Mohon tunggu...
ANANDA ALFIKRO
ANANDA ALFIKRO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Walisongo Seorang Pengajar, Peneliti, dan Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngarot Penjaga Kebudayaan Berlandaskan Nilai Religius, Rasional dan Transendental dalam Menghadapi Disrupsi Society 5.0

5 November 2022   08:00 Diperbarui: 5 November 2022   08:02 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu kebudayaan akan luntur dan hilang ketika suatu daerah lupa akan asal usulnya. Disitu terdapat suatu perpindahan kebudayaan bernilai tradisional menuju kebudayaan yang non tradisional kemudian mendominasi dan Neo Tradisionalisme ataupun berbalik menjadi kebudayaan yang musnah dalam daerah tersebut. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama melalui perantara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENPAREKRAF) dengan kebijakannya mengatur terkait perawatan situs kebudayaan juga penanaman nilai-nilai tradisionalisme yang bertujuan untuk menjaga nilai dari suatu kebudayaan yang terdapat dalam setiap daerah di Indonesia. 

Pemerintah Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomer 05 Tahun 2017 yang berisi pemajuan kebudayaan berupaya memberikan semangat dalam perlindungan pengembangan dan pemanfaatan budaya di negara Indonesia salah satu aspeknya yakni adat istiadat dan ritus (ritual). Oleh karena itu, tradisi Ngarot tentu perlu dikembangkan dan dijaga eksistensinya karena di dalamnya memuat penggabungan antara adat kebudayaan dan Ritus. Yang akan dinilai dari perpektif sosiologis, realistis, logic bahkan transedental.

              

Globalisasi di Era Society 5.0

Pada masa ini masyarakat Indonesia digempur oleh pergumulan globalisasi, modernisasi, dan asimilasi dalam kebudayaan. Belakangan ini istilah Era Society 5.0 marak menghiasi media masa dan media sosial, banyak yang menyebutkan masa tersebut dengan disrupsi banyak juga yang menyebutkan itu adalah masa Society berkaitan dengan kemanusiaan dan peradaban. Harus diketahui bersama Era Society 5.0 merupakan upaya dimana masyarakat Indonesia dapat menyelesaikan suatu tantangan dan permasalah sosial dengan memanfaatkan beragam pembaruan yang lahir di Era Revolusi Industri 4.0, jadi secara singkat, Era Society 5.0 adalah hasil pengembangan Revolusi Industri 4.0. Dalam hal ini, generasi muda Indonesia akan memiliki peran penting sebagai mereka yang menerapkan roadmap tersebut. 

Kalangan muda harus siap bertempur menghadapi Era Society 5.0 di Indonesia khususnya. Kemampuan masyarakat dalam negeri tidak kalah dengan Masyarakat asing, maka perlu memanfaatkan masyarakat yang ada, dan diinginkan Indonesia akan ikut bersama Era Society 5.0. Karena masih ada ruang bagi SDM untuk berperan aktif di berbagai bidang, maka kami fokus pada pengembangan SDM. Era Society 5.0 yang melengkapi Era Industri 4.0 harus fokus pada peran pemuda dalam membangun negara Indonesia di masa yang akan datang. Generasi Z cenderung memiliki pemikiran kreatif yang merangsang untuk membangun pola pikir dengan keterampilan interpersonal yang kuat. Generasi Z yang berfikir kreatif, inovatif, dan produktif perlu mengembangkan softskill yang dibangun dalam Society 5.0 sejak dini. Tentunya kekuatan komprehensif ini diharapkan mampu memenangkan persaingan di Era Disrupsi dan dunia tanpa batas.

Kondisi yang saling mendisrupsi dilatar belakangi oleh pesatnya kemajuan teknologi Intelegency digital buatan manusia contohnya yang penyusun berikan seperti kecerdasan buatan. 

Kecerdasan buatan pada masa ini ditampilkan dan diperlihatkan melalui kecerdasan linguistik berupa robot yang mana bisa memberikan efek membantu dan mempermudah kehiduapn manusia. Hal ini yang membuat penyusun lebih detail dan hati-hati suatu keputusan yang bulat dan matang supaya tidak terjadi penyesalan dalam pertengahan jalan karena, masa ini semuanya diatur dan diawasi oleh teknologi yang modern. Jika berfikir ke masa lalu, kebudayaan di Indonesia khususnya di Indramayu itu secara nampak dan tidak nampak memiliki 3 hal yang berpengaruh, yakni kekuatan alam, pengaruh keagamaan, dan sistem kultur sosial. 

Kekuatan alam dari laut, pantai, dan tanah secara langsung maupun tidak langsung ikut berpengaruh dalam membentuk perilaku berbudayah masyarakat di Kabupaten Indramayu. Peralihan dan perubahan keagamaan ikut berpengaruh dalam kebudayaan masyarakatnya demikian pula, kultur sosial yang turut mencampuri ranah kebudayaan. Secara geografis Kabupaten Indramayu berbatasan dengan 2 kultur yang berbeda yaitu Kultur Jawa dan Kultur Sunda, yang mana Indramayu merupakan Kultur dari Cirebon.

Selama ini masyarkat awam selalu salah kaprah dan salah persepsi terkait memahami kebudayaan termasuk masyarakat Indonesia. Ketika membicarakan kebudayaan selalu dipahami sebagai aneka bentuk dan jenis kesenian parahnya lagi, ketika membicarakan kesenian yang dipahami adalah seni-seni pertunjukan semata. 

Pengetahuan dan wawasan haruslah diuraikan dan dikaji ulang secara mendalam karena kebudayaan memiliki perspektif dan relevansi yang lebih luas bukan ditinjau dari kesenian belaka. Maka dari itu penyusun membuat keterkaitan relevansi antara kebudayan terkait kebudayan Kabupaten Indramayu dalam tantangan gempuran Era Society 5.0. Yang mana kebudayaan menjadi penjaga nila-nilai sosial yang terkandung, termuat, dan tersusun di dalamnya identitas suatu bangsa. Kebudayaan sejatinya bisa tetap awet dan eksis di Era Socity 5.0 tergantug siapa yang menggunakan dan siapa yang memanfaatkannya.

Tradisi Ngarot di Kabupaten Indramayu

Kabupaten Indramayu terletak strategis di Jalur Pantai Utara, Kabupaten Indramayu berbatasan dengan berbagai Kabupaten yang secara Historis mempunyai beberapa perbedaan yang mencolok antara Kabupaten Indramayu tersendiri dengan yang lain. Di sebelah Barat Kabupaten Indramayu berbatasan dengan Kabupaten Subang yang identik dengan kultur Tatar Pasundan, kemudian sebelah Selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Sumedang yang mana jika ditinjau dari sisi sejarah merupakan basis pusat kerajaan Padjajaran yang kemudian terpecah menjadi kerajaan Galuh Pakuan. Bagian Utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa bagian Utara atau biasa dikenal masyarakat pada umumnya dengan sebutan Pantai Utara dan yang terakhir pada sebelah Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Cirebon. 

Ngarot Merupakan salah satu tradisi adat istiadat tatar Sunda yang berkembang dalam kultur Cirebon dan juga sebuah ritual yang telah berkembang pesat secara turun-temurun di dalam sebuah Kecamatan bernama Lelea berlokasikan di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Budaya Ngarot adalah sarana mewariskan nilai-nilai dari para luhur dan sistem pertanian menggunakan seni pertunjukan tradisional.

Ngarot memungkinkan generasi Z untuk menjaga dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam budaya Ngarot. Upacara Ngarot, di mana generasi muda berpartisipasi, terus berlanjut tanpa gangguan setiap tahun. Keterlibatan generasi muda dan keberlangsungan upacara ini menimbulkan pertanyaan apa tujuan upacara, apa bentuk upacara Ngarot dan terutama apa sebenarnya fungsi upacara Ngarot bagi generasi muda dan masyarakat pada umumnya.

Asal Usul Tradisi Ngarot

Menurut mitos yang melingkupi budaya Ngarot, pada dasarnya adalah kegiatan rekreasi, Penerapan ilmu terapan dan nilai sosial masyarakat. Dimulai dengan anak-anak muda yang bekerja bersama untuk menanam padi di desa pada siang hari, dan hiburan di malam hari untuk menghilangkan kepenatan hari. Diselenggarakan untuk menyambut musim tanam padi. Adapun alur yang terjadi pada saat acara pelaksanaan Ngarot yakni pada pagi hari para gadis yang berada di wilayah Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu berkumpul di Balai Desa untuk mendengarkan arahan dan instruksi dari aparat pemerintah misalnya, Camat. 

Setelah itu para gadis yang telah di dandani dengan menggunakan baju tradisional khas Indramayu dengan memakai Topong (Mahkota) yang terbuat dari 100% dari Bunga yang masih segar. Kemudian, disulam menjadi sebuah mahkota yang bisa di tempatkan pada kepala gadis yang masih perawan tersebut. Gadis perawan betugas untuk membawa bibit padi yang kemudian di arak beriringan dengan berjalan kaki menuju sawah yang akan ditanami padi, setelah sampai di lokasi tujuan maka selanjutnya bibit padi yang telah dibawa oleh gadis perawan tadi diberikan kepada laki-laki perjaka untuk turun langsung dan menanam bibit padi yang telah di bawa oleh gadis perawan.

Setelah semua kegiatan dilalui kemudian kembalilah rombongan iring iringan menuju ke Balai Desa untuk melakukan acara selanjutnya yakni acara hiburan dan juga intisari dari suatu adat kebudayaan Ngarot ialah bertujuan supaya bisa mendapatkan pasangan atau jodoh masing-masing. Eksistensi sebuah tradisi Ngarot adalah keberadaan sebuah tradisi itu yang tidak hanya eksis, tetapi juga diakui dan diwariskan secara terus menerus. Tradisi Ngarot sudah ada di masyarakat Kecamatan Lelea selama 500 tahun. Keberadaan Tradisi Ngarot tidak terlepas dari semangat mereka yang menganut dan mengamalkan Tradisi Ngarot. Masyarakat Desa  Lelea sangat antusias dalam melanjutkan tradisi ngarot secara berkelanjutan.


Nilai-Nilai Tradisi Ngarot

Tradisi Ngarot memiliki nilai kearifan yang dipelajari dalam pendidikan. Seperti halnya remaja belajar bertani, di tengah modernisasi dan sistem pendidikan yang modern, pemuda masa yang kini enggan bekerja sebagai petani, lebih memilih bekerja di perusahaan ternama. Harusnya ada modernisasi system pertanian agar anak muda lebih tertarik untuk Bertani. Selain itu, tradisi Ngarot mengajarkan pemuda agar terhindar dari pergaulan bebas, Karena pada adat Ngarot ketika seorang gadis perawan tidak mengikuti tradisi Ngarot yang datang setahun sekali maka, itu merupakan suatu tanda tanya besar dan bahkan bisa menjadi aib sekeluarga karena biasanya diduga melakukan hubungan yang merusak kesucian seorang gadis.

Modernisasi yang sedang berlangsung berdampak besar pada generasi muda. Modernisasi berarti kita tidak bisa lagi membatasi cara berpikir anak muda. Tidak dapat disangkal bahwa budaya global lebih populer di kalangan remaja saat ini daripada budaya lokal/tradisional. Tak menutup kemungkin bahwasannya ketika sebuah budaya dalam suatu daerah tidak dianggap berharga dan dilestarikan maka, jangan kaget ketika budaya itu kelak akan hilang dan hanya tinggal cerita yang hanya bisa didengarkan.

Dampak dan Manfaat Era Society 5.0

Era Society 5.0 adalah gebrakan yang dapat mengubah kehidupan masa depan dari suatu kebudayaan di Indonesia khusunya kebudayaan daerah yang mana bersifat Kontekstual dan dilaksanakan dengan sistem turun menurun tanpa adanya gubahan dan sebuah revolusi guna melestarikan budaya. Kecerdasan buatan merupakan inti dari Era Society 5.0 yang di gaung-gaungkan yang kemudian membuahkan hasil dan membantu peranan kehidupan manusia menurut penyusun, era ini merupakan Era Disrupsi yang bisa mengubah struktural tatanan kehidupan kedepannya. Siklus dalam kehidupan ketika itu mengalami perubahan tatanan besar besaran yang mana dalam era ini penyusun mengkhawatirkan adanya penghapusan dan penghilangan nilai-nilai kebudayaan yang telah dijaga dan dirawat selama ratusan tahun kemudian hilang lalu sirna seketika.

Secanggih apapun teknologi dan algoritme, jika analogi dan manusia salah, hasilnya akan salah sehingga ketika tidak kita bersihkan relasi kemanusiaannya maka Era Industri 4.0 akan membuat manusia seperti zombi atau manusia hidup tapi kepalanya tidak dipakai berpikir, karena yang masuk ke dalam kepalanya tidak teratur melalui Smartphone. Terlepas dari itu. Era Industri 4.0 karenanya telah mencapai kesuksesan. Apa saja hal-hal yang dapat terjadi selama interaksi manusia dengan orang lain ketika seseorang dibuat lebih mudah, lebih cerdas, atau lebih tersebar dari seluruh dunia.

Nilai-nilai budaya suatu masyarakat tidak statis, mereka berpindah dari generasi ke generasi. Baik generasi muda maupun tua memiliki cara pandang masing-masing terhadap cermin nilai budaya dalam ranah lingkungan tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Perbedaan tersebut berpotensi menimbulkan sinergi dan konflik. Termasuk masyarakat Indramayu pada umumnya yang mana setiap regenerasi pasti mempunyai tantangan dan hambatan yang lain. Pertanyaanya apakah tradisi Ngarot masih bisa dipertahankan, terlaksanakan, terjaga dan terpelihara? Mengapa tradisi kebudayaan Ngarot harus dipertahankan? Bagaimana respon pemuda sebagai tombak estafet kehidupan bangsa yang mana harus bisa menyikapi terjadinya Era Disrupsi Society 5.0? dan yang terakhir apakah kebudayaan Ngarot bisa berkalobarasi dengan Era Disrupsi Society 5.0?

Hal ini menjadi perdebatan dan problematika di setiap daerah di Indonesia. Yang mana menjadi pertentangan di satu sisi para budayawan setuju dan bisa mengawal masuknya kebudayaan dalam Era Disrupsi Society 5.0. dan satu sisi lagi berpendapat bahwa budaya bersifat statis, saklek, dan tetap berda peraturan (pepakem) yang masih terjaga kelestariannya. 

Semua pendapat dan argumentasi tersebut memiliki dasar untuk yang berpendapat bahwa budaya bisa masuk dan berkolaborasi dibuktikan dengan adanya Era Disrupsi Society 5.0. yang mana semua orang bisa mengakses dunia dengan satu genggaman tangan. Melalui smartphone atau gawai elektronik membuat semua orang bisa mengakses apapun di dunia ini dari yang terkecil hingga yang terbesar. Smartphone atau gawai elektronik jika ditinjau dari pengertian atau definisi dari Era Society 5.0 tentunya bisa disimpulkan bahwa smartphone alat kecerdasan buatan karena bisa mengakses seluruh informasi dunia dan bisa membantu manusia dari semua sektor dan aspek kehidupan.

Budaya tidak bisa berkembang dengan Era Society 5.0`yang mana budaya bersifat statis, trasedental, dan mengikuti peraturan-peraturan yang didalamnya secara turun-temurun yakni pepakem yang ada. Dalam kasus ini Ngarot ini mempunyai suatu jadi diri dan transedental yang sangat kuat serta dikenal masyarakat yang luas sebagai kebudayaan yang statis dan tidak pernah berubah dari masa kemasa. Oleh karena itu, kehadiran Era Society 5.0 sangat mengancam tradisi Ngarot yang merupakan tradisi sakral dan hanya dipentaskan setahun sekali. menuju Society 5.0 atau justru nilai-nilai tradisional masyarakat Indramayu semakin  terkikis  akibat  digitalisasi  dari  revolusi Industri 4.0 menjadi Society 5.0?. Maka dari itu, kajian menggali eksistensi nilai-nilai tradisional pada masyarakat  Indramayu  untuk  dapat  melakukan repositioning  masyarakat  Indramayu di Era Revolusi industri 4.0 menuju Society 5.0 perlu dilakukan.

Generasi tua percaya bahwa nilai-nilai budaya Indramayu dalam filosofi hidup mereka, seperti disiplin, kejujuran, kerjasama, sopan santun, kebaikan, kerendahan hati, dan kebersamaan, akan bertahan pada masa pembangunan. Society 5.0 menuntut tiga keterampilan dasar yang harus dimiliki setiap individu: analitis, kreatif, dan kritis. Jika masyarakat Indramayu siap untuk Society 5.0 berdasarkan kemampuan analitis, kreatif dan kritis mereka, nilai-nilai tradisional mereka akan dilestarikan. Jika tidak, banyak konsekuensi dan tanggung jawab yang harus dipertaruhkan maka, otomatis nilai-nilai kebudayaan akan tergilas dan terpendam oleh realita kehidupan yang semakin maju. Dan perlu diketahui juga bahwasannya ketika kita berfikir ke depan harus dan menjadi kewajiban untuk melihat juga menganalisa dari sebuah transedental dimasa lalu seperti, kenapa dan bagaimana adat kebudayaan Ngarot terjadi?.

Manfaat Tradisi Ngarot

Ngarot memiliki nilai-nilai trasedental yang sangat filosofis dan bisa dipraktekan dalam kehidupan yang mana ini merupakan suatu nilai juga norma dalam kehidupan bermasyarakat juga bernegara. Diantara beberapa transedental atau alasan terciptanya adat ini adalah yakni supaya tidak terjadinya hubungan gelap atau sebuah hubungan diluar suami istri atau perzinahan dalam suatu kehidupan karena, pada zaman dahulu yang Namanya Kumpul Kebo merupakan Tindakan yang dilarang juga bisa mengundang aib bagi dirinya maupun keluarga. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal itu maka disepakati adanya kegiatan Ngarot yang bertujuan untuk menjalin silaturahmi juga ajang perjodohan. Maka dari itu, Trasedental alasan Ngarot merupakan kegiatan yang positif, rasional dan normatif.

Selanjutnya adalah Religius yang menjadi dasar pembahasan kali ini dimana dalam setiap aspek kehidupan baik nilai-nilai rasional, logika maupun sebuah kenyataan harus dibarengi dan di damping nilai religius untuk menjadi pembatas antara sebuah kebenaran hakiki dan kebenaran yang masih abstrak. Tradisi Ngarot merupakan sebuah tradisi yang berkembang dengan mengasaskan sebuah nilai keagamaan sebagai landasan dalam berfikir,bertindak,dan memutuskan sesuatu kebijakan. 

Lalu, tentunya kita pasti bertanya tanya dimana bagian religius dalam suatu kebudayaan, semua tradisi masyarakat Indramayu diantaranya memiliki makna filosofis yang mendalam dan luhur yang telah lama dipegang oleh tradisi tersebut. Makna tersebut bisa tekstual dan kontekstual baik berupa tulisan, ucapan maupun perlambang dalam kehidupan. Contohnya dalam Ngarot ada yang Namanya Nasi Tumpeng yang berarti Tuntunan Kang Lempeng yang berarti budaya ini merupakan Budaya yang berlandaskan nilai kebenaran.

Peran Generasi Z untuk Melestarikan Tradisi Ngarot

Dikarenakan pesatnya perubahan intelegency  dan kecerdasan terkhusus diranah pembelajaran, kita harus siap untuk merespon perubahan dunia. Misalnya, perubahan tersebut adalah Society 5.0. Society 5.0 mengacu pada orang-orang yang hidup di Era Revolusi Industri 4.0 yang sanggup menyelesaikan banyaknya rintangan dan masalah kemasyarakatan dengan menggunakan jenis inovasi yang berpusat pada teknologi.

Generasi Z sebagai aktor di Era Revolusi Industri 4.0 menuju Society 5.0 harus mampu meningkatkan nilai-nilai budayanya agar tetap terjaga. Di satu sisi, generasi yang lebih tua menjadi penanggung jawab bertugas memperkuat nilai ini. Hadirnya nilai-nilai tradisional Indramayu yang harmonis, dipadukan dengan nilai-nilai modern dari Society 5.0, menciptakan sistem tatanan sosial yang unggul. Memastikan bahwa masyarakat Indramayu dapat selalu mempertahankan nilai, adat dan budayanya di Era Society 5.0.

Karena itu, Generasi Z  memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan suatu budaya di Indonesia salah satunya tradisi Ngarot di Indramayu untuk mencapai Indonesia emas pada tahun 2045 yang telah memasuki Era Society 5.0 dimana semua teknologi berkembang pesat. Pelestarian budaya tersebut melalui cara: 

1. Mempunyai ketertarikan yang loyal dan peka terhadap budaya yang berada diwilayah Indonesia dengan mengikuti kegiatan disalah satu sanggar kesenian atau kebudayaan Indonesia  2. Memperkenalkan, Mendeskripsikan kebudayaan Indonesia dengan menampilkan jenis kebudayaan kedaerahan di Indonesia; 3. Mempublikasikan dalam ranah internasional tentang keseruan mengkaji, menggali, memainkan kebudayaan Indonesia, salah satunya melalui jejaring sosial, dll 4. Melihatkan rasa loyalitas yang terintegrasi tinggi terhadap kekayaan kebudayaan Indonesia dalam kancah luas.  Maka dari itu Generasi Z harus menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan budaya Ngarot ke manca negara agar menarik perhatian negara lain untuk mengenal lebih dekat budaya Ngarot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun