****
Albiru memerhatikan perut Aya untuk ke sekian kalinya. Bukan karena dia mesum atau sejenisnya. Hanya begitu penasaran mengapa perut yang semula terkoyak oleh pedangnya tiba-tiba kembali seperti semula tanpa meninggalkan bekas sama sekali. Pedangnya bahkan masih berhiaskan noda darah. Apa mungkin ....
Albiru tanpa sadar menggerakkan tangannya ke arah perut Aya yang awalnya terluka, tapi tangannya ditahan oleh Aya yang entah sejak kapan telah tersadar.
"Lo mau lecehin gue?" Aya berujar dengan lemah. Sakit di perutnya telah menghilang, tapi dia merasa tak memiliki energi sama sekali.
"Lo ... gue?"
Kening Aya berkerut. Agak bingung dengan pertanyaan Albiru. Apakah itu memang benar-benar pertanyaan ataukah ini adalah semacam prank mengingat pakaian Albiru yang rada aneh dan norak.
"Ini di mana?" Alih-alih menjawab, Aya justru balik bertanya.
"Rumahku."
"Kenapa gue di sini?"
"Gue?"
Aya mengebuskan napas. Daripada drama lelaki aneh di hadapannya semakin panjang, dia menjawab dengan ogah-ogahan, "Gue itu artinya aku, dan lo itu kamu. Sekarang jawab, kenapa gue di sini?"