A. Peran Guru dalam Menciptakan Budaya Positif
Pada modul 1.1 kita mempelajari tentang bagaimana filosofi pendidikan menurut KHD. Saat kita mempelajarinya, kita makin paham peran kita sebagai guru. Guru diibaratkan sebagai seorang petani yang memiliki peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur. Kita akan memastikan bahwa "tanah" tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk ditanami. Sama halnya jika "tanah" tersebut diibaratkan sekolah, maka salah satu tanggung jawab seorang guru adalah bagaimana menciptakan suatu lingkungan positif bagi para murid. Lingkungan yang positif akan membentuk budaya positif.
Agar lebih memahami tentang budaya positif, maka kita bisa belajar modul 1.4 Budaya Positif. Konsep-konsep yang dipelajari yaitu 1) Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal, 2) Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi, 3) Keyakinan Kelas, 4) Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas, 5) Restitusi: 5 Posisi Kontrol, serta 6) Restitusi: Segitiga Restitusi. Konsep-konsep ini sangat terkait dengan materi-materi sebelumnya:
1. Keterkaitan Budaya Positif dengan Materi Modul 1.1. Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.
Menurut KHD tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian dalam proses menuntun dibutuhkan ekosistem pendidikan yang menerapkan budaya positif.
2. Keterkaitan Budaya Positif dengan Materi Modul 1.2. Peran dan Nilai Guru Penggerak
Konsep-konsep dalam budaya positif mendukung peran dan nilai guru penggerak dalam proses pembelajaran. Guru Penggerak diharapkan dapat memainkan peran-peran memimpin perubahan dalam ekosistem pendidikan. Kepemimpinan seorang guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Kompetensi-kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin di lingkungan sekolah, yaitu 1) mengembangkan diri dan orang lain, 2) memimpin pembelajaran, 3) memimpin manajemen sekolah, serta 4) memimpin pengembangan sekolah. Guru Penggerak juga harus sadar dengan nilai-nilai Guru Penggerak yang disandangnya yaitu 1) berpihak pada murid, 2) reflektif, 3) mandiri, 4) kolaboratif, serta 5) inovatif. Demikian juga Guru Penggerak harus memahami perannya yaitu 1) menjadi pemimpin pembelajaran, 2) menjadi coach bagi guru lain, 3) mendorong kolaborasi, 4) mewujudkan kepemimpinan murid, dan 5) menggerakkan komunitas praktisi.
Aktualisasi dari kompetensi, peran, dan nilai-nilai guru penggerak mengacu pada konsep budaya positif.
3. Keterkaitan Budaya Positif dengan Materi Modul 1.3. Visi Guru Penggerak
Sebuah komunitas sekolah yang ingin berubah, maka harus mau berefleksi dan menggali lebih dalam hal-hal yang bermakna, untuk kemudian diinternalisasi dan dijadikan sebagai bahan perbaikan-peningkatan dalam menjalankan perubahan demi perubahan. Perlu kita ingat kembali proses BAGJA harus dimulai dengan filosofi dan visi yang berpusat pada kepentingan murid atau berpihak kepada murid. Dari sana kemudian diturunkan menjadi berupa prakarsa perubahan. Sehingga dengan menjalankan prinsip among Ki Hadjar Dewantara dan pola pikir Inkuiri Apresiatif diharapkan Guru Penggerak mampu menjalankan nilai-nilai dan perannya. Visi adalah gambaran proyeksi ke depan berupa pandangan, cita-cita, harapan, dan keinginan yang ingin diwujudkan di masa mendatang. Visi hendaknya menjadi penggerak jiwa seluruh kegiatan sekolah dan sifatnya mengikat bagi seluruh warga sekolah. Sehingga visi guru akan terwujud jika lingkungan pembelajarannya menerapkan budaya positif.
B. Refleksi dan Pemahaman Budaya Positif