"Assalamualaikum. Bu, sampun sare ?" tanya ku agak khawatir karena biasanya Ibu sudah istirahat.
"Waalaikumsalam, sehat nduk? Ibu lagi gawe kue apem  kanggo acara kulawarga pa Mukhti''
"loh Bu ojo ngoyo suruh orang buat bikin kue apem atau beli aja'' aku sedikit menggerutu dan khawatir
''Ora kesel Bi Ningsih mbantu iki, udah makan nduk? Jawabnya begitu lembut dan mencoba untuk meyakinkanku
"Sudah Bu sudah malem pastinya tos dahar, Ibu sudah makan kan? aku kangen besok aku pulang ya Bu" kataku sambil menahan tangis
Ibu terdiam sejenak, sepertinya tanpa berkata sedikitpun beliau tahu aku sedang dalam masalah entah itu kecil atau besar Ibu selalu tahu anak-anaknya saat sedang bersedih.
 "Pulang saja nduk, pintu rumah selalu terbuka untukmu, kalau capek ya istirahat jangan dipaksakan, gak baik lo nduk memaksakan kehendak kita, badanmu itu bukan robot'' nada bicaranya sungguh menenangkan. Itulah yang sedang kubutuhkan saat ini, tanpa perlu di hakimi hanya perlu didengarkan dan diperhatikan.
''Inggih Bu, aku pulang besok Ibu istirahat ya udah malam Assalamualaikum" kataku sambil tersenyum
"Waalaikumsalam nduk jangan lupa sarapan dulu besok" jawabnya sambil menutup panggilan
Telepon pun terputus percakapan kami berakhir malam ini
 Hari ini memang begitu melelahkan, presentasi yang di tiru, pegawai baru yang masuk melalui jalur dari orang dalam, di tambah ketinggalan kereta serta laptop yang rusak. Serta tak perlu lagi kusebutkan namanya.  Lelaki brengsek yang pernah mengisi hatiku. Rasanya ingin sebentar saja menghilang dari segala aktivitas ini, rasa kantuk mulai menyerang mataku mulai terpejam notif pesan muncul di layar handphone