Yang cerdas dikitlah nuntutnya kawan!
Ini sekedar unek unek ana saja dalam menyikapi rekan-rekan sesama mahasiswa/i yang berdemo BBM.
Ana sendiri merasa geli sendiri sebenarnya ngebaca tulisan tulisan pendemo itu yang kebanyakan isinya sama semua Turunkan BBM.
Dan gelinya lagi ana ketika berdiskusi ria dengan salah satu dari pendemo itu, sebut saja namanya Reno.
Ana: Hai Ren, buru-buru amat tampaknya, mau kemana?
Reno : hei na, gak buru-buru kok. ini hanya mau ngantar sesuatu ke pimpro demo.
Ana : Oh mau demo ya, kamu kok ikut-ikutan sih demo Ren?
Reno : ya iyalah na, namanya juga demi membela rakyat kecil mestilah ikut. hati nurani ini berkata seperti itu na.
Ana : Halah lagakmu Ren sok pahlawan. Emang apa sih yang kalian tuntut?
Reno : Tuntut turunlah BBM-nya na, apalagi coba
Ana : emangnya bisa gitu harga yang sudah naik bisa turun kembali?
Reno : bisa donk, waktu jaman sby kan pernah turun tuh BBM.
Ana : Oh ia ia ana ingat, tapi waktu itu kan tak ada demo-demoan segala Ren, BBM-nya diturunkan harganya.
Reno : ia sih na, tapi kan pas sebelum dan sesudah kenaikannya banyak demo, mungkin itu bisa jadi pertimbangannya makanya BBM lalu diturunkan.
Ana : Oh begitu ya Ren, Lantas apa untungnya turun itu BBM?
Reno : ya lumayanlah na BBM-nya kan turun harga jadinya.
Ana : Lah kalo cuman BBM nya yang turun buat apa coba Ren, sementara harga-harga semuanya yang dulunya ikut naik pada masa kenaikan itu malahan tidak ikut turun harganya kan setelah BBM itu diturunkan harganya Ren?
Reno : Iya juga sih na, tapi kan lumayanlah timbang gak sama sekali.
Ana : Ada-ada sajapun kamu Ren, yang cerdas dikitlah kawan. Kamu sia-siakan kuliahmu hanya untuk penurunan harga BBM yang cuma sekian ribu itu?
Reno : Sekian ribupun na tapi kan efeknya lumayan bagi rakyat kecil.
Ana : Efek yang bagaimana kamu maksud Ren, tuh harga-harga kebutuhan pokok mereka tetap aja samakan harganya, tak turun juga kan meski BBM nya turun harga? mikirlah kawanku.
Reno : ia juga ya na, jadi apa ni na masukannya?
Ana : Nuntut tuh yang cerdaslah lah kawanku, ini masalah harga kaitan erat sama pendapatan, tuntutnya ya upahlah Ren dinaikkan.
Reno : lah kok jadi upah si na? kan masih mahasiswa bukan pekerja na.
Ana : loh katanya mau bela rakyat kecil, gimana mau rakyat kecil bisa beli kebutuhan pokoknya kalau pendapatannya tidak mencukupi Ren?
Reno : Ah kamu ini na bisa saja ngasih pertanyaan, saya jadi agak pening ni mikirnya.
Ana : hahahaha Ren.. Ren.. gitu aja kok pakai pening segala..
Reno : Ia sih tapi apa untungnya coba nuntut itu, toh saya juga masih mahasiswa kan ya.
Ana : owalah masih tak mudeng juga kamu Ren, begini ya Ren... kalau pendapatannya memadai kan otomatis tidak akan menjerit kesakitan rakyat kecil itu. kamu juga selesai tamat pastinya kan jadi karyawan juga kan Ren, apa mungkin kamu bisa jadi bos langsung? ana lihat-lihat sih tampangmu gak ada cakep-cakepnya jadi pengusaha. hahahahahaha. *sambil tertawa lepas bercanda dengan si Reno
Reno : hush kamu ini na bikin ilang semangatnya aja.*lemas sambil kepala nunduk kebawah, mungkin lagi merenung dia.
Ana : Udahlah Ren, pain ditutupi tampangmu itu,, yang becandanya ana Ren, tak adalah maksud ana menyinggung perasaanmu sedikitpun. Ana doainpun nanti kamu bisa
jadi bos langsung pengusaha top papan atas.*merayunya dengan mengelus-elus pundaknya penuh mesra.
Reno : Ia na, makasih ya doanya.
Ana : ia sama-sama Ren.
Reno : okelah na, saya cabut dulu ya.
Ana : Oke Ren, selamat berdemo ya.
Reno : ia na. *tak berapa lama berlalu dari kursi yang didudukinya.
Begitulah kisahnya, diskusi yang begitu tak habis pikir saja ana memikirkannya, masa ia berdemo untuk hal-hal yang tak ada manfaatnya sama sekali. Harga BBM-nya sudah naik, dan harga-harga semua barang juga sudah pada naik, ngapain coba yang mau dituntut BBM turun harga toh harga-harganya semua sudah pada naik kan ya.
Ana pribadi sih sebagai mahasiswi yang berfikir sedikit ekstrim lebih mikirnya ke arah yang jadi biang kerok masalah seperti :
1. Masalah upah, ini masalah krusial yang dari jaman nenek moyangpun sampai sekarang dan hingga selama-lamanya kalau upahnya itu pas-pasan atau bahkan malah tidak memadai gimana bisa BBM naik tanpa ada demo? Ya pastilah menjerit mereka-mereka itu yang upahnya ngepas.
2. Masalah stok bbm yang katanya menipis, udah tau nipis tapi malah dibiarkan mobil-mobil dan motor-motor dijalanan semakin banyak dan semakin berserakan dari tahun ke tahun bikin semak jalanan saja, bukannya distop atau dibatasilah paling tidak, eh ini malah ada pula proyek LCGC (low cost green car) yang katanya mobil murah ramah lingkungan. Yang namanya mobil ya tetap aja kan butuh BBM? mikir donk katanya stok BBM menipis eh kok malah ada yang begituan. Belum lagi ditambah proses kepemilikan kendaraan bermotor itu yang sangat mudah dan murah banget, gimana tidak mudah dan murah banget coba kunjungi saja showroom-showroom terdekat bawa duit cuma 500rb saja udah bisa bawa pulang motor. mestinya tuh yang wajarlah DP-dikasih separuh dari harga kendaraannya paling minimal itu, ini kok malah jadi banting harga?
3. Masalah nilai tukar/kurs rupiah yang cenderung melemah, ini masalah juga serius apalagi katanya sebagai net-importir minyak, sudah semestinya dan sewajarnyalah nilai kurs ini diperhatikan
oleh orang-orang yang bekerja dan bertanggung jawab untuk itu, jangan kerjanya cuma makan gaji buta aja tapi gak mau mikir caranya buat nguatinnya. mestinya dituntut pemecatan ini bagi orang-orang yang bertanggung jawab namun tak bisa bertugas dengan benar melaksanakan tugasnya menjaga nilai tukar ini tetap stabil dan kalau bisa menguat. Ngapain dipelihara orang-orang seperti itu cuman ngabisin duit negara aja tapi kontribusinya nol besar, lebih bagus kan disingkarkan sesegera mungkin ganti orang baru yang lebih kompeten.
Akhirnya selesai sudah unek unek singkat ana ini, selamat pagi dan salam sejahtra bagi kita semua.
salam,
Ana Sihite
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H