Mohon tunggu...
Andi Mustari Hersandy
Andi Mustari Hersandy Mohon Tunggu... -

http://misi-indonesia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

PSSI: Djohar Arifin akan Turun Tahta

16 Februari 2013   07:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:14 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sebelum Timnas bertanding melawan Irak, Roy Suryo mengisyaratkan akan mengambil-alih pengelolaan timnas senior jika tampil buruk pada laga pertama kualifikasi Pra Piala Asia. Namun belakangan, Roy Suryo menganulir pernyataannya, khususnya setelah Timnas ternyata 'hanya' kalah 0-1 dari tim juara Piala Asia 2007 itu--padahal Timnas dipermalukan Yordania 0-5 dalam ujicoba seminggu sebelumnya.

Roy Suryo kemudian mengurai kekesalannya setelah Djohar Arifin Husin dkk dari PSSI 2011-2015 melakukan penandatangan kontrak dengan pelatih asal Argentina Luis Manuel Blanco, yang akan menggantikan posisi Nilmaizar di timnas senior. Menurut Djohar, pendanaan untuk perekrutan Luis Manuel Blanco dilakukan oleh 'pihak ketiga'.Perekrutan Luis Manuel Blanco ini dilakukan tanpa melibatkan persetujuan seluruh Exco (atau tepatnya anggota Exco dari kepengurusan PSSI Djohar). Bob Hippy dan Sihar Sitorus yang terang terangan menolak perekrutan tersebut dengan alasan tidak melibatkan para exco alias maunya Djohar saja.

Kita ketahui bahwa 'PSSI Djohar' yang terbentuk dari KLB 9 Juli 2011 di Hotel Sunan, Solo, sekarang hanya tinggal dihuni 7 anggota Exco. Empat anggota Exco sudah sejak September 2011 mengundurkan diri dengan lebih dulu melakukan perlawanan kepada Djohar yang tetap didukung oleh sebagian Exco. Subtansi perlawanan ke-4 Exco ini adalah karena ketidaksetujuan mereka atas 'policy' Djohar Dkk yang menerapkan kebijakan 'balas dendam' dan kontra-produktif, terutama dengan 'mengangkangi' keputusan Kongres II PSSI 2010 tentang kompetisi level tertinggi dan jumlah peserta kompetisi. Keputusan Kongres PSSI 2010, yang dilaksanakan 20-22 Januari 2011 di Bali yang banyak kalangan pengamat menyebutnya adalah Kongres akal-akalan yang justru sekarang ini menjadi tameng bagi Djohar dkk.

Ke-4 anggota Exco yg menentang kebijakan Djohar ini belakangan mempelopori pembentukan PSSI 2012-2016 yang kelahirannya didukung oleh mayoritas anggota dan voters PSSI, tentunya termasuk voters KLB Solo yang saat ini sangat ditakuti oleh Djohar serta Arifin Panigara melalui Konsorsiumnya.

Tujuh anggota Exco PSSI KLB Solo yang tersisa adalah Djohar, Farid Rahman, Bob Hippy, Sihar Sitorus, Widodo Santoso, Mawardy Nurdin dan Tuty Dau.Widodo Santoso dan Mawardy Nurdin hampir dipastikan sudah jenuh dengan kondisi internal PSSI karena mereka jarang terlibat lagi pada rapat-rapat Exco PSSI Djohar.
Kekuasaan dan Uang

Terkait perekrutan Luis Manuel Blanco, proses 'pengambilannya' ternyata 'dipromotori' oleh mantan manajer timnas senior di Piala AFF 2012 yakni Habil Marati, bersama beberapa orang lainnya. Dari penelusuran, Habil Marati didukung penuh oleh Djohar. Dana dari pihak ketiga yang disebut-sebut Djohar ternyata berasal dari kas Isran Noor, bupati Kutai Timur yang menjabat Ketua Asosiasi Kabupaten Seluruh Indonesia.

Yang jelas, Isran Noor sendiri tidak 'membuang' dananya secara sia-sia. Bupati Kutim ini diPlot menduduki jabatan Ketua Badan Tim Nasional atau BTN PSSI, lembaga yang tercatat dalam Statuta PSSI 2007-2011 namun dibubarkan hanya melalui SK oleh Djohar Arifin. Menurut Keberadaan BTN 'gaya baru' telah diumumkan, dengan Isran Noor sebagai ketua dan Habil Marati menjadi wakilnya.

Akan tetapi, apakah kelahiran BTN 'gaya baru' ini dapat segera direalisasikan. Pasalnya, perlawanan terhadap 'keputusan' Djohar Arifin dalam menetapkan Luis Manuel Blanco sebagai pelatih kepala timnas senior sudah langsung ditunjukkan dari kalangan internal PSSI sendiri. Disamping Bob Hippy, yang menjabat koordinator timnas, sikap menentang juga dilontarkan Sihar Sitorus yang selama ini disebut-sebut mengucurkan dana talangan untuk timnas, serta Bernhard Limbong, penanggung jawab timnas demikian Juga Si Halma yang paling banyak berkicau di pengurusan Djohar.

Kekesalan Halma, Bob Hippy, Sihar dan Limbong boleh jadi karena memang mereka tak dilibatkan. Apalagi, Isran Noor diplot untuk menduduki posisi strategis yang memayungi seluruh aspek terkait timnas, yakni Ketua BTN. Dalam penjabaran fungsi atau peran dan kewenangannya, BTN akan menjadi semacam lembaga 'superbodi' yang bertanggung jawab penuh atas timnas, termasuk dalam hal penggalangan dukungan finansial, atau sponsor, serta merekomendasikan pemain dalam seluruh strata tim, serta memilih atau merekomendasikan jajaran ofisial.

Kewenangan BTN yang nyaris mutlak terkait timnas ini tentu saja bisa mematikan peranan Bob Hippy sebagai koordinator timnas dan Limbong, penanggung jawab timnas. Walau fungsi koordinator dari Bob Hippy dan penanggung jawab Timnas yang melekat pada Limbong tidak jelas dan yang pasti tumpang-tindih, akan tetapi selama ini keduanya bisa seiring-sejalan, mungkin karena kepentingan masing-masing terakomodasi.

Berbeda kondisinya sekarang ini. Limbong amat geram dengan perekrutan dan penugasan Luis Manuel Blanco. Sampai-sampai pensiunan jenderal bintang satu ahli koperasi ini melontarkan pernyataan lantang, bahwa lebih baik menurunkan Djohar daripada melanggar keputusan Exco.

Jelas jika saat ini sedang terjadi 'benturan kepentingan' diantara pengurus teras PSSI 2011-2015. Indikatornya apalagi kalau bukan karena uang dan kekuasaan. Penentuan manajer untuk timnas senior untuk Pra Piala Asia, yang dijabat oleh Bupati Sarmi (Papua) sebelumnya disebut-sebut tak terlepas dari aroma kepentingan bisnis Sihar Sitorus dan Limbong. Sekarang, langkah yang sama dilakukan oleh Habil Marati, tentunya dengan memanfaatkan situasi dan dukungan orang-orang yang oportunis.

Boleh dikata sudah terjadi perpecahan diantara Exco PSSI. Atau persisnya, 'kebobrokan' PSSI Djohar semakin terbuka. Kian jelas adanya perpecahan karena perebutan UANG DAN KEKUASAAN.

Kemenpora sendiri telah mendukung pengelolaan Timnas U-23 kepada Satlak Prima dari KONI Pusat. Masalahnya, dukungan finansial untuk Satlak Prima diberikan oleh Kemenpora. Tinggal bagaimana penekanan dari Roy Suryo kepada PSSI Djohar agar benar-benar menyerahkan pengelolaan Timnas U-23 kepada Satlak Prima dan tidak mencampuri teknis proses pembinaannya.

Pengelolaan Timnas U23 sendiri oleh Satlak Prima sangat mungkin ditentang habis-habisan oleh PSSI dengan mengajukan alasan bahwa itu bisa dianggap sebagai intervensi pemerintah. Untuk itu, tidak ada salahnya jika ada petunjuk dari AFC yang sudah diserahi FIFA untuk menyelesaikan konflik PSSI.

Kemenpora sendiri sebenarnya sudah memperoleh petunjuk dari AFC. Namun, Eko Indradjit yang menjadi utusan dari Kantor Kemenpora untuk menemui acting Presiden AFC Zhang Jilong, justru bukan tokoh yang memahami seluk-beluk permasalahan sepakbola nasional. Karena itu, patut dikritisi bagaimana Roy Suryo bisa 'mengolah' pemikirannya secara optimal bila ia tidak memperoleh dukungan maksimal dari orang-orang di sekelilingnya. Kita tunggu apa gerangan yang telah dikantongi Pak Suryo atas apa yang disebutnya petunjuk FIFA ? Namun yang pasti FIFA bukanlah organisasi yang tidak konsisten semau gue semacam PSSI, FIFA selalu konsisten dengan apa yang telah diputuskan bersama.Sejatinya memang demikian bahwa sebuah organisasi dianggap sehat apabila keputusan tertinggi ada ditangan anggota bukan ditangan Ketua.Nah jika demikian, pelaksanaan MOU kuala Lumpur tak dapat diganggu gugat dan Voters Solo adalah sebuah kunci penyelesaian konflik PSSI yang sudah semakin parah ini. Dan hampir dipastikan Djohar akan turun tahta.

Dan kini puncak kekacauan dan kehancuran ditubuh PSSI sendiri ketika Djohar melalui Badan Tim Nasional (BTN) bentukannya memanggil beberapa nama pemain untuk melakukan pemusatan latihan jelang laga kedua kualifikasi Pra Piala Asia 2015 kontra Arab Saudi (23/3). Padahal dalam waktu bersamaan melalui Halma, Bob Hippy dan Juga B. Limbang telah menyurati 33 Pemain untuk mengikuti pemusatan latihan bersama Nilmaitzar.

Masyarakat Yang Apatis

Sesungguhnya, masyarakat atau publik penyukai sepakbola Indonesia, tidak boleh apatis. Masyarakat harus senantiasa mengkritisi apa yang terjadi, apalagi  dengan memahami subtansi permasalahan. Tak boleh di-pungkiri bahwa 'kehancuran sepakbola Indonesia sekarang ini dimulai setelah pembentukan LPI (Liga Primer Indonesia)' tahun 2010 silam yang dimotori oleh Arifin Panigara. Mereka menghasut masyarakat pecinta Bola untuk meneriakkan Revolusi PSSI yang di nahkodai oleh Tiga Serangakai Nir, Nur dan Ads.Sejarah mengungkapkan bahwa yang paling vokal dan lantang meneriakkan Revolusi ketika itu adalah Pendukung Persija yang pada akhirnya tim merekapun di cloning oleh Djohar dan terpecah menjadi dua persija..

Masyarakat harus cerdas dalam menelaah akar permasalahan terkait konflik PSSI ini. Walau demikian, bagi sebagian masyarakat, timnas-lah yang lebih penting. Pemikiran atau mindset ini pula yang tampaknya amat dipahami oleh Djohar Dkk. Sentimen kebanggaan pada timnas selalu menjadi 'senjata' yang paling ampuh untuk memperoleh dukungan dari masyarakat, termasuk  kalangan media.

Sebenarnya bahwa elemen media sangat mempunyai peranan penting dalam penyelesaian konflik PSSI.tapimasalahnya, dalam rotasi konflik yang belum diketahui ujungnya ini, media justru 'terpecah' sehingga hal ini secara langsung atau tidak langsung 'termanfaatkan' oleh pengurus PSSI yang sebagian justru bersifat oportunis. Banyak orang-orang 'pintar' dan bertahan dalam kepengurusan ini untuk mendapatkan keuntungan sendiri.

Kita tahu bahwa sepakbola mempunyai aturan-aturan sendiri. Dalam konteks ini, penyelesaian konflik PSSI tak sekadar siapa harus mengalah, ( PSSI atau KPSI ? ) atau kedua pihak harus sama-sama menahan diri. Aturannya sudah sangat jelas. Kepengerusan Djohar sudah diamputasi oleh mayoritas stakeholders sepakbola nasional, dan hanya karena proteksi atau kebaikan dari FIFA/AFC mereka masih bertahan.

Fakta yang lebih buruk menyusul tidak adanya sanksi dari FIFA setelah terbentuknya KPSI adalah, Djohar Dkk terus melakukan kerusakan-kerusakan. Pembentukan pengprov-pengprov tandingan, dan klub-klub kloningan, adalah bentuk kerusakan tambahan (collateral damage) yang dibuat oleh PSSI 2011-2015. Tujuan utama Djohar Dkk membentuk pengprov dan klub-klub kloningan apalagi kalau bukan 'merusak' tatanan keanggotaan PSSI, termasuk anggota pemilik suara atau voters.

Karena itulah, Djohar selalu menyatakan bahwa mereka masih didukung oleh mayoritas voters dari KLB Solo--yang menghasilkan kepengurusan 2011/2015. Alasan dengan nuansa kebohongan itu pula yang selalu dilontarkan ke FIFA/AFC, terkait peserta Kongres Palangkaraya 2011 dan 2012. Satu kunci yang mesti ditanamkan oleh Arifin P, Djohar & dkk adalah bagaimana melihat sepak bola bukanlah untuk mereka, mereka harus legowo bahwa mereka memang tak mengerti bagaimana mengurus sepak bola dengan benar. Mereka sebenarnya harus belajar sedikit demi sedikit pada kepengurusan terdahulu bukan mendepaknya jauh-jauh.Mereka seharusnya mengambil hikma dan menyaring antara yang baik dan yang buruk, bukan memusuhinya.Bila kepengurusan terdahulun terjadi Korupsi lambat laun pasti akan ditangani KPK, bukan djohar yang harus memfonisnya.

Kepada Lovers PSSI Djohar kami berharap agar tidak terjebak dengan asumsi kebohongan dan idealis yang tidak tepat karena boleh jadi pemahaman kita terlalu berlebihan sehingga kita menjadi buta akan kebohongan yang ada di depan mata. Dmikian para pengamat sepak bola yang tahunya saling mengadu domba seakan merekalah yang tahu Sepak Bola tanah air, padahal pemahaman mereka terlalu picik dan hanya sebagai propokator yang memanfaatkan situasi untuk mencari simpati masyarakat yang ujung-ujungnya hanyalah menginginkan popularitas semata.

Apalagi yang mesti kita harap pada PSSI sekarang ini, mereka sendiri menjadi terpecah belah.Bayangkan saja Seorang Halma, Bob. H, Bernhard L, Todung M, Sihar yang sangat antusias dan berdiri tegak dibelakang sang Ketua bila ada menggoyahkannnya mala dianggapnya musuh. Ya apaboleh buat Karakter itulah yang muncul pada kader Konsorsium yang telah Pailit.Ada uang anda di sayang tak ada uang anda ditendang. Yang jelas Konsorsium kini telah kelabakan mengembalikan dananya yang telah musnah di konsumsi oleh LPI yang tidak bermutu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun