Mohon tunggu...
Anastasia Bernardina
Anastasia Bernardina Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Aksara

Berbagi energi positif dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pecel Ayam Pak Kodir

20 Oktober 2023   12:00 Diperbarui: 20 Oktober 2023   12:12 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Kodir baru saja pulang dari pasar. Setiap hari beliau berbelanja untuk keperluan berdagang pecel ayam. Warungnya tidak pernah sepi. Pecel ayam Pak Kodir sudah terkenal sejak lama, bahkan orang-orang yang tinggal di kota, rela menempuh jarak yang cukup jauh ke pinggiran kota demi menikmati pecel ayam Pak Kodir yang rasanya tiada tara.

Pak Kodir sudah lama menduda. Istrinya meninggal sekitar 20 tahun yang lalu. Tampaknya Pak Kodir tidak berminat untuk mencari istri baru, hal itu terlihat dari kerja kerasnya membesarkan dan menyekolahkan dua anaknya sampai menjadi sarjana.

Salut jika melihat kerja keras Pak Kodir. Dini hari sudah berangkat ke pasar untuk mempersiapkan keperluan dagang pecel ayam. Wibawanya terhadap para karyawan di warung jangan pernah diragukan. Para karyawan sangat segan padanya. Pak Kodir sangat dermawan pada para karyawannya, sikap berwibawa yang dimilikinya menjadikan para karyawan menaruh hormat padanya. Hampir seluruh karyawan sering dibantu oleh Pak Kodir jika sedang menghadapi kesulitan.

Suatu ketika datanglah food vlogger terkenal yang sempat jatuh dari kursi saat sedang mereview soto seharga enam ribu. Warung makan siapapun yang didatangi olehnya, pasti langsung kebanjiran pelanggan sehingga julukan pesugihan online dari para mamennya sangat melekat pada food vlogger yang satu ini.

Pak Kodir sangat kaget karena baru kali ini warungnya kedatangan seorang yang tak dikenal olehnya dan lengkap membawa tim pembawa kamera. Sebelumnya Pak Kodir sudah dihubungi oleh tim food vlogger tersebut namun walaupun begitu tetap saja Pak Kodir merasa kaget dan grogi ketika berhadapan dengan tim yang membawa kamera. Pak Kodir bukan termasuk orang yang luwes di hadapan kamera. Fokusnya hanya bekerja dan berbuat baik pada sesama. Di era yang serba digital, Pak Kodir sama sekali nggak punya media sosial. Warungnya bisa terkenal karena para pelangganlah yang mengunggahnya di media sosial sehingga lama kelamaan warung pecel ayam Pak Kodir menjadi semakin dikenal oleh masyarakat luas.

Sesaat setelah pecel ayam Pak Kodir selesai direview, Pak Kodir sangat senang karena makanannya dinilai “nggak ada obat” alias enaknya tak terkira, sehingga keesokan harinya pecel ayam beliau semakin viral dan banyak sekali pelanggan dari jauh yang datang. Pecel ayamnya langsung  ludes ketika hari masih petang. Pak Kodir benar-benar seperti mendapat durian runtuh karena biasanya warung pecel ayamnya tutup tengah malam. Tangan Pak Kodir sampai pegal menghitung lembaran uang yang seperti nggak ada habisnya itu.

Hal tersebut memancing sepasang mata dari pojok warung yang sedari tadi memerhatikan Pak Kodir merapikan uang di kasir. “Pura-pura apa lagi ya biar aku bisa dikasih uang lebih sama Pak Kodir,” begitulah ungkapan batin pemilik sepasang mata di pojok warung.

Pak Kodir pun akhirnya merasakan bahwa ada sepasang mata yang sedari tadi memerhatikannya. Seketika itu juga Pak Kodir menengok ke arah sepasang mata itu. Tanpa rasa curiga Pak Kodir menegur pemilik sepasang mata yang sangat sendu alias seneng duit itu. “Ada apa Murni? Dari tadi toh kamu melihat ke mari?” Murni gelagapan karena ketahuan sedang memerhatikan majikannya menghitung uang dagangan. “Eh, euuh..he..he.. anu Pak..ah nggak apa-apa kok, cuma ingin lihat Bapak saja. Kelihatan gaanteeeng banget hari ini.” Dengan tersipu-sipu Murni mengeluarkan jurus pemikat dan berusaha menggoda sang duda yang ternyata sampai detik ini sangat sulit digoda. “Apa toh kamu ini? Mabuk kecubung, apa gimana, heh?” Pak Kodir terlihat tak ingin menanggapi Murni yang sudah sering menunjukkan gelagat menggoda dan sering mencari alasan supaya diberi tambahan dana untuk keluarganya.

Pak Kodir meninggalkan Murni yang masih cengengesan mencari perhatian. Pak Kodir sebenarnya sudah sering merasa risih dengan sikap Murni yang tak semurni namanya, namun karena Pak Kodir tahu bahwa Murni membutuhkan uang setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka Pak Kodir tak sampai hati jika harus menegur dan mengingatkan terlalu keras atas sikap menggodanya itu. Suami Murni yang bekerja sebagai buruh serabutan sudah cukup membuat Murni kesusahan, jadi Pak Kodir tidak ingin menambah beban pikiran Murni dengan menegur keras, apalagi jika harus memecatnya, tentu Pak Kodir tak akan sampai hati.

Sebelum warung pecel ayam Pak Kodir tutup dan seluruh karyawan pulang ke rumah masing-masing, tak lupa Pak Kodir memberi bonus di luar gaji bulanan pada para karyawannya, sebagai bentuk syukur karena hari ini pendapatan yang Pak Kodir terima sangat berlimpah. Murnilah yang paling semangat dan malah memilih berbaris di bagian paling belakang, supaya ketika menerima amplop dari Pak Kodir, sekalian Murni bisa membelai tangan Pak Kodir. Begitulah setan sudah mulai merasuk ke dalam pikirannya. Selalu saja Murni mencari kesempatan untuk terus menggoda sang duda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun