Apa yang sungguh-sungguh X mau wujudkan di dalam hidupnya? Pilihan karir apa yang siap X tekuni apapun konsekuensinya?
Dari hasil penggalian riwayat hidup, X menemukan bahwa satu bidang yang paling berharga baginya adalah keluarga. Ia siap berkomitmen untuk keluarga dan menjalani segala konsekuensinya. Adapun pilihan karir konkrit yang mau X tekuni ialah membangun wirausaha. Ia pun bulat mengajukan pengunduran diri dari perusahaan.Â
Pada awalnya, tabungan X (hasil kerja bersama pasangan maupun pemberian orang tua) banyak terkikis, karena wirausaha belum langsung menghasilkan banyak dalam waktu cepat. Ketika rasa menyesal datang, X menerimanya sebagai tamu, dan dengan santun menyatakan keteguhan hatinya, sehingga rasa penyesalan pun pamit mundur.
Momen tersebut membuat X merasa lapang. Tanpa bermegah. Melainkan penuh syukur. Meskipun penghasilannya jauh lebih minim daripada sebelumnya, namun ia tidak lagi merasa takut kekurangan
Ketika tabungannya nyaris habis, X kembali menekuni pekerjaan sebagai associate assessor di perusahaan internasional tempatnya dahulu bekerja, sambil terus menekuni keputusan berwirausahanya. Satu yang X tanyakan ialah: ke mana perginya rasa takut kekurangan dan keinginan lebih dari cukup, yang dahulu amat mencengkeram?
Inikah yang dinamakan pengalaman batin merdeka finansial?
Menyusuri kisah hidup X turut membuat penulis terpukau. Ada masanya di mana kondisi finansial berpengaruh terhadap rasa aman. Namun meskipun terus menanjak, ada masanya pula, di mana kondisi finansial ternyata kehilangan pengaruh terhadap rasa aman. Individu tetap dicengkeram oleh ketidakpuasan / keinginan lebih dari yang ada, sehingga kembali diliputi kegelisahan.
Penulis jadi teringat dengan tiga hasil penelitian terkait.
Penelitian pertama dilakukan pada tahun 2010 oleh Kahneman dan Deaton. Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan kondisi finansial diikuti dengan peningkatan kesejahteraan emosional/bahagia sampai dengan batas tertentu ($60,000-$90,000).Â
Peningkatan finansial di atas ambang batas tersebut selanjutnya tidak diikuti dengan peningkatan bahagia. Kondisi kesejahteraan emosional individu tetap sama meskipun ekominya meningkat.
Penelitian kedua dilakukan pada tahun 2018, untuk mengetahui kaitan antara kondisi keuangan dengan kondisi mental. Caranya adalah dengan memberi bantuan tunai secara teratur dan tanpa pamrih kepada perempuan rumah tangga miskin di Zambia selama 48 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kesejahteraan finansial diiringi dengan peningkatan kesejahteran emosional (dalam Makarim, F.R., 2021).