Mohon tunggu...
Anatasia Wahyudi
Anatasia Wahyudi Mohon Tunggu... Freelancer - i am dreamer!

Ordinary people and stubborn

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Contoh Kasus Komunikasi dalam Hubungan Interpersonal

31 Januari 2021   21:39 Diperbarui: 31 Januari 2021   21:49 28454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: okezone

  Putu dan Daya adalah mahasiswa yang sama-sama berusia 19 tahun. Mereka kemudian satu sekolah di sebuah PTS. Pada masa kuliah tersebut teman-teman banyak yang menganggap Putu adalah gadis cantik dan pintar di sekolah, sedangkan Daya adalah seorang olahragawan yang tampan. Pandangan tersebut mempengaruhi pandangan diri keduanya.

   Karakteristik kehidupan sosial mewajibkan setiap individu untuk membangun sebuah relasi dengan yang lain, sehingga akan terjalin sebuah ikatan perasaan yang bersifat timbal balik dalam suatu pola hubungan yang dinamakan hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal dalam arti luas adalah interaksi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati pada kedua belah pihak.

  Komunikasi antarpribadi memiliki keunikan karena selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis dan proses psikologis selalu mengakibatkan keterpengaruhan.

  Komunikasi antarpribadi bersifat kesetaraan atau kesamaan (equality) yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Seperti dalam pernyataan diatas bahwa Putu adalah gadis yang pintar, sedangkan Daya adalah seorang olahragawan. Selain itu juga persepsi orang lain mempengaruhi pandangan Daya dan Putu terhadap satu sama lain.

Setiap hari, Daya menjemput Puti. Dan Puti selalu memberikan yang terbaik buat Daya sehingga mereka menjalin sebuah hubungan antar pribadi yang mendalam.

   Pengungkapan diri yang telah dilakukan Daya dan Putu telah dilakukan secara mendalam, individu yang menjalin hubungan antarpribadi dapat menghayati perasaan yang dialami individu lainnya. Segala persahabatan yang mendalam dan sejati haruslah berdasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran yang mutlak.

   Rakhmat (2000) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan relasi antarpribadi yang baik, yaitu:

1. Percaya (trust) secara ilmiah didefinisikan sebagai upaya mengandalkan perilaku orang lain untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko. Adapun faktor utama yang menumbuhkan sikap percaya yaitu menerima, empati, dan kejujuran.

2. Suportif adalah sikap yang mengurangi defensif dalam komunikasi. Orang yang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan dan tidak empati.

3. Sikap terbuka, yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh di dalam menghadapi hubungan antar pribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut.

   Daya dan Putu memiliki 3 faktor dalam komunikasi antarpribadi sehingga tumbuh relasi antarpribadi yang baik dan mendalam. Setelah tahap perkenalan adalah tahap persahabatan. Seorang sahabat merupakan orang yang mempunyai kedudukan yang tertentu dalam hubungan antarpribadi. Daya dan Putu saling menempatkan satu sama lain menjadi sahabat karena mereka saling mengenal dengan baik. Mereka pun saling percaya dan menaruh harapan kepada satu sama lain sebagai seorang yang mempunyai perhatian. Pernyataan diatas diceritakan  bahwa Daya dan Putu memiliki ketertarikan satu sama lainnya,tahapan perkenalan tidak cukup, tetapi berlanjut pada tahapan persahabatan. Keduanya saling berbagi dan memberikan perhatian sehingga pada akhirnya merasakan kecocokan dan banyak kesamaan.

Fase/tahapan yang telah dialami Daya dan Putu dalam komunikasi antar pribadi, yaitu:

1. Tahap perkenalan yang ditandai adanya tindakan memulai (initiating), merupakan usaha awal, komunikasi biasanya dilakukan dengan hati-hati agar terbentuk persepsi dan kesan pertama yang baik.

2. Penjajagan (experimenting) yaitu usaha mengenal diri orang lain. Tahap ini digunakan untuk mengetahui kemiripan dan perbedaan. Masing-masing pihak harus menggali secepatnya identitas, sikap, dan nilai pihak yang lain. Bila merasa ada kesamaan, maka mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri.

3. Penggiatan (intensifying), menandai awal keintiman, berbagai informasi pribadi, status kenalan menjadi teman akrab sehingga banyak perubahan cara berkomunikasi. Derajat keterbukaan menjadi lebih besar. Frekuensi berkomunikasi juga menjadi tinggi. Pada tahap ini masing-masing pihak juga menunjukkan sikap untuk menepati komitmen.

4. Pengikatan (bonding), tahap yang lebih formal atau ritualistik terjadi bila dua orang mulai menganggap diri mereka sendiri sebagai pasangan. Dapat berupa pasangan persahabatan, kerjasama, perkawinan. Untuk meneguhkan adanya ikatan, maka dalam hubungan pasangan persahabatan dilakukan dengan saling berjanji. Dalam pasangan perkawinan, ada pengikatan seperti tunangan atau ijab qabul.

5. Kebersamaan, tahap ini merupakan puncak keharmonisan hubungan interpersonal. Hakikat kebersamaan adalah bahwa mereka menerima seperangkat aturan yang mengatur hidup mereka bersama secara tulus. Dengan demikian, adanya ikatan formal seperti MoU maupun surat nikah, bukanlah kekuatan tunggal untuk meneguhkan kebersamaan. Justru yang utama adalah perasaan saling menerima, saling menghargai, dan saling menghormati.

  Akhirnya mereka menikah. Dalam perjalanan kehidupan pernikahan mereka, Daya terkadang berusaha menerapkan strategi kendalinya dengan cara mengingatkan. Secara teoritis, hubungan interpersonal akan terjaga, manakala kedua belah pihak sama-sama memperoleh manfaat dari hubungan tersebut.

  Dalam kasus ini, Daya melakukan dominasi dengan terkadang berusaha menerapkan strategi kendalinya dengan cara mengingatkan. Dominasi, dimana salahsatu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar. Daya berada di posisi selalu menang. Sementara pihak lain, Putu selalu kalah. Daya pihak selalu yang mengatur, sementara Putu, pihak lain selalu tunduk. Namun pada akhirnya pertengkaran sering terjadi dan melemahkan konsep diri mereka masing-masing.

   Hubungan interpersonal pada tahap puncak yaitu kebersaman, tidak bersifat mutlak dan permanen. Seringkali ada hambatan untuk menjaga hubungan kebersamaan itu. Dengan demikian, dari hubungan kebersaman dapat tererosi ke dalam situasi yang menjurus perpisahan.

   Secara teoritis, hubungan interpersonal akan terjaga manakala kedua belah pihak sama-sama memperoleh manfaat dari hubungan tersebut. Apabila salah satu pihak sudah merasa tidak memperoleh manfaat, maka hubungan interpersonal dapat tergelincir kepada situasi yang buruk.

   Daya yang melakukan kendali akan membuat Putu semakin lama merasa tidak kuat. Dan kendali yang dilakukan Daya inilah penyebab pertengkaran sering terjadi dan melemahkan konsep diri mereka masing-masing.

   Gaya komunikasi mengendalikan Daya, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa, dan mengatur perilaku, pikiran, dan tanggapan Putu. Orang-orang yang menggunakaan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communication. Kendali komunikasi ini lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibandingkan upaya untuk berharap pesan. Daya tidak khawatir dengan pandangan negatif Putu, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaannya sebagai suami untuk memaksa Putu mematuhi pandangan-pandangannya. Kontrol komunikasi sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demikian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini tak jarang bernada negatif sehingga Putu memberi respon atau tanggapan yang negatif pula.

   Konsep diri menurut Jalaludin Rakhmat (1996: 99) didefinisikan sebagai gambaran dan penilaian diri kita, pandangan dan perasaan kita tentang diri kita sendiri. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal karena setiap orang melakukan tindakan dilandasi oleh konsep diri.

   Dengan adanya kendali mengingatkan yang dilakukan Daya terhadap Putu membuat komunikasi terhambat hingga membuat mereka sering bertengkar. Dalam hal ini, bisa jadi Putu memiliki prasangka buruk atas strategi kendali yang dilakukan Daya meskipun maksud Daya menggunakan strategi kendali tersebut baik dan juga perbedaan persepsi satu sama lain. Daya menganggap dengan strategi kendali mengingatkan bisa membuat ikatan pernikahan mereka menjadi lebih harmonis, tetapi Putu beranggapan dengan kendali tersebut dirinya merasa terkekang.

   Strategi yang dilakukan Daya terhadap Putu terkadang melemahkan konsep diri masing-masing. Jika Daya tidak ingin mengingatkan, seharusnya Putu berupaya lebih maksimal agar strategi kendali yang digunakan oleh Daya tidak dilakukan. Begitu pun Daya dalam menggunakan kendali apa sudah sesuai aturan. Seharusnya mereka berdiskusi mencari solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun