Dalam menentukan struktur modal Perusahaan, manajemen juga mempertimbangkan analisis subyektif (judgment) Bersama dengan analisis kuantitatif. Berbagai factor yang dipertimbangkan dalam pembuatan Keputusan tentang struktur modal adalah:
- Kelangsungan hidup jangka Panjang (long-run viability)
- Manajer Perusahaan besa, khususnya yang menyediakan jasa yang berkesinambungan. Oleh karena itu, Perusahaan harus menghindari Tingkat penggunaan hutang yang dapat membahayakan kelangsungan hidup jangka Panjang Perusahaan.
- Konservatisme manajemen
- Manajer yang bersifat konservatif cenderung menggunakan Tingkat hutang yang "konservatif" pula (sedikit hutang) daripada berusaha memaksimumkan nilai Perusahaan dengan menggunakan lebih banyak hutang.
- Pengawasan
- Pengawasan hutang yang besar dapat berakibat semain ketat pengawasan dari pihak kreditor (misalnya, melalui kontrak perjanjian atau covenant). Pengawasan ini dapat mengurangi fleksibilitas manajemen dalam membuat Keputusan Perusahaan.
- Struktur Aktiva
- Perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai agunan hutang cenderung menggunakan hutang yang relative lebih besar. Misalnya, Perusahaan real estate cenderung menggunakan hutang yang lebih besar daripada Perusahaan yang bergerak pada bidang riset teknologi.
- Risiko Bisnis
- Perusahaan yang memiliki risiko bisnis (variabilitas keuntungannya) tinggi cenderung kurang dapat menggunakan hutang yang besar (karena kreditor akan meminta biaya hutang yang tinggi). Tinggi rendahnya risiko bisnis ini dapat dilihat antara lain dari stabilitas harga dan unit penjualan, stabilitas biaya, tinggi rendahnya operating leverage, dll.
- Tingkat Pertumbuhan
- Faktor lain dianggap tetap, Perusahaan dengan Tingkat pertumbuhan yang tinggi pada umumnya lebih tergantung pada modal dari luar Perusahaan. Pada Perusahaan dengan Tingkat pertumbuhan yang rendah kebutuhan modal baru relatife kecil sehingga dapat terpenuhi dari laba ditahan. Karena adanya factor "asymmetrice information" serta kenyataan bahwa flotation cost berhutang lebih rendah dari pada flotation cost menerbitkan saham biasa, Perusahaan dengan Tingkat pertumbuhan tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih besar dari pada Perusahaan dengan pertumbuhan rendah.
- Pajak
- Biaya bunga adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak, sedangkan pembiayaan deviden tidak mengurangi pembayaran pajak. Oleh karena itu, semakin tinggi Tingkat pajak perusahan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak, semakin besar daya Tarik penggunaan hutang.
- Cadangan kapasitas peminjaman
- Penggunaan hutang akan meningkatkan risiko, sehingga biaya modal (baik Ks maupun Kd) akan meningkat. Perusahaan harus mempertimbangkan suatu Tingkat penggunaan hutang yang masih memberikan kemungkinan menambah hutang di masa mendatang dengan biaya yang relative rendah. Ini berarti Perusahaan harus menggunakan hutang lebih sedikit dari yang disarankan oleh MM.
- Profitabilitas
- Pada umumnya, perusahaa-perusahaan yang memiliki Tingkat keuntungan tinggi menggunakan hutang yang relative kecil. (Atmaja, 2003).
- Keputusan struktur modal melibatkan analisis "trade-off" antara risiko dan keuntungan. Penggunaan hutang meningkatkan risiko Perusahaan, tapi juga meningkatkan keuntungan Perusahaan.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Irawan (2018:142) struktur modal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
- Risiko Bisnis Elton dan Gruber (Irawan, 2018) menyatakan bahwa "pengukuran beta suatu saham biasa dilakukan dengan menggunakan Single Index Model. Model ini berasumsi bahwa return saham berhubungan dengan perubahan return pasar, dan untuk mengukur hubungan tersebut bisa dilakukan dengan return indeks pasar".
- Struktur Aktiva Wild et al (2014) menyatakan bahwa "aktiva sebagai aset, aset merupakan sumber daya yang dikuasai oleh suatu perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba".
- Profitabilitas Menurut Brigham dan Houston (2011) mengemukakan "profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan".
- Ukuran Perusahaan. Menurut Santi (Irawan, 2018) ukuran perusahaan adalah sebagai petunjuk bahwa semakin besar ukuran perusahaan (size), akan memberikan kemungkinan bagi perusahaan untuk memiliki utang yang semakin besar/tinggi pula.
2.1.4 Kebijakan Struktur Modal
Pada pertemuan tahunan Financial Management Association (FMA) pada tahun 1989, disimpulkan beberapa hal mengenaik struktur perusahaan.
- Dalam praktik sangat sulit menentukan titik struktur modal yang optimal. Bahkan untuk membuat suatu range untuk struktur modal yang optimalpun sangat sulit. Oleh karena itu, kebanyakan Perusahaan hanya mempertimbangkan apakah Perusahaan terlalu banyak menggunakan hutang atau tidak.
- Ada kenyataan bahawa walaupun struktur modal Perusahaan dianggap jauh dari optimal, tapi dampaknya pada nilai Perusahaan tidak terlalu besar. Ini dapat diartikan bahwa Keputusan tentang struktur modal tidaklah sepenting Keputusan investasi, yang memiliki dampak yang lebih besar terhadap nilai Perusahaan.
2.1.5 Indikator Struktur Modal
Struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan DER Â Rasio ini digunakan untuk membandingkan sumber modal yang berasal dari hutang dengan modal sendiri diukur dengan rumus sebagai berikut:
x 100 %
2.2 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan suatu perusahaan, dan harga saham perusahaan sangat terkait dengan nilai tersebut. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Nilai perusahaan menjadi paradigma dan analisis untuk menjadikan saham sebagai acuan bagi para investor (Agam, 2016). Nilai perusahaan dapat menunjukkan keadaan perusahaan. Nilai yang baik akan membuat perusahaan dipandang baik oleh calon investor dan orang lain dari luar. Perusahaan mengatakan
Jika perusahaan memiliki kinerja yang baik dan nilai sahamnya tinggi, maka perusahaan juga memiliki nilai yang baik. Ini karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilainya melalui peningkatan kemakmuran para pemilik atau pemegang sahamnya. Nilai perusahaan ditentukan oleh harga sahamnya yang tinggi, yang meningkatkan kepercayaan pasar terhadap kinerjanya saat ini dan prospeknya di masa mendatang. Harga pasar saham suatu perusahaan mencerminkan penilaian investor secara keseluruhan atas perusahaan, yang merupakan salah satu cara nilai perusahaan dapat diukur. Semua aset yang dimiliki. Nilai perusahaan berkorelasi positif dengan harga sahamnya. Nilai saham sebuah perusahaan dapat menunjukkan nilainya jika nilai sahamnya tinggi, maka nilai perusahaan juga tinggi, karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilainya melalui peningkatan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik (Brigham, 1996).