Mohon tunggu...
Andhika Chandra Kias Chahyadi
Andhika Chandra Kias Chahyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh S1 Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Universitas Negeri Jakarta. Fokus pada pengembangan karir dalam bidang kepenulisan dan keguruan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Kemenangan di Hari Lahir Kota Tercinta Jakarta

24 Juni 2022   19:35 Diperbarui: 24 Juni 2022   20:05 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Naik kereta di Kalibata

Selamat hari jadi kota Jakarta

22 Juni ditetapkan sebagai hari lahir kota Jakarta yang merupakan adaptasi dari kata Jayakarta. Bagi warga asli maupun pendatang yang berada di Jakarta, selain berselebrasi dan memeriahkan hut ini tidak afdhol rasanya jika tidak mempelajari sejarah dari kotanya sendiri. Maka dari itu mari bersama-sama kita cari tahu dan mengambil pengetahuan dari kisah ini.

 Kota yang Berfungsi sebagai Pelabuhan

Sunda kelapa merupakan nama yang tersemat sebagai tempat pelabuhan sekaligus jalur lalu lalang kapal asing maupun domestik, alasannya ialah letaknya yang strategis. 

Pelabuhan yang sibuk dan setara dengan pelabuhan-pelabuhan penting di dunia. Bisa dikatakan masa ini terjadi pada tahun sebelum 1527 atau semasa pengaruh Portugis dan Kerajaan Sunda. 

Kegiatan perekonomian pun terukir tatkala aktivitas penyediaan bahan baku, komoditas, perniagaan, maupun transaksi jual beli barang dan jasa dikerjakan. Mereka ialah para pedagang-pedangang pribumi (Nusantara) maupun pedagang asing baik dari Cina, India, Arab, Persia, dan lain-lain.

Peralihan Sunda Kelapa Menjadi Jayakarta

Ketika pengaruh Portugis begitu kuat,  ada upaya dari visi Fatahillah ingin menaklukkan wilayah ini dengan maksud merebut pengaruh dan menguasai jalur dagang di Sunda Kelapa.  

Ia menilai seadainya pengaruh dari portugis terlalu lama akan mengancam kerajaan di Pulau Jawa, khususnya Demak. Fatahillah sendiri merupakan panglima dari Kerajaan Demak di utus oleh Sultan Trenggana yang di persiapkan bersama sejumlah pasukan untuk menyerang Portugis. 

Ekspedisi itu mulai dilancarkan pada 1526 dan berakhir pada 22 Juni 1527. Selang setahun  kemudian Fatahillah dan pasukannya berhasil mengalahkan Portugis dan menguasai Sunda Kelapa.

Pasca penaklukkan, penaamaan wilayah dari Sunda Kelapa beralih menjadi Jayakarta. Terinpirasi dari Surat Al Fath ayat 1 yang berarti kemenangan, maka Jayakarta berarti kota yang berjaya. Penyebutan istilah Jayakarta ini kelak menjadi cikal bakal terbentuknya nama Jakarta.

Era Kolonialisme Turut Mengubah Jayakarta

Kota Jayakarta memang menjadi tempat perdagangan komoditas antar pedagang pribumi maupun  pedagang asing, tetapi ketika datangnya negeri Belanda pada tahun 1619 terjadi pembaharuan dan perluasan wilayah. 

Masuknya Belanda diawali dengan ekspedisi penjelajah mereka yang dipenuhi oleh para pelaut handal, mereka datang dengan tujuan awal mencari rempah-rempah.

Lambat tahun, tujuannya ialah menguasai perdagangan Nusantara dengan cara memonopoli. VOC (Vereenidge Oost Indische Compagnie) merupakan perusahaan raksasa sekaligus kongsi dagang,  Faktor terbentuknya adalah untuk menyatukan dan menjalin kerja sama antar pedagang Belanda.  

VOC mendapat fasilitas dan hak istimewa dari Belanda untuk memuluskan tujuan mereka yaitu memonopoli. Alhasil mereka mulai menyerang dan melakukan penaklukkan wilayah-wilayah kerajaan di Nusantara yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap kebijakan mereka. 

Salah satu yang terdampak ialah Jayakarta yang ditaklukkan oleh Belanda. VOC yang mempunyai kekuatan basis militer berhasil menguasai wilayah Jayakarta dan menjadikan nama kota ini menjadi Batavia atas prakarsa J.P Coen. 

Ia memiliki jabatan yang strategis yakni Gubernur Jenderal, lantas memindahkan kantor VOC yang semula dari Maluku pindah ke Batavia dengan alasan yang strategis.

Batavia kini di hiasi dengan model-model negeri Belanda layaknya Eropa, mulai dari bangunan-bangunannya  sekilas dibuat mirip dengan aslinya. Nama Batavia sendiri digunakan lebih dari 3 abad lamanya, mulai sekitar 1619 hingga 1942.

Beberapa ratus tahun kemudian, saat-saat VOC sedang di ambang kebangrutan dan mulai berkuasanya Jepang di Indonesia turut berpengaruh terhadap kondisi Batavia. 

Di bawah kependudukan Jepang ini, Batavia berganti nama menjadi Djakaruta Tokubetsu Shi atau Djakarta pada 8 Desember 1942. Perubahan nama itu dilakukan atas dasar sebagai bagian dari de-Nederlandisasi. Atau dengan kata lain penamaan Jakarta yang populer hingga kini.

Pasca Kemerdekaan Indonesia 

Setelah lepas dari belenggu penjajahan atau kolonialisme bangsa Asing, Indonesia menunjukkan eksistensinya sebagai negara yang berdaulat dan tidak boleh dipandang remeh. 

Wilayah-wilayahnya kini mulai berkembang dan ditata. Penamaan Jakarta resmi digunakan pada 22 Juni 1956 oleh Sudiro yang waktu itu menjabat sebagai walikota Jakarta. 

Status Jakarta sendiri kian naik menjadi DKI (Daerah Khusus Ibukota) dan setara provinsi yang dipimpin oleh seorang Gubernur. Tanggal 22 Juni inilah yang kini dijadikan sebagai hari lahirnya kota Jakarta sekaligus mengenang kembali kisah Fatahillah yang berhasil menguasai Sunda Kelapa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun