Plot ceritanya cukup mendayu-dayu, tapi tidak membosankan. Penonton akan selalu terbawa oleh laju perkembangan kondisi So-won, karena rasa penasaran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya maka film ini tidak berakhir membosankan.
Cerita dalam film ini dibangun dengan tidak terburu-buru. Setiap adegannya benar-benar dibuat agar membangun emosi penonton untuk peduli pada korbannya.
Marah, prihatin, sedih, semua sudah saya rasakan sejak So-won diperlakukan secara brutal oleh pelaku. Bahkan saya juga bisa merasakan bagaimana terpuruknya perasaan orangtua terutama sang ayah yang harus menghadapi masalah seperti itu.
Scoring dalam film ini cukup manis dan mampu membangun setiap adegan. Walaupun tidak terlalu menonjol tapi cukup memberikkan kesan mendalam.Â
Saya harus mengacungi jempol untuk penampilan para pemain yang memerankan karakter dengan sangat baik. Khususnya Lee Re yang menjalankan tugasnya dengan baik sebagai So-won.
Lee Re sangat terampil menjiwai perannya yang dalam cerita dipaparkan sebagai karakter paling tersiksa. Lee Re masuk dalam nominasi 'Best New Actress' di Baek Sang Art Awards 2014. Untuk sinematografi sendiri tidak ada yang spesial.
Selain memenangkan penghargaan film terbaik, film yang disutradarai oleh Joon-ik Lee dan ditulis oleh Ji-hye Kim juga menjadi favorit banyak orang karena berani mengangkat topik yang tabu ke layar lebar. Dari film ini saya belajar tentang kesabaran dan kasih sayang seorang ayah yang luar biasa.Â
Jika membutuhkan rekomendasi film yang mampu menguras air mata, saya sarankan untuk menonton film ini. Salah satu film tersedih yang pernah saya tonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H