Mohon tunggu...
Ana Rizky Amalia
Ana Rizky Amalia Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa IAIN Jember T20185078

Mahasiswa IAIN Jember Prodi Piaud

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Ilmu | Pengembangan dan Penerapan Teori

15 Desember 2019   01:00 Diperbarui: 15 Desember 2019   01:10 3699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebenaran ilmiah membutuhkan data dan fakta yang akurat kemudian diolah dengan metode ilmiah , Manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan memiliki sarana berpikir ilmiah yang meliputi: logika, matematika, statistika dan bahasa. Logika sering diartikan sebagai pengetahuan tentang kaidah berpikir atau yang berusaha untuk menarik simpulan melalui kaidah-kaidah formal yang absah.

Logika mempelajari argumen, yakni wacana yang terdiri dari  pernyataan simpulan yang ditarik dari dua atau lebih pernyataan lain yang disebut premis. Logika bisa diartikan sebagai pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata yang dinyatakan dalam bahasa, dengan logika manusia bernalar.

Matematika adalah merupakan bahasa artifisial yang bersifat cermat dan terbebas dari unsur emosi. Matematika memberi sifat kuantitatif kepada pengetahuan keilmuan yang sekaligus sarana berpikir deduktif (penalaran deduktif). Penalaran deduktif merupakan suatu proses berpikir yang bertolak dari pemikiran yang bersifat umum menuju pada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu simpulan yang bersifat khusus.

Sarana berpikir ilmiah yang ketiga adalah statistika. Statistika membantu kita dalam penarikan simpulan secara induktif dari fakta empiris. Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan dari yang bersifat khusus menuju kepada simpulan yang bersifat umum, penentuan kaidah umum berdasarkan hal-hal khusus. Sarana berpikir ilmiah yang keempat adalah bahasa, dengan adanya bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dimana objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. 

Malalui transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai sesuatu objek tertentu meskipun objek itu secara faktual tidak berada di tempat di mana kegiatan berpikir itu dilakukan. Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut, dengan bahasa dimungkinkan untuk berpikir secara teratur dan sitematis.

Pendekatan Aksiologis
Melalui pendekatan aksiologis kita dimungkinkan untuk menjawab permasalahan menyangkut pertanyaan untuk apa pengetahuan itu?. Bagaimana hubungan antara ilmu dan nilai (moral)?. Inti dari pendekatan aksiologis adalah menjawab apakah manfaat ilmu pengetahuan dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia serta pengembangan ilmu itu sendiri. Jawaban atas pertanyaan bagaimana hubungan antara ilmu dan nilai, masih menjadi perdebatan diantara para ahli. 

Pandangan pertama menyatakan bahwa ilmu untuk ilmu, dalam arti ilmu bebas nilai. Pandangan kedua menyatakan bahwa ilmu tidak bebas nilai. Dua kelompok pendapat di atas didukung oleh aliran Positivisme dan Kritik Idiologi.

Aliran positivisme memandang bahwa ilmu pengetahuan akan dapat berkembang dengan pesat apabila tidak ada ikatan nilai apapun kecuali nilai ilmiah. Artinya pengembangan ilmu pengetahuan harus didasarkan atas nilai ilmiah yang mengandung arti bahwa ilmu pengertahuan itu memberikan hasil yang dipercaya, mempunyai dasar tertentu, objektif dan dapat diuji secara kritis.

Aliran Kritik Idiologi menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus  diarahkan kepada usaha suatu tujuan idiologi, karena terdapat hubungan yang erat antara ilmu dan nilai. Ilmu pengetahuan yang bebas nilai akan berbahaya pada eksistensi ilmu itu sendiri dan bagi kehidupan manusia. Untuk menjembatani perbedaan kedua aliran tersebut maka muncul aliran otonomi relasional yang menyatakan bahwa ilmu seharusnya tetap berkembang maju, tapi namun perlu dikaitkan dengan suatu tujuan yang memerlukan tanggung jawab, karena pada dasarnya ilmu merupakan alat bagi manusia didalam usaha memenuhi kebutuhan. Ilmu berkembang secara otonom sehingga ia dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun