Mohon tunggu...
ANASTASIA IDA RISTIANI
ANASTASIA IDA RISTIANI Mohon Tunggu... Guru - GURU

Saya seorang guru di SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Saat ini saya ingin mengembangkan diri dengan cara menulis di Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tugas Koneksi Antar Materi Modul 1.4

23 Desember 2022   06:51 Diperbarui: 23 Desember 2022   06:53 4642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gb. Segitiga Restitusi

1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal

Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata "disiplin" juga sering dihubungkan dengan hukuman. Padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman. Justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan bila perlu tidak digunakan sama sekali. Dalam budaya kita, makna kata "disiplin" dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Sehingga disiplin cenderung dihubungkan dengan ketidaknyamanan.

Disiplin yang dimaksud menurut KHD adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal. Sejalan dengan KHD, Diane Gossen, di mana kedua pakar pendidikan ini mengartikan disiplin sebagai bentuk kontrol diri, yaitu belajar untuk kontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia yang mengacu pada nilai-nilai kebajikan (virtues) yang universal yang akan menggerakkan motivasi intrisik seseorang. Nilai-nilai ini antara lain nilai-nilai yang terkandung dalam Profil Pelajar Pancasila (beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong, dan kreatif). Selain nilai-nilai ini, setiap lembaga pendidikan juga mempunyai nilai-nilai yang diyakininya misalnya kejujuran, percaya diri, integritas, dsb.

2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia: 1) untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, 2) untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, 3) untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Dari ketiga motivasi perilaku manusia ini, kita bisa mengamati mana yang saat ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid kita di sekolah. Apabila motivasi murid-murid kita adalah pilihan pertama dan kedua, maka sebagai guru kita harus menuntun murid agar motivasi yang ketiga lah yang seharusnya mendasari dirinya.

Bagaimanakan dengan penghargaan dan hukuman? Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun hukuman adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya. Menurutnya tindakan memberikan penghargaan yang nilainya sama dengan menghukum seseorang.

Sedangkan restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Melalui pendekatan restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan mengajak murid berefleksi tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan menghargai dirinya.

3. Keyakinan

Keyakinan yaitu nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat oleh kelas yang menumbuhkan motivasi dari dalam sehingga bisa membentuk bidaya positif dalam kelas. Keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam. Ia akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna. Murid-murid pun demikian, mereka perlu memahami arti sesungguhnya dari peraturan-peraturan yang diberikan dan nilai-nilai kebajikan dibalik peraturan tersebut.

4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

Kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun