Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya. Dalam Al-Quran dan Hadist disebutkan bahwa manusia sejak lahir membawa fitrahnya yakni beragama islam, Seperti dalam firman Allah dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat, 30: 30
Â
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Rasulullah bersabda :"Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitah beragama(perasaan percaya kepada Allah SWT, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan ia beragama yahudi, nasrani dan majusi" (HR Al-Baihaqi)
Kemudian tujuan ini bisa dijabarkan lagi menjadi beberapa tujuan yang lebih khusus lagi, yaitu : a) Menanamkan rasa keagamaan pada anak, b) Memperkenalkan ajaran agama Islam melatih untuk menjalankan ajaran Islam, c) Membiasakan berakhlak mulia, d) Mengajarkan dan mengamalkan Al - Quran, dan e) Berbakti kepada kedua orangtua, (Amin & Zirzis, 2009).
Menurut Joyce & Shower (2000), beberapa model belajar yang dapat digunakan untuk mengembangkan aspek emosional anak dalam pembelajaran, antara lain :
Model PersonalÂ
Model ini memfokuskan pada diri anak sebagai bagian sentral dalam keseluruhan proses dengan tujuan: a) mengenali dan mengembangkan emosi melalui perbaikan konsep diri, b) melatih anak untuk bertanggung jawab terhadap proses pendidikan yang dijalankan dengan menciptakan tujuan belajar yang berasal dari kebutuhan dan aspirasi anak, dan c) mengembangkan cara berpikir kualitatif, seperti kreativitas dan ekspresi diri. Model tersebut dilakukan dengan cara memberikan kebebasan pada anak untuk mengekspresikan emosi dan perasaan tanpa adanya kritikan dan memberikan kesempatan pada anak untuk membuat perencanaan serta menentukan keputusan sendiri dalam mencapai tujuan belajar.
Model SimulasiÂ
Model ini didasarkan pada prinsip cybernetics, yaitu menganalogikan manusia dengan mesin. Maksudnya melalui prinsip tersebut, anak diibaratkan sebagai sebuah mesin yang dapat mengatur umpan balik terhadap dirinya sendiri. Model ini memungkinkan anak untuk mengalami secara langsung situasi belajar, sehingga anak dapat merasakan dan selanjutnya memperbaiki perilaku yang masih belum tepat.
Model Bermain PeranÂ