Ia menjawab, "Masih."
Rasulullah SAW menasihatinya, "Berkhidmatlah (berbaktilah) kamu kepadanya, karena surga berada di bawah kedua kakinya."
Nabi SAW memberi pengajaran pada kita tentang prioritas dalam berjihad. Jika kita dapat memperoleh surga di rumah atau negeri sendiri, kenapa harus keluar rumah atau pergi ke negeri lain untuk mencari surga?
Jika di sekitar kita masih banyak orang yang harus kita penuhi haknya, mengapa kita harus melintasi lautan untuk memenuhi hak saudara jauh kita? Masalah jihad adalah masalah prioritas. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kita untuk mendahulukan jihad memenuhi hak keluarga kita lebih dahulu sebelum yang lain.
Allah berfirman, "Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros" (QS Al Israa : 26)
Uwais Al Qarni, Sang Jihadis Sejati
Seorang jihadis sejati adalah seseorang yang menempatkan jihad sesuai dengan prioritasnya. Seorang jihadis sejati adalah seorang mukmin yang berakhlakul karimah, yang selalu menebarkan kasih sayang dan rasa welas asih. Bukan seseorang yang berperilaku kejam dan barbar yang selalu menebarkan permusuhan dan suka menumpahkan darah tanpa hak.
Adakah sosok jihadis sejati yang patut kita teladani? Kalau kita ingin melihat seorang jihadis sejati, lihatlah pada sosok seorang sahabat Nabi bernama Uwais Al Qarni.
Tentang Uwais Al Qarni, pada suatu hari Nabi SAW bersabda, "Aku mencium napas Rahman dari Yaman. Aku mencium hembusan Tuhan Yang Maha Pengasih dari Yaman." Nabi berpesan kepada para sahabatnya agar menyampaikan pesan dan salam beliau kepadanya kelak sepeninggal beliau.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, Uwais datang ke Madinah. Begitu para sahabat menyampaikan salam Nabi kepadanya, ia langsung jatuh pingsan.
Pada masa pemerintahan Imam Ali bin Abi Thalib, Uwais berperang di pihak sang imam. Ia dahulu tidak sempat berperang di pihak Nabi karena berbakti kepada orang tuanya yang sudah tua renta dan buta. Lelaki berakhlak mulia ini baru sempat berjihad bersama Imam Ali setelah kedua orang tuanya meninggal dunia.