Dalam ilmu jiwa, akar dari emosi merupakan ketidakpuasan terhadap sesuatu. Emosi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Emosi merupakan daya terampuh yang dimiliki manusia sehingga dapat memberikan warna kepada kepribadian seseorang, aktivitas, penampilan bahkan kesehatan jiwanya. Emosi merupakan penyambung hidup bagi kesadaran diri dan kelangsungan diri secara mendalam, menghubungkan diri sendiri, dengan orang lain serta dengan alam dan kosmos, (Segal & Nilandari, 2000).
Keberadaan emosi dalam diri manusia laksana pisau, dimana pada saat yang bersamaan pisau dapat membantu dan membahayakan. Semisal ketika seseorang menggunakan pisau untuk memotong sayuran, pada saat itu pula pisau dapat melukai tangan seseorang jika tidak berhati-hati dalam penggunaanya. Emosi yang dikontrol dengan baik dapat meningkatkan antusias, kepuasan, saling percaya dan komitmen yang pada gilirannya berdampak besar terhadap peningkatan kualitas kehidupan manusia, (Martin, 2003). Sebaliknya, sebagaimana yang telah manusia alami, emosi yang tidak terkontrol dengan baik sering berakibat buruk dan merugikan diri manusia itu sendiri maupun orang lain. Memang emosional sebagai bagian penting dalam sisi kejiwaan manusia tidak akan lepas dari totalitas itu sendiri. Hampir setiap setiap tingkah laku kita punya keterkaitan tertentu dengan emosi.
Menurut James, faktor yang penting dalam emosi adalah umpan balik dari perubahan badani yang terjadi sebagai respon terhadap situasi yang menakutkan dan membingungkan. Biasa orang menyadari adanya suatu yang sedang terjadi secara internal ketika mereka marah, bingung, gembira, takut, tetapi mereka tidak dapat mengamati perubahan pada tekanan darah atau aktivitas di dalam perut mereka, (Ardani, 2008).
Secara aplikatif mengajarkan bagaimana mengendalikan emosi agar melahirkan suatu kecerdasan baru yakni kecerdasan emosional. Contohnya Nabi Muhammad SAW. Mengajarkan bagaimana mengendalikan diri dari emosi marah. Salah satu faktor peredam kemarahan adalah relaksasi tubuh dan melepaskan ketegangan. Duduk dan berbaring pada saat marah dapat mengendorkan kondisi tubuh dan bisa mengurangi ketegangan yang diakibatkan oleh rasa marah, (Muhammad Utsman Najati, 2005).
Emosional berfungsi mengarahkan tingkah laku seperti halnya dorongan. Emosi takut, misalnya, akan mendorong untuk mempertahankan diri, terkadang juga mendorongnya bersikap memusuhi. Adapun emosi cinta mendorongnya untuk mendekati obyek yang dicintainya. Alqur'an sendiri menggambarkan berbagai macam-macam emosional yang dirasakan manusia. Seperti cinta, takut, marah benci, sedih, malu, iri, cemburu, dan sombong. Tentu hal ini menjadi sangat menarik dan bermanfaat pandangan-pandangan al-Qur'an mengenai perilaku emosional dalam al-Quran dan dampak dalam dunia pendidikan.
Mengenal Emosional Secara etimologi, emosi berasal dari akar kata bahasa latin movere yang berarti menggerakkan atau bergerak. Kemudian ditambah dengan awalan "e untuk memberi arti bergerak menjauh. Makna ini menyiratkan kesan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi, (Darwis, 2006). Menurut makna paling harfiah, Oxford English Dictionary, sebagaimana dikutip oleh Daniel Goleman, mendefinisikan emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap, (Goleman, 2000).
Menurut Crow & Crow, emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dalam diri) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu, (Hartati, 2004). Chaplin menjelaskan emosi bersifat lebih intens dibandingkan dengan perasaan, sehingga perubahan jasmaniah yang ditimbulkan oleh emosi lebih jelas dibandingkan perasaan. Aspek-aspek emosi mencakup perasaan subjektif, dasar fisiologis perasaan emosional, pengaruh emosi terhadap persepsi, berpikir, dan perilaku, lalu mencakup juga kelengkapan motivasional tertentu dan terakhir cara emosi ditunjukkan dalam bahasa, ekspresi wajah, dan gesture, (Syukur, 2011).
Sedangkan Silverman seorang psikolog, menyatakan bahwa emosi adalah perilaku yang terutama dipengaruhi oleh tanggapan mendalam yang terkondisikan. Menurut Hude (Darwis, 2006) bahwa emosi adalah suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta dalam bentuk ekspresi tertentu. Misalnya, emosi senang (joy) yang berkombinasi dengan penerimaan (acceptance) akan melahirkan cinta (love); emosi sedih (sadness) yang berkombinasi dengan kejutan (surprise) melahirkan kekecewaan mendalam (disappointment); cinta (love) berkombinasi dengan marah (anger) melahirkan kecemburuan (jealousy).
Berdasarkan pandangan beberapa ahli tersebut, dapat dilihat bahwa emosi sebagai suatu keadaan efektif yang disadari di mana alaminya perasaan seperti kegembiraan, sedih, takut, benci, dan cita (dibedakan dari keadaan kognitif dan keinginan disadari) serta perasaan-perasaan yang dapat mempengaruhi perilaku, dan umumnya mengundang komponen fisiologikal dan kognitif. Setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman atau perubahan kepribadian sebagai pola baru yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian.
Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan emosional, perhatian akan perkembangan intelektual anak dianggap penting, hal ini sejalan dengan pandangan Semiawan bahwa "Stimulasi intelektual sangat dipengaruhi oleh keterlibatan emosional, bahkan emosi juga amat menentukan perkembangan intelektual anak secara bertahap, (Semiawan, 1997). Artinya secara timbal balik faktor kognitif juga terlibat dalam perkembangan emosional.
Dengan demikian, antara IQ dengan EQ tidak dapat dipisahkan perannya satu sama lain. Keberadaan IQ sangat menunjang berfungsinya EQ, demikian pula sebaliknya, keberadaan EQ sangat menentukan fungsi IQ. Fungsi emosi merupakan sebagai motivasi dalam bertingkah laku. Emosi juga membuat individu siap atau tidak siap untuk berinteraksi dengan lingkunannya melalui perubahan-perubahan fisiologis, (Danarjati, Murtiadi, & Ekawati, 2014).