Mohon tunggu...
anandamutiaraanandamutiara
anandamutiaraanandamutiara Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hidup adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan rintangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peran dan fungsi Gaya Arsitektum Bangunan Peninggalan Eks Rumah Sakit Kolonial Belanda tahun 1925

12 Desember 2024   09:49 Diperbarui: 11 Desember 2024   23:51 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pandeglang berada di bawah keresidenan Banten, sebagai ibukota dari wilayah Banten Tengah. Meskipun begitu, Pandeglang bukan merupakan sebuah kabupaten, tapi memiliki posisi sebagai daerah administratif yang menentukan dalam perpolitikan pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada saat itu. Penetapan Pandeglang sebagai sebuah kabupaten terdapat dalam Staatblad Nomor 73 Tahun 1874, tentang pembagian daerah, dalam Ordonansi tanggal 1 April 1874. Dengan demikian, berdasarkan surat keputusan tersebut, Pandeglang merupakan kota yang didirikan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Hal tersebut diperkuat dengan bukti tinggalan bangunan kolonial yang ada di Kota Pandeglang, yang mengindikasikan bahwa kota ini memiliki tata kota kolonial bentukan pemerintah Hindia Belanda pada masa lalu.

Arsitektur merupakan salah satu produk budaya hasil pemikiran manusia yang mampu menggambarkan secara komprehensif bagaimana hubungan dirinya dengan konteks sosial maupun seting lingkungan yang ada. Seringkali Arsitektur memperlihatkan keindahan dan keunikan yang menggambarkan ciri khas yang terkandung dalam bangunan. Arsitektur barat atau Eropa yang merupakan peninggalan dari masa kolonial Belanda menjadi sebuah bangunan Cagar Budaya yang dijaga guna untuk menghargai dan menghormati peninggalan sejarah pada masa tersebut. 

Meminjam pengertian De Architectura (menurut Vitruvius), menyatakan bahwa desain arsitektur merupakan kesatuan antara aspek keindahan/estetika (venusitas), kekuatan (firmitas), dan kegunaan/fungsi (utilitas). Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Arsitektur lahir melalui dinamika kebutuhan dan material-teknologi konstruksi yang menyertainya. Arsitektur tidak hanya mementingkan aspek keindahan (kenyamanan visual dan rasa) melainkan juga aspek teknologi-konstruksi (dapat dibangun-buildable, kuat, kokoh, stabil) dan aspek fungsional (berguna bagi kehidupan manusia).

Dalam pengolahan estetika desain arsitektural konsep unity merupakan aspek yang penting. Konsep unity dapat dijabarkan antara lain mencakup: tekstur, wama colour, tone, porporsi-skala, solid-void (padatan-ruang kosong), form and shape, dsb. Dalam konsep unity tersebut terkandung unsur dominansi, harmoni-keselarasan, keseimbangan (balance) dan focus of interest/vitality. Wujud unity tersebut dapat dibaca melalui tampilan ekspresinya. Oleh karena itu dalam perwujudannya karya Arsitektur mengandung adanya unsur representasi visualisasi. Ekspresi muncul sebagai sintaksis antara elemen-elemen desain di dalamnya. Gaya atau style (dapur-Jawa) dapat difahami sebagai wujud dari ekspresi tersebut.

Salah satu aset kebudayaan Indonesia yang sangat perlu dipelihara dan dilindungi adalah kebudayaan material yaitu peninggalan-peninggalan prasejarah dan sejarah, yang diantaranya adalah bangunan, situs, arca, candi serta benda-benda bersejarah atau purbakala lainnya. Peninggalan--peninggalan tersebut menjadi suatu cagar budaya yang keberadaannya memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (selanjutnya disebut "UU Cagar Budaya"), peninggalan-peninggalan yang disebut cagar budaya dinyatakan lebih luas, adapun bunyinya: 

"Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan."

Peran dan Fungsi Bangunan Eks Rumah Rumah sakit

Bagaimana peran dan fungsi rumah sakit tersebut pada masa kolonial? Sekitar 26 juni tahun 1920 salah seorang Belanda yang bernama Bataviaach Nieuwsblad memberitahukan bahwa pemerinta telah menetapkan sebuah peraturan tentang tujuan dan biaya perawatan rumah sakit sipil di Pandeglang -- Banten. (Bambang, 2020:255).

Pada memori serah jabatan Residen Banten, J.C. Beddings yang dilakukan pada tanggal 24 maret 1925 mengatakan bahwa pada saat tahun tersbut telah berdiri sebuah rumah sakit modern di pandeglang dibawah pimpinan seorang dokter pemerintah. Rumah sakit tersebut telah mendapatkan penerangan listrik dan disisi lain untuk pemasangan saluran air dalam keadaan proses pembuatan dan segera terselesaikan. Karena banyaknya pasien yang dirawat pada rumah sakit ini, kondisi rumah sakit yang sangat sempit dan kecil rumah sakit tersebut harus diperluas serta ditambahkannya sarana yang cukup memadai. Rumah sakit pandeglang cukup terkenal pada masa tersebut, tidak hanya masyarakat pandeglang saja yang berobat di rumah sakit tersebut, akan tetapi orang orang lampung juga berdatangan untuk berobat. Bahkan menurut pemberitahuan harian seperti Bataviaassch Nieuwsblad, the indische Courant, dan Het Nieuws Van den dag Voor Nederlandsch Indie edisi 14 April 1925.

Pada saat itu J.C. Beddings pernah dirawat di RSU Pandeglang akibat terkena penyakit disentri berat yang dideritanya sehingga ia dilarikan ke rumah sakit setelah menghadiri acara pesta perpsahan. Kemudian pada buku ini juga dijelaskan bahwa pada saat sera terima jabatan Residen Banten, pada tanggal 24 Februari1931 menurut F.G. Putman Craemer ia menyampaikan bahwa di pandeglang terdapat rumah sakit modern. Sekitar tahun 1929 rumah sakit pandeglang ini diperluas dengan melihat kondisi dan situasi, karena banyaknya pasien yang berdatangan untuk berobat dari berbagai daerah, seperti dari lampung dan tangerang. Pada saat itu di Banten rumah sakit pandeglang ini cukup populer sehingga banyak sekali masyarakat yang berobat ke rumah sakit tersebut. (Bambang, 2022 : 256).

Setelah mendengar tentang pemindahan rumah sakit ke kabupaten setempat dan organisasi swasta, pimpinan D.V.G. siap mengajukan usulan kepada Pemerintah untuk memindahkan rumah sakit Pemerintah di Peka Longan dan Pemalang ke misi dan rumah sakit di Wonosobo ke misi; Oleh karena itu perundingan mengenai hal ini telah menghasilkan kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat. Pemerintah juga telah diusulkan untuk mengalihkan rumah sakit di Padang-Sidempoean ke perusahaan swasta, yaitu. 

Yayasan Fagginger Auer. Saat ini sedang dilakukan perundingan untuk memindahkan fasilitas pelayanan kesehatan di Serang dan Pandeglang ke kabupaten di sana, serta di Pro Bolinggo dan Malang ke kotamadya masing-masing. (Het Nieuws Van den dag voor Naderlandsch -- indie, 1919 : 241)

Kemudian telah ditemukan pada arsip koran yang berisi tentang Layanan medis. Dibebastugaskan dari jabatan dokter di Indramajoe, Roelants. Dipindahkan dari Pandeglang ke Semarang, dokter dewan djawa Soewardi.Tetap diposting ke Pandeglang, dokter Djawa mas Dikoen.

Posting Telegraf.

Ditransfer: dari Telok Betong sampai kantor pusat, komite di kl. Wieringa: dari kantor pusat ke Telok Be tong, sama Van Leeuwen : dari Weltevreden ke Batavia, idem Hoedt. (Courant : De Iocomotief 17-12-1907)

Mereka yang masih mempunyai sesuatu untuk dituntut, atau berhutang, atau uang atau dengan cara lain berada dalam tahanan dari mendiang Bapak Dr. J. l'ANGE HUET, yang terakhir tinggal di Rangkas-Betoeng dan meninggal di Pandeglang pada tanggal 14 April 1925, diminta dalam waktu satu bulan sejak ini.

Gaya Arsitektur Eks Rumah Sakit Pandeglang

Gedung Eks RSUD Pandeglang yang sekarang digunakan sebagai Gedung Perpustakaan Kabupaten Pandeglang berada di Jl. Kesehatan No. 2, Pandeglang, terletak pada koodinat 06 30' 93" Lintang Selatan dan 106 10' 50" Bujur Timur. Bangunan ini terletak di sisi barat alun-laun Pandeglang. Bentuk bangunannya persegi panjang dari arah barat ke timur dengan arah hadap ke utara. Bangunan bercat putih ini memiliki atap berbentuk limasan. Pada bagian fasad bangunan terdapat 10 jendela kayu rangkap ganda bercat krem. Pada bagian luar, jendela berbentuk jalusi dan sebagian berpanil kayu. Pada bagian dalam berpanil kaca dengan lubang angin berukuran besar dan berpanil kaca. Di bagian luar, jendela-jendela ini dilengkapi elemen kanopi yang terbuat dari bahan kayu.

Pada bagian yang terlihat unik terdapat pada pintu masuk utama, yakni tiang penyangga kanopi kayu berupa delapan tiang kayu kecil yang berdiri di atas beton. Dalam arsitektur bagian ini disebut dengan portico yakni konstruksi beratap yang diitumpu oleh kolom atau tiang sebagai ruang peralihan antara luar dan dalam. Bagian ini masih tampak terlihat asli, sama seperti deretan jendela dengan kanopinya. Namun, terdapat tambahan komponen bangunan berupa teras beratap yang posisinya menaungi portico tersebut.

Pintu masuk utama terbuat dari pagar besi menyerupai gerbang. Pada bagian atas pintu "gerbang" ini, terdapat jendela berbentuk setengah lingkaran dengan kaca patri warna warni. Setelah melewati pintu "gerbang", terdapat lorong sepanjang 3 meter sebagai perantara antara pintu berpagar besi tersebut dengan pintu menuju serambi belakang. Pintu ini berupa pintu dari kaca yang bila diamati dengan baik, kemungkinan dahulunya pintu ini tidak berdaun, hanya berupa pelengkungan saja.

Bagian belakang bangunan terdapat dari 9 ruang yang terbagi menjadi 5 ruang di sisi barat, 5 ruang di sisi timur dan serambi atau teras belakang yang memanjang dari barat ke timur. Bagian bangunan di sisi barat terdiri dari 5 ruang dengan 3 jendela. Bentuk pintu dan jendela khas bangunan kolonial yakni berdaun 2 dengan ukuran besar dan tinggi. Pintu dan jendela di sisi ini berbeda dengan jendela dan pintu di sisi timur, jendela dan pintu di sisi ini terdiri dari panil kaca dan kayu. Saat ini ruang-ruang ini difungsikan sebagai kantor pengurus perpustakaan. Setiap ruangan dihubungkan dengan pintu di bagian dalamnya.

Bagian bangunan di sisi timur terdapat 5 ruangan dengan 3 jendela dan pintu. Pintu dan jendela pada sisi ini umumnya hanya berdaun tunggal. Namun, ada satu pintu dan jendela yang berdaun 2 dengan bentuk jalusi. Bagian ini dipergunakan sebagai ruang buku. Sedangkan bagian terasnya dipergunakan sebagai ruang membaca bagi pengunjung. Serambi belakang ini dipagar tembok dan besi sebagai pembatas dengan halaman Gedung Sekretariat Daerah Pandeglang.

Pada puncak atap, terdapat menara kecil berlubang angin yang dalam istilah arsitektur disebut dengan lantern. Selain lantern, pada atap terdapat pula 2 buah dormer, yakni jendela atau bukaan yang mempunyai atap tersendiri yang letaknya mengapit lantern. Penutup atap terbuat dari genteng cetak model baru dengan penampakan yang glossy.

Bangunan tersebut merupakan rumah sakit pertama yang ada di wilayah Kawedanan Pandeglang. Bangunan berciri kolonial ini masih dipergunakan sebagai rumah sakit hingga tahun 1990-an. (Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Pndeglang. 2019. Data base Cagar Budaya dan Objek diduga Cagar Budaya di Kabupaten).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun