Mohon tunggu...
Inovasi Artikel Utama

Perubahan Diri Dilan, Mengikuti Perkembangan Zaman

29 Januari 2018   17:30 Diperbarui: 31 Januari 2018   20:19 2401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak semua hal yang disampaikan secara verbal dapat diterima dan diingat selamanya. Multimedia memungkinkan kita untuk menampilkan video, foto, ataupun gambar untuk menunjang pengalaman dalam mengonsumsi media. Menurut teori mengingat dalam psikologi, pengalaman yang mengintegrasikan beberapa (multi) media dapat menjadi cara baru dalam mengingat. Dengan kata lain, mengasosiasikan barang dengan kata dapat memaksimalkan otak dalam memproses informasi.

Namun, sesuai dengan namanya. Multimedia hanyalah sebuah saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Dibutuhkan hal yang lebih besar untuk menyampaikan pesan yang terkandung, yakni pesan/konten itu sendiri. Dengan media yang sangat kekinian, kekreatifan pembuat konten sangat dibutuhkan agar konten tidak hanya berisi vlog liburan ala saya suka kemewahan tanpa ada pesan penting lainnya.

Digitalisasi memudahkan, namun di waktu yang bersamaan juga menyusahkan. Memudahkan dalam mengonsumsi namun juga membuat kita sebagai audiens harus semakin cerdas. Apalagi di era dewasa ini, di mana masyarakat tidak hanya dapat berperan sebagai audiens namun juga sebagai creator (prosumer).

Keberadaan multimedia sebagai saluran memungkinkan pesan dapat dijangkau oleh berbagai kalangan masyarakat dengan usaha sekecil-kecilnya. Misalnya, kita dapat mengetahui apa yang dikatakan oleh presiden negara lain yang tidak berbahasa Inggris karena ada bantuan subtitledari YouTube. Perputaran informasi menjadi sangat cepat karena adanya kemudahan yang ditawarkan oleh saluran ini.

Dalam hal kolaborasi antara video, audio, tulisan, dan foto, kita dapat melihat pada film. Misalnya pada film Dilan 1990 yang diangkat dari novel best seller Pidi Baiq. Pada awalnya, Dilan 1990 hanya menggunakan tulisan (yang tentu saja membuat kaum hawa klepek-klepek membaca linegombalan maut dan sederhana ala Dilan). Media film sebagai media terintegrasi mempermudah audiens dalam memvisualisasikan latar yang ada dalam film.

Sama seperti judulnya, Dilan 1990 mengisahkan tentang kehidupan percintaan antara Dilan dan Milea di tahun 1990. Dengan target audiens yang diutamakan remaja usia kepalang tanggung, mereka tidak memiliki referensi yang cukup untuk membayangkan apa yang terjadi di tahun itu.

Boro-boro bisa membayangkan, mungkin ayah ibu mereka masih belum bertemu di tahun itu.

Dengan target audiens yang sangat tersegmentasi, penggunaan multimedia adalah lebih dari sekedar strategi untuk menyampaikan plot. Penggunaan multimedia memungkinkan kita dapat "lintas waktu dan lintas dunia" ke belahan bumi yang tidak tergapai.

Bila Pidi Baiq hanya menggunakan tulisan untuk memviralkan plot ceritanya, gapaian penikmat "rindu itu berat" hanyalah berhenti sampai masyarakat yang berpendidikan. Namun, melalui film (tentunya dengan melibatkan dialog cheesy dan lagu tema yang enak didengar), mungkin adegan-adegan yang ada dalam novel Dilan dapat dikonsumsi oleh berbagai khalayak.

Tidak ada lagi orang yang tidak menonton film berbahasa asing dengan alasan "Tidak mengerti bahasanya" karena sudah ada subtitle yang tersedia. Multimedia memang semenyenangkan itu.

Dalam membuat konten multimedia, kita juga harus melihat bagaimana karakteristik audiens. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang cenderung sulit menerjemahkan konteks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun