Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Seberapa Besar Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Kondisi Merdeka Finansial?

17 Agustus 2023   22:05 Diperbarui: 19 Agustus 2023   10:19 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebebasan finansial | Sumber dari kompas.com

Tak bisa dipungkiri, salah satu alasan karyawan berpindah tempat kerja, ataupun bidang profesi, adalah untuk memperoleh financial freedom. Yang menjadi pertanyaan adalah, seberapa besar pengaruh faktor eksternal terhadap kondisi merdeka finansial? 

Pertanyaan ini akan coba penulis proses melalui susur pengalaman hidup X, tiga hasil penelitian terkait, dan diskusi dengan seorang ahli.

Salah satu pekerjaan yang X tekuni mulai tahun 2006 adalah sebagai tenaga pendidik. Pada tahun 2012, X ingin berenang di "kolam" yang lebih besar dengan cara menjadi associate assessor di pusat asesmen berskala nasional. Di sini, X merasa lapang "berenang".

Baca juga: Menghitung Rahmat

Pada tahun 2014, X tertarik pindah tempat kerja, dengan pertimbangan untuk menambah penghasilan secara signifikan. Peluang terbebas dari rasa takut kekurangan cukup besar mengingat perusahaan baru berskala internasional, sehingga tawaran kerja lebih kontinu dengan insentif konsisten lebih besar.

Setelah pindah, X merasa sejenak bebas dari rasa takut kekurangan tersebut. Apalagi ritme kerja perusahaan lebih pas dengan ritme kerjanya, sehingga proses kerja terasa lancar dan hasil kerja terasa memuaskan.

Namun keinginan merdeka finansial ternyata kembali datang. Kali ini bentuknya berupa ingin memperoleh kepastian penghasilan setiap bulan, pun peningkatannya secara periodik. Maka pada tahun 2018, X tidak hanya pindah tempat kerja, melainkan juga bidang dan jalur pekerjaan, dari bidang asesmen jalur fungsional menjadi bidang administrasi jalur struktural.

Sekali lagi, X merasa sejenak aman finansial. Apalagi budaya perusahaan (tempat kerja baru)nya sederhana dan efisien, sehingga X belajar menurunkan standar gaya hidupnya dan berhemat.

Baca juga: Ujian

Namun, seperti pekerjaan rumah hidup yang belum selesai benar dan masih perlu revisi, X kembali mengalami rasa tidak puas dan takut kekurangan. X merasa sudah total bekerja keras namun belum dapat leluasa memenuhi keinginannya. Masih saja ada rasa khawatir dan ingin lebih yang menggodanya untuk pindah kerja.

Baca juga: Tanggung Jawab

(Peijin Yang-etsy.com-pinterest)
(Peijin Yang-etsy.com-pinterest)

Karena sudah tiga kali berulang, X mulai waspada. Sungguhkah akar kebutuhannya adalah rasa aman finansial? Ataukah ada kebutuhan lain yang lebih mengakar, dan meminta cara lain untuk dapat memenuhinya?

Apa yang sungguh-sungguh X mau wujudkan di dalam hidupnya? Pilihan karir apa yang siap X tekuni apapun konsekuensinya?

Dari hasil penggalian riwayat hidup, X menemukan bahwa satu bidang yang paling berharga baginya adalah keluarga. Ia siap berkomitmen untuk keluarga dan menjalani segala konsekuensinya. Adapun pilihan karir konkrit yang mau X tekuni ialah membangun wirausaha. Ia pun bulat mengajukan pengunduran diri dari perusahaan. 

Pada awalnya, tabungan X (hasil kerja bersama pasangan maupun pemberian orang tua) banyak terkikis, karena wirausaha belum langsung menghasilkan banyak dalam waktu cepat. Ketika rasa menyesal datang, X menerimanya sebagai tamu, dan dengan santun menyatakan keteguhan hatinya, sehingga rasa penyesalan pun pamit mundur.

Momen tersebut membuat X merasa lapang. Tanpa bermegah. Melainkan penuh syukur. Meskipun penghasilannya jauh lebih minim daripada sebelumnya, namun ia tidak lagi merasa takut kekurangan

Ketika tabungannya nyaris habis, X kembali menekuni pekerjaan sebagai associate assessor di perusahaan internasional tempatnya dahulu bekerja, sambil terus menekuni keputusan berwirausahanya. Satu yang X tanyakan ialah: ke mana perginya rasa takut kekurangan dan keinginan lebih dari cukup, yang dahulu amat mencengkeram?

Inikah yang dinamakan pengalaman batin merdeka finansial?

Menyusuri kisah hidup X turut membuat penulis terpukau. Ada masanya di mana kondisi finansial berpengaruh terhadap rasa aman. Namun meskipun terus menanjak, ada masanya pula, di mana kondisi finansial ternyata kehilangan pengaruh terhadap rasa aman. Individu tetap dicengkeram oleh ketidakpuasan / keinginan lebih dari yang ada, sehingga kembali diliputi kegelisahan.

Penulis jadi teringat dengan tiga hasil penelitian terkait.

Penelitian pertama dilakukan pada tahun 2010 oleh Kahneman dan Deaton. Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan kondisi finansial diikuti dengan peningkatan kesejahteraan emosional/bahagia sampai dengan batas tertentu ($60,000-$90,000). 

Peningkatan finansial di atas ambang batas tersebut selanjutnya tidak diikuti dengan peningkatan bahagia. Kondisi kesejahteraan emosional individu tetap sama meskipun ekominya meningkat.

Penelitian kedua dilakukan pada tahun 2018, untuk mengetahui kaitan antara kondisi keuangan dengan kondisi mental. Caranya adalah dengan memberi bantuan tunai secara teratur dan tanpa pamrih kepada perempuan rumah tangga miskin di Zambia selama 48 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kesejahteraan finansial diiringi dengan peningkatan kesejahteran emosional (dalam Makarim, F.R., 2021).

Penelitian ketiga dilakukan oleh Killingsworth pada tahun 2021 di Amerika Serikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan penghasilan diikuti secara konsisten oleh peningkatan kebahagiaan. Data yang digambarkan dalam penelitian Killingsworth (2021) juga menunjukkan kalau kelompok dengan skor kebahagiaan rendah (orang-orang yang tidak bahagia) mengalami peningkatan kebahagiaan sampai pada penghasilan sebesar $75,000. Namun, peningkatan penghasilan di atas $75,000 tidak lagi disertai dengan peningkatan kebahagiaan pada kelompok yang tidak bahagia tersebut.

Penulis berdiskusi dengan Agnes Nauli Shirley W. Sianipar, S.Psi, M.Sc, Ph.D., yang meneliti mengenai peran proses kognitif dalam kebahagiaan, mengenai kesimpulan kisah X dan ketiga hasil penelitian terkait. Beliau menyimpulkan bahwa peningkatan kondisi finansial sangatlah berpengaruh terhadap peningkatan kebahagiaan, terutama karena semua orang membutuhkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. 

Untuk menjadi bahagia, setiap orang membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan tempat tinggal. Karenanya, hasil penelitian Killingsworth sesungguhnya juga menunjukkan pendapatan minimum yang dibutuhkan responden-responden penelitian tersebut untuk bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka di Amerika Serikat.

Namun selanjutnya, peningkatan kondisi finansial yang melebihi batas biaya pemenuhan kebutuhan dasar tidak menjamin adanya peningkatan kebahagiaan. Ada berbagai faktor lain yang berpengaruh, terutama faktor internal/psikologis individu, yang menentukan, apakah penghasilan tersebut dapat membantunya merasa lebih bahagia. 

Banyak penelitian psikologi yang dilakukan oleh Agnes dan peneliti-peneliti lainnya menunjukkan bahwa kebahagiaan memiliki komponen ekonomis, sosial dan psikologis. 

Kebahagiaan tidak sekedar didapatkan lewat pencapaian finansial, namun juga kemampuan membangun hubungan sosial, kemampuan mengontrol diri, kemampuan mengapresiasi hidup dan bersyukur, serta kemampuan mengelola emosi negatif agar tetap resilien di masa-masa yang berat. 

Bagi individu yang tahu cara mengelola penghasilannya untuk mendukung semua komponen kebahagiaan di atas, maka kebahagiaannya akan terus meningkat seiring peningkatan kesejahteraan finansial. 

Selain itu, studi Killingsworth menunjukkan bahwa mereka yang memiliki tingkat kebahagiaan cukup atau lebih tinggi di awal penelitian, akan terus mengalami peningkatan kebahagiaan seiring dengan peningkatan penghasilan mereka. 

Maka, untuk bisa mengelola keuangan secara baik dan mendukung kebahagiaan, individu juga perlu memiliki memiliki modal atau kemampuan yang cukup di komponen sosial dan psikologis dari kebahagiaan.

Berdasarkan hasil susur pengalaman hidup X, tiga penelitian terkait, dan diskusi dengan seorang ahli di atas, seberapa besarkah pengaruh faktor eksternal terhadap kondisi merdeka finansial?***(Penulis: Levianti/Peer Review: F.W. Bayu P.)   

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun