Tadi malam, saya ngobrol bareng petani. Ngeluhnya benar-benar dalam alias nelongso. Mau di panen rugi nggak di panen juga rugi. Loh kok bisa, harga di group WA mereka, terutama di pabrik berubah sepanjang jam. Bukan lagi harian.
"Idih ngeri-ngeri sedap".
Harga ada yang Rp1.020 hingga ke bawah, kalau di loding gimana dong kalau gini. Nasib pengusaha loading juga pasti di ubun-ubun. Sudah beli harga tinggi, eh malah berubah lagi di pabrik.Â
"Tentu saja bisa gulung tikar. Apalagi petani, makin sulit ngebul dapurnya".
Mereka ada yang lebih memilih, dibiarkan membusuk buahnya di pohon daripada nombok buat bayar upah panen, dan ongkos transport.
Kalau saya masih optimis. Pasti ada titik terang di sini. Tapi, menunggu lampu dan listrik di pasang.
Waras nggak aku Iki nulis. Yo wes, semua dagelan. Jangan di bawa ke hati.
Penulis: Anas Abdul Kadir
Bukit Seloka, 7 Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H