Pendekatan metafisika memiliki peranan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kontribusi antara lain karena metafisika:
Mengajarkan cara berpikir cemat dan tidak lelah untuk menjawab persoalan-persoalan yang bersifat tekateki,
Adanya tuntutan orisinalitas berpikir untuk mengupayakan penemuan-penemuan baru maupun untuk menguji kebenaran-kebenaran yang pernah ditemukan,
Memberikan bahan pertimbangan dan pijakan yang kuat terutama dalam praanggapan,
Memberikan ruang pada perbedaan visi dalam memahami realitas, sehingga dapat menghargai perbedaan pandangan yang muncul dalam mencari solusi problematika.
Pendekatan Epistemologis (Theory of knowledge)
Setiap pengetahuan memiliki ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan itu disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan satu sama lain, jadi ontologi ilmu terkait dengan epistemology ilmu dan epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi dan seterusnya. Jadi bila kita ingin membahas epistemologi ilmu, maka harus dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu.
Inti pendekatan epistemologi adalah mempersoalkan bagaimana proses terjadinya ilmu pengetahuan, termasuk didalamnya sarana ilmiah, sikap ilmiah, metode, kebenaran ilmiah. Pemikiran merupakan landasan utama dalam melakukan kegiatan ilmiah yang akan menggabungkan kemampuan akal dengan pengalaman dan data yang diperoleh selama melakukan kegiatan ilmiah.
Dalan hubungan ini muncul dua faham yaitu faham Rasionalisme dan Empirisme. Faham Rasionalisme menekankan pada peranan akal dalam memperoleh pengetahuan. Faham ini berpandangan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah akal atau rasio. Ilmu pengetahuan yang memenuhi syarat adalah yang diperoleh melalui kegiatan akal. Adapun ciri-ciri pokok faham Rasionalisme yaitu : (1) Adanya pendirian bahwa kebenaran yang hakiki itu secara langsung dapat diperoleh dengan menggunakan akal sebagai sarananya, (2) Adanya suatu penjabaran secara logis atau deduksi yang dimaksudkan untuk memberikan pembuktian seketat mungkin mengenai seluruh sisi bidang pengetahuan berdasarkan atas apa yang dianggap sebagai kebenaran-kebenaran hakiki tersebut di atas.
Faham rasionalisme awalnya dari faham idealisme, faham ini menggunakan metode deduktif, akal, apriori dan koherensi. Adapun faham yang menekankan pada pengalaman sebagai sumber pengetahuan manusia dinamakan faham Empirisme, faham ini berpandangan bahwa pengalaman manusia meliputi pengalaman lahir yang menyangkut dunia dan pengalaman batin yang menyangkut pribadi manusia.Â
Faham empirisme bersumber dari faham realisme yang menggunakan metode induktif dalam mencari kebenaran ilmiah. Kedua faham ini, tampak perbedaan yang sangat mencolok, sehingga ada usaha untuk mempersatukan kedua pandangan tersebut, maka muncul faham Kritisme yang dipelopori oleh Immanuel Kant. Faham kritisme berpandangan bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh adanya kerja sama antara bahan bahan yang bersifat pengalaman inderawi yang kemudian diolah oleh akal.Â