Ayat ini turun untuk mendefinisikan cinta sebagai kesediaan untuk menjual diri, memberikan yang paling berharga untuk sang kekasih. Inilah kecintaan sejati, yang dibanggakan oleh para malaikat.Â
Dengan cinta seperti itu, makna cinta berikutnya muncul dengan sendirinya; yakni, berusaha memelihara dan mempertahankan kecintaannya. Cinta direkamkan dalam-dalam di lubuk hatinya. Bahkan pada saat sakaratul maut sekali pun, nama Rasulullah saw tidak pernah lepas dari mulut dan jantung sang pecinta.
Â
Sumber: Jalaluddin Rakhmat, Rindu Rasul: Meraih Cinta Ilahi melalui Syafaat Nabi, Jakarta: Rosda, 2001.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H