"Nah, ini perkembangan baru yang boleh menggembirakan kita semua. Kabri bersedia memaafkan menantumu, ibu Hola - asal kau menyumbang separuh dari ladangmu untuk aku kelola dan hasilnya kubagikan kepada fakir miskin untuk menembus dosanya."
Hitung-hitungan lagi.... akhirnya, "Ya, bagaimana lagi Yang Mulia, kalau memang tidak ada jalan lain.... maka, terpaksa, dengan berat hati, walau sesungguhnya itu diluar kemampuanku, karena hasil dari separuh ladang itu tidak cukup juga bagi kami, tapi, ya, bagaimana la......."
Ungkapan Duka Derita ibu Hola terganggu oleh jeritan Lola, "Bu, bu, bu... Ibu...." Melihat anaknya berlari-lari menuju alun-alun, ibu Lola menjadi cemas, "Apa yang terjadi nak, apa yang terjadi. kenapa kau...?"
"Bu, bu, si Kabri ternyata tidak mati, mungkin pingsan saja, sudah lari keluar... aku mau menangkapnya, tapi....."
Demikian, Bhagwati Charan Verma mengakhiri cerpennya... Tragis bagi Holo yang sudah membangun kastil bayangan diatas lahan ibu Hola... Napas lega bagi ibu Hola, rasa kecewa berat bagi ibu Lola yang sudah membayangkan komisi sebesar entah berapa persen... Sementara itu, Holi termenung kembali, menyusun siasat untuk menghadapi Kabri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H