Mohon tunggu...
Andi Topan
Andi Topan Mohon Tunggu... Editor - Jurnalis Soppeng Today

Jurnalis Media On Line

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mutiara yang Hilang

5 September 2019   12:57 Diperbarui: 5 September 2019   13:10 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makassar- Malang melintang nasib yang dialami oleh seorang hambah Allah Serly. Dia adalah Mutiara yang pernah hilang. Serly dimasa kecilnya dia hidup bahagia bersama kedua orang tuanya yakni Amir dan A. Besse Mutiara bersama seorang kakaknya yang senantiasa merawat, menyayangi, memanjakannya serta melindunginya dari kesukaan lucunya yang suka menggigit sendal jepit.

Namun, kebahagiaan yang teramat indah untuk dikenang itu tidak berlangsung lama.  Serly di usianya yang masih butuh kasih sayang harus rela kehilangan bunda tercinta yang yang telah dipanggil oleh sang Khaliq bebera jam usai melahirkan adik Bungsu Serly yang sekarang bernama Amri.

Kebahagian ini mulai redup bagai lilin diterpa badai. Serly kecil harus terpisah dengan kakaknya yang senantiasa merawat menjaga dan melindungi disetiap hari dan waktu. Praha keluarga mulai diterpa badai. A. Besse bunda Serly yang nota bene adalah adalah istri kedua dari Amir sehingga, dengan kepergian bunda Serly, Serly pun akhirnya diambil oleh adik kandung ayah Serly dibawa ke Engrekang (Duri) oleh karena tidaklah mungkin Serly kecil bisa tersenyum dan tertawa riang dipangkuan seorang ibu tiri.

Kakak Serly yang seharusnya menjadi pelingdungnya di lingkup keluarga yang ber prahara ini juga tidak berdaya untuk melindungi Serly yang seharus masih butuh perlindungan dan kasih sayang. Hanya Allah dan waktu yang tahu penyesalan seorang penyesalan seorang kakak yang tidak berdaya pada adik tercintanya.

Waktu dan Praha keluargalah yang memisahkan kedua insan bersaudara ini. Serly kecilpun bak hilang ditelan bumi dimata kakak tercintanya. Serly kecil yang tidak tahu apa apa ini kehilangan belaian kasih sayang bunda sekaligus kehilangan kasih sayang seorang kakak.

Serly kecil yang tidak bisa memutar balik roda ingatannya yang telah tergilas oleh waktu ini pun menjalani hidupnya. Entah apa yang dialami dimasa kecil yang hidup dengan tantenya hanya waktu yang tahu apa dan bagaimana nasibnya.

Serly kecil yang mulai beranjak dewasa ini memiliki rahasia kecil dilingkup keluarganya. Serly tidak mengetahui siapa ayah dan ibunya, hingga suatu saat setelah Serly kecil telah beranjak dewasa rahasia inipun mulai terungkap jika bunda yang selama ini merawatnya adalah tantenya dan ayahnya ternyata adalah pamannya.

Semenjak rahasia ini terungkap Serly mulai terpukul seiring dengan goncangan jiwa dan rasa minder tidak percaya diri, Serly pun mulai mendapat perlakuan yang tidak layak oleh tantenya. Sebelum kesekolah ia harus menyelesaikan pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak pelajar seusia Serly.

Sebelum ke sekolah ia harus menjemur hasil panen perkebunan dulu, sepulang sekolah ia melanjutkan pekerjaannya ditambah dengan beberapa pekerjaan lainnya. Serly menceritakan, disuatu hari sepulang sekolah ia belum di ijinkan makan sebelum menyelesaikan beberapa pekerjaan. Serly yang kelaparan terpaksa makan sembunyi sembunyi didalam kamar mandi

Perlakuan perlakuan kasar di hari harinya tidak luput dari siksaan dan pukulan pukulan yang berbekas sampai saat ini yang merupakan trauma tragis yang selalu hadir menghantui pikirannya dan menjadi goncangan jiwanya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun dijalaninya dengan penuh rasa tersiksa lahir maupun bhatin. Pada akhirnya Serly yang seharusnya belum siap menghadapi kejamnya dunia terpaksa memutuskan untuk lari meninggal tantenya yang kejam itu. Beberapa percobaan untuk kabur gagal, namun, pada akhirnya suatu hari Serly berhasil kabur dari rumah tantenya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun