Mohon tunggu...
Andhika ivananta budiman
Andhika ivananta budiman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memupuk dengan membaca, memetik dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

01.40

9 Januari 2024   08:30 Diperbarui: 9 Januari 2024   08:41 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyalakan tungku itu, persembahan jiwa ku pada neraka

Bertepuk tangan lah seraya kau berjalan mundur

Di bawah purnama, berteriak lah, saksikanlah persembahan ini

Bawalah darahku nanti sebagai pengiring langkahmu

Menarilah di atasnya, tertawalah seangkuhmu

Mungkin ini yang ku cari, mungkin itu yang ku nanti."

Lalu ia berhenti sejenak setelah dirasa cukup untuk melampiaskan rasa dan karsanya, ditutuplah bukunya, ia mencoba memahami realita, memandangi kurir yang mengangkut barang bawaannya, pedagang kaki lima yang sibuk menyajikan makanannya, bisingnya lalu Lalang kendaraan dan mesin kereta, tangisan anak kecil hingga pelukan perpisahan atau pertemuan dari perpisahan yang memakan waktu.

"Nugas kok di stasiun mas?" tanya seorang perempuan yang tak dikenali Atman.

"Nggak mba, lagi nulis aja,"

"Oalaahh, jarang-jarang saya ngeliat orang nulis di keramaian gini, biasanya orang kalua nulis nyari tempat yang damai, emang masnya lagi nulis apa?"

"Puisi doang sih mba, lagi bingung mau ngapain sore-sore gini, kayaknya nyantai di sini sambil nulis asik,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun