."
Aya menyambut uluran tangan itu lalu menjawab, "Freya. Tapi biasanya dipanggil Aya."
"Baiklah Aya. Ayo pulang ke rumahku."
"Tapi--"
"Tak apa-apa. Aku akan mengenalkanmu pada adikku. Dia pasti senang melihatmu."
Aya tak menolak lagi, terlebih Winter juga kelihatannya adalah lelaki yang baik. Barangkali Winter adalah perantaranya Allah dalam memberikan rezeki berupa makanan untuknya. Aya mengernyit begitu menyadari mereka telah berjalan melewati rumah Albiru. Dengan refleks, Aya bertanya, "Kamu kenal penghuni rumah itu?"
"Tidak. Yang kutahu dia orangnya berbahaya. Kau jangan sampai berurusan dengannya."