Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terampilkah Saya untuk Memilih?

7 Februari 2024   16:49 Diperbarui: 7 Februari 2024   16:50 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration of labyrinth lines (Stanford HAI-University)

Mengapa saya menyantap makanan ini? Karena saya lapar? Atau karena saya ingin menikmatinya?

Mengapa saya berdandan? Untuk menutupi bagian jelek yang tidak saya suka? Atau meng-highlight keindahan?

Mengapa saya bekerja? Terpaksa untuk bertahan hidup? Atau karena saya suka melakukannya?

Dalam rentang satu hari, ada banyak pertanyaan berikut alternatif jawaban yang kita pikirkan. Ada banyak kesempatan yang kita miliki untuk memilih. Bagaimanakah kita menggunakan kesempatan-kesempatan tersebut? Sudahkah saya terlatih untuk memilih?

Baca juga: Pramudya

Pemilih Impoten

 

Dari ilustrasi ketiga pertanyaan sederhana di atas, setidaknya ada dua dasar yang digunakan orang saat memilih. Pertama, dasar penolakan, untuk menghilangkan kenyataan yang dianggap negatif. Kedua, dasar penerimaan, untuk menampilkan kenyataan yang dianggap positif.

Makan untuk menghilangkan rasa lapar, berdandan untuk menutupi bagian jelek wajah, dan bekerja untuk memaksakan diri bisa bertahan hidup merupakan contoh pilihan yang diambil dengan dasar penolakan.

Sebaliknya, makan karena tertarik untuk menyantap hidangan, berdandan untuk mengangkat keindahan, dan bekerja karena suka melakukannya adalah contoh pilihan yang diambil berdasarkan sikap penerimaan.

Baca juga: Percaya

Sekilas, kedua dasar ini kualitasnya berbeda. Sikap penolakan terlihat kurang baik, seperti lari dari kenyataan, dan rasanya tidak enak. Sementara sikap penerimaan tampak lebih ideal, karena ibarat merangkul kehidupan, sehingga rasanya menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun